Kamis, 13 Juni 2013

Fisiologi Panca Indera



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
            Panca indra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Serabut saraf yang menanganinya merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa dari organ indra menuju ke otak tempat perasaan ini di tafsirkan. Beberapa kesan timbul dari luar seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman, dan suara yang merangsang. Ada kesan yang timbul dari dalam antara lain, lapar, haus, dan rasa sakit juga nikmat.
            Dalam segala hal, serabut saraf seksual dilengkapi dengan ujung akhir khusus mengumpulkan rangsangan yang khas tempat setiap organ berhubungan. Sistem indra memerlukan bantuan system saraf yang menghubungkan badan indra dengan sisem saraf pusat. Organ indra adalah sel-sel tertentu yang dapat menerima stimulus dari lingkungan maupun dari dalam badan sendiri untuk diteruskan sebagai impuls saraf melalui serabut saraf ke pusat susunan saraf. Setiap organ indra menerima stimulus tertentu, kesan yang sesuai sebagai system organ indra hanya mampu menerima stimulus, menghasilkan dan mengirim stimulus dari impuls saraf. Organ indra dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu, organ indra umum seperti reseptor raba tersebar di selruh tubh dan organ indra khusus sperti puting pengecap yang penyebarannya terbatas pada lidah.
            Kelenjar air mata terdiri dari kelenjar majemuk yang terlihat pada sudut sebelah atas rongga orbita. Kelenjar itu mengeluarkan air mata, di alirkan kedalam kantong konjungtiva dari saluran kelenjar lakrimalis. Bila bola mata dikedipkan, air mata akan menggenangi seluruh permukaan bola mata. Sebagian besar cairan ini menguap, sebagian lagi masuk ke hidung melalui saluran naso lakrimalis.

B.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini ialah membantu mahasiswa dalam mempelajari dan memahami Fisiologi manusia terutama pada sistem pengindraan:
1.      Untuk mengetahui bagaimana sistem indera penglihat (mata) pada manusia.
2.      Untuk mengetahui bagaimana sistem indera pendengar (telinga) pada manusia.
3.      Untuk mengetahui bagaimana sistem indera peraba (kulit) pada manusia.
4.      Untuk mengetahui bagaimana sistem indera pengecap (lidah) pada manusia.
5.      Untuk mengetahui bagaimana sistem indera pembau (hidung) pada manusia.


















BAB II
PEMBAHASAN


A. Indera Penglihatan
     Indra penglihatan yang terletak pada mata (organ fisus) yang terdiri dari okuli assesoria (alat bantu) dan oculus (bola mata). Saraf indra penglihatan,saraf opticus (urat saraf cranial kedua), muncul dari sel-sel ganglion dalam retina,bergabung untuk membentuk saraf opticus.
1.      Fisiologi penglihatan
Organ sensorik kompleks yang mempunyai fungsi optikal untuk melihat dan saraf untuk tranduksi sinar. Aparatus optic mata membentuk dan mempertahankan ketajaman focus objek dalam retina: Prinsip optic sinar berjalan dari satu medium ke medium lain dari kepadatan yang berbeda, focus utama pada garis yang berjalan melalui pusat kelengkungan lensa sumbu utama.
Indra penglihatan menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina dengan perantaraan serabut nervus optikus, menghantarkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk di tafsirkan. Cahaya yang jatuh ke mata menimbulkan bayangan yang letaknya di  fokuskan pada retina. Bayangan itu akan mmenembus dan di ubah oleh kornea lensa badan ekueus dan vitrous. Lensa membiaskan cahaya dan memfokuskan bayangan pada retina bersatu menangkap sebuah titik bayangan yang di fokuskan.
2.      Bola mata
Umumnya mata di lukiskan sebagai bola, tetapi sebetulnya lonjong dan bukan bulat seperti bola. Bola mata mempunyai garis menengah kira-kira 2,5cm, Bagian depanya bening serta terdiri atas 3 lapisan :
a.  Lapisan luar, fibrus, yang merupakan lapisan penyangga.
b.  Lapisan tengah, vaskuler.
c.   Lapisan dalam, lapisan saraf.
            Ada enam otot penggerak mata, empat di antaranya lurus, sementara dua yang lain agak serong. Otot-otot ini terletak di sebelah dalam orbita, dan bergerak dari dinding tulang orbita untuk di kaitkan pada pembungkus sklerotik mata sebelah belakang kornea. Otot-otot lurus terdiri atas otot rektus mata superior, inferior, medial, dan lateral. Otot-otot ini menggerakan mata ke atas, ke bawah, ke dalam, dan ke sisi luae bergantian.
            Otot-otot oblik adalah otot inferior dan superior. Otot oblik superior menggerakan mata ke bawah dan ke sisi luar, sementara otot oblik inferior menggerakan mata ke atas dan juga ke sisi luar. Mata bergerak serentak, dalam arti kedua mata bergerak bersamaan ke kanan atau ke kiri, ke atas atau ke bawah, dan seterusnya. Serabut-serabut saraf yang melayani otot-otot ini adalah nervi motores okuli, yaitu saraf cranial ketiga, keempat, dan keenam.
            Biasanya sumbuh kedua mata mengarah secara serentak pada satu titik yang sama, tetapi akibat adanya paralisa pada sebuah atau beberapa otot, mata tidak dapat mengarah secara serentak lagi, maka timbulah apa yang di namakan mata juling atau strabismus. Keadaan sedemikian dapat berupa bawaan atau di peroleh kemudian. Apabila penderita tidak dapat tertolong dengan menggunakan kaca mata ataupun dengan pendidikan kembali, operasi dapat di laksanakan, yang harus di ikuti latihan-latihan dan pendidikan kembali.
            Sklera adalah pembungkus yang kuat dan fibrus. Sklera membentuk putih mata dan bersambung pada bagian depan dengan sebuah jendela membrane yang bening, yaitu kornea. Sklera melindungi struktur mata yang sangat halus, serta membantu mempertahankan bentuk biji mata.
Koroid atau lapisan tengah berisi pembuluh darah, yang merupakan ranting-ranting arteria oftalmika, cabang dari arteria karotis interna. Lapisan vaskuler ini membentuk iris yang berlubang di tengahnya, atau yang di sebut pupil (manic) mata. Selaput berpigmen adalah belakang iris memancarkan warnanya, dan dengan demikian menentukan apakah sebuah mata itu berwarna biru, coklat, kelabu, dan seterusnya. Koroid bersambung pada bagian depanya dengan iris, dan tepat di belakang iris, selaput ini menebal guna membentuk korpus siliare, sehingga korpus siliare terletak antara koroid dan iris. Korpus siliare itu berisi serabut otot sirkular dan serabut-serabut yang letaknya seperti jari-jari sebuah lingkaran. Kontraksi otot sirkular menyebabkan pupil mata juga berkontraksi.
            Semuanya ini bersama-sama membentuk traktus uvea, yang terdiri atas iris, korpus siliare, dan selaput koroid. Peradangan pada masing-masing bagian berturut-turut di sebut iritis, siklitis, dan koroditis, atau bersama-sama disebut uveitis. Bila salah satu bagian dari traktus ini mengalami peradangan, penyakitnya akan segera menjalar ke bagian traktus lain di sekitarnya.
3.  Retina
Adalah lapisan saraf pada mata, yang terdiri atas sejumlah lapisan serabut, yaitu sel-sel saraf, batang-batang, dan kerucut semuanya termasuk konstruksi retina, yang merupakan jaringan saraf halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju diskus optik, yang merupakan titik tempat saraf optik meninggalkan biji mata. Titik ini di sebut bintik buta karea tidak mmpunyai retina adalah macula, yang terletak tepat eksternal terhadap diskus optik, persis berhadapan dengan pusat pupil. Jika kita teliti biji mata mulai dari depan hingga ke belakang, akan terlihat bagian-bagian berikut:
a.      Kornea, merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan sclera yang putih dan tidak tembus cahaya. Kornea terdiri atsa beberapa lapiasan. Lapisan tepi adalah epitelium berlapis yang bersambung dengan konjungtiva.
b.      Bilik anterior (kamera okuli anterior), yang  terletak antara kornea dan iris.
c.      Iris adalah tirai berwarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput koroid. Iris berisi dua kelompok serabut otot tak sadar atau otot polos kelompok yang satu mengecilkan ukuran pupil itu.
d.      Pupil, Bintik tengah yang berwarna hitam, yang merupakan celah dalam iris, tempat cahaya masuk guna mencapai retina.
e.      Bilik posterior (kamera okuli posterior) terletak di antara iris dan lensa. Baik bilik anterior maupun bilik posterior diisi dengan akueus humor.
f.       Akueus humor, Cairan ini berasal dari korpus siliare dan diserap kembali ke dalam aliran darah pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai saluran schlem.
g.      Lensa adalah sebuah benda transparan bikonveks (cembung depan belakang) yang terdiri atas beberapa lapisan. Lensa terletak persis di belakang iris. Membran yang dikenal sebagai ligamentum suspensorium terdapat di depan maupun di belakang lensa itu, yang berfungsi mengaitkan lensa itu pada korpus siliare. Bila ligamentum suspensorium mengendur, lensa mengerut dan menebal sebaliknya bila ligamen menegang, lensa menjadi gepeng. Mengendurnya lensa di kendalikan kontraksi otot siliare.
h.     Viterus humor. Darah sebelah belakang biji mata, mulai dari lensa hingga retina, diisi cairan penuh albumen berwarna keputih-putihan seperti agar-agar, yaitu vitreus humor. Vitrous humor berfungsi memberi bentuk dan kekokohan pada mata, serta mempertahankan hubungan antara retina dan selaput koroid dan sklerotik.


4.  Fungsi mata.
Mata adalah indra penglihatan. Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina, lantas dengan perantaraan serabut-serabut nerfus optikus mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk di tafsirkan.
a    Kornea bekerja sebagai jendela bening yang melindungi struktur halus yang berada di belakangnya, serta membantu memfokuskan bayangan pada retina. Kornea tidak mengandung pembuluh darah.
b    Iris, yang memiliki celah di tengahnya, yaitu pupil,adalah sebuah cakram yang dapat bergerak, dan berfungsi sebagai tirai yang melindungi retina, serta mengendalikan jumlah cahaya yang memasuki mata.
c    Lensa,adalah organ focus utama, yang membiaskan berkas-berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat menjadi bayangan yang jelas pada retina. Lensa berada sebuah kapsul elastis yang di kaitkan pada korpus siliare koroid oleh ligamentum suspensorium. Dengan mempergunakan otot siliare, permukaan anterior lensa dapat  lebih atau agak kurang di cembungkan, guna memfokuskan benda-benda dekat atau jauh hal ini disebut akomodasi visual
d    Lapisan koroid yang berpigmen mengelapkan bilik tengah mata, kira-kira dapat dibandingkan dengan bagian dalam kamera yang diberi warna gelap.
e    Retina adalah mekanisme penyarafan untuk penglihatan. Retina memuat ujung-ujung nervus optikus, serta dapat disamakan  dengan lempeng film dalam fotografi.
              Bila sebuah bayangan tertangkap (tertangkap mata), berkas-berkas cahaya benda yang dilihat menembus kornea, akueus humor, lensa, dan badan vitreus guna merangsang ujung-ujung saraf dalam retina. Rangsangan yang diterima retina bergerak melalui traktus optikus menuju daerah fisual dalam otak, untuk ditafsirkan. Kedua daerah visual menerima berita dari kedua mata, sehingga menimbulkan lukisan dan bentuk. Kamera biasa hanya mempergunakan sebuah lensa. Pada mata, disamping lensa yang serupa kristal itu sangat penting dalam memfokuskan bayangan pada retina, keempat struktur itu berfungsi sebagai lensa, yaitu: kornea, akueus humor, lensa, dan badan vitreus.
              Seperti yang selalu terjadi dalam menafsirkan semua perasaan yang dating dari luar, sejumlah stasiun penghubung bertugas mengirimkan perasaan, dalam hal ini penglihatan. Sebagian stasiun penghubung itu berada dalam retina. Sebelah dalam tepi retina tedapat lapisan-lapisan batang-batang dan kerucut-kerucut yang merupakan sel-sel penglihat khusus yang peka terhadap cahaya. Sela-sela berupa lingkaran yang terdapat di antaranya disebut granula. Ujung proksimal batang-batang dan kerucut-kerucut itu membentuk sinapsi (penghubung) ppertama dengan lapisan sel bipolar dalam retina. Proses kedua yang di lakukan sel-sel itu adalah membentuk sinapsi kedua dengan sel-sel ganglion besar, juga dalam retina. Akson-akson sel-sel ini merupakan serabut-serabut dalam nervus optikus. Serabut-serabut saraf ini bergerak ke belakang, mula-mula mencapai pusat yang lebih rendah dalam badan-badan khusus thalamus, lantas akhirnya mencapai pusat visual khusus dalam lobus oksipitalis otak, tempat penglihatan di tafsirkan.
5. Bagian- Bagian Mata
a. Alis
                   Alis adalah dua potongan kulit tebal melengkung yang ditumbuhi bulu. Alis di kaitkan pada otot-otot sebelah bawahnya, serta berfungsi melindungi mata dari sinar matahari yang terlalu terik.
b. Kelopak mata
Kelopak mata merupakan dua lempengan, yaitu lempengan tarsal yang terdiri atas jaringan fibrus yang sangat padat, serta dilapisi kulit dan di batasi konjungtiva. Jaringan di bawah kulit ini tidak mengandung lemak. Kelopak mata atas lebih besar dari pada kelopak bawah, serta di gerakan ke atas oleh otot levator palpebrae. Kelopak-kelopak itu di tutupi otot-otot melingkar, yaitu muskulus orbikularis okuli. Bulu mata dikaitkan pada pinggiran kelopak mata , serta melindugi mata dari debu dan cahaya.
c. Fungsi retraksi mata.
Sebagaimana telah di uraikan di atas, berkas-berkas cahaya yang jatuh di atas mata akan menimbulkan bayangan yang telah di fokuskan pada retina. Bayangan itu menembus dan di ubah oleh kornea, lensa, badan-badan akueus, dan vitreus. Kendati demikian, lensa merupakan alat utama yang membiaskan cahaya, lantas memfokuskan bayangan pada retina. Pada mata normal, berkas-berkas ini bersatu menangkap sebuah titik pada retina.
d. Secara klinik.
Kelainan refraksi adalah akibat kerusakan pada akomodasi visual, entah itu sebagai akibat perubahan biji mata, maupun kelainan pada lensa. Pada hipermetropia atau rabun jauh, ukuran mata atau lebarnya mata dari belakang sampai ke depan adalah pendek atau kecil, sehingga lensa memfokuskan bayanga di belakang retina sementara pada myopia atau rabun dekat, ukuran biji mata dari belakang sampai kedepan melebihi ukuran yang normal, sehingga lensa memfokuskan bayangan di depan retina.
1.)    Astigmatisme
       Adalah kesalahan refraksi yang terjadi karena berkas-berkas cahaya jatuh pada garis-garis di atas retina,  dan bukan pada titik-titik tajam. Hal ini disebabkan berubahnya bentuk lengkungan lensa. Keadaan itu dapat di tolong dengan mengenakan kaca mata berlensa cembung, guna menambah bagian yang kurang cembung pada lensa mata yang abnormal itu.


2.)    Presbiopia
       Adalah isitilah yang di gunakan untuk melukiskan kesalahan akomodasi yang terjadi pada oran-orang tua, atau orang-orang yang sedng menginjak usia lanjut. Lensa kkehilangan elastisitasnya, daya lenting berkurang, sehingga tidak dapat memfokuskan bayangan sebuah benda, yang berada dekat dengan mata. Dilain pihak, penglihatan jauh tetap baik. Orang yang menderita presbiopia biasanya memegang Koran agak jauh dari dirinya, agar dapat membaca Koran itu : Kekurangan ini dapat di perbaiki dengan menggunakan lensa cembung.
3.)    Konjungtiva
       Adalah selaput lendir yang melapisi sisi dalam kelopak mata, serta menutupi bagian depan sclera. Selaput itu bersambung dengan selaput lendir yang melapisi saluran mata, kantong air mata, dan juga bersambung dengan saluran naso-lakrimal. Bila kelopak mata di tutup, kelopak itu dapat berubah menjadi kantong tertutup, sehingga obat tetes mata dapat di teteskan ke dalam kantong itu. Tetesan-tetesan obat itu harus di teteskan pada bagian luar forniks yang merupakan kantong samping atau kantong tambahan, dimana konjungtifa yang menutupi bola mata berada dekat dengan kelopak mata. Dengan demikian tetesan obat itu sudah dapat membawakan pengaruh atau akibat untuk mata, sebelum hanyut dalam saluran air mata. Cara ini sebaiknya di pakai juga jika hendak mencuci mata.   
e. Peralatan lakrimal.
Kelenjar-keenjar air mata terdiri atas kelenjar majemuk, yang terletak pada sudut luar, sebelah atas rongga orbita. Kelenjar-kelenjar itu mengeluarkan air mata yang berada pada pinggir atas dan luar mata, lantas di tuangkan ke dalam kantong konjungtiva dari saluran kelenjar lakrimal. Bila kelopak mata di kedipkan, air mata akan menggenangi seluruh permukaan bola mata. Sebagian besar cairan itu menguap, sementara selebihnya mengalirkan dari sudut dalam mata menuju saluran lakrimal, kemudian memasuki hidung melalui saluran naso-lakrimal. Aliran air mata bertambah karena adanya zat perangsang (seperti gas air mata misalnya) dan karena emosi.
f. Secara klinik
1.)    Hambatan saluran air mata
Mungkin di sebabkan kemacetan dalam saluran air mata yang sempit itu. Bila gejala kemacetan ini ada, keadaan nya akan bertambah jelek bila penderita terkena angin dingin atau suatu gangguan. Pengobatanya agak sulit, kadang-kadang  keadaan dapat di tolong dngan memperbesar saluran air mata, dengan cara memasukan sonde halus ke dalamnya. Bila obstruksinya tetap ada, lantong lakrimal sebaiknya dieksisi.
2.)    Dakreosistitis akut.
Adalah infeksi yang timbul sebagai akibat macetnya kantong lakrimal. Abses pun timbul, yang menggejala timbulnya pembengkakan berwarna kemerah-merahan yang terasa sakit sekali, di bawah kantus sebelah dalam.

B. Panca Indera Pendengaran (Telinga)
Telinga adalah organ pendengaran. Saraf yang melayani indra ini adalah saraf kranial ke delapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri atas tiga bagian :
1.    Telinga Luar
Telinga luar terdiri atas aurikal atau pina, yang bidangnya rendah berukuran besar serta dapat bergerak dan membantu mengumpulkan gelombang suara; dan meatus auditorius eksternal yang menjorok ke dalam menjauhi pinah serta menghantarkan getaran suara menuju membran timpani.
Liang ini berukuran panjang sekitar 2,5 cm, 1/3 luarnya adalah tulang rawan sementara 2/3 dalamnya berupa tulang. Bagian tulang rawan tidak lurus serta bergerak ke arah atas dan belakang. Liang ini dapat diluruskan dengan cara mengangkat daun telinga ke atas dan ke belakang. Aurikel berbentuk tidak teratur serta terdiri atas tulang rawan dan jaringan fibrus, kecuali pada ujung paling bawah, yaitu cuping telinga, yang terutama terdiri atas lemak. Ada tiga kelompok otot yang terletak pada bagian depan, atas, dan belakang telinga. Kendati demikian, manusia hanya sanggup menggerakan telinganya sedikit sekali, sehingga hampir-hampir tidak kelihatan.
2.    Telinga Tengah.
Telinga tengah atau rongga timpani adalah bilik kecil yang mengandung udara. Rongga itu terletak sebelah dalam membran timpani atau gendang telinga, yang memisahkan rongga itu yaitu dari meatus auditorius eksternal. Rongga itu sempit serta memiliki dinding tulang dan dinding membranosa, sementara pada bagian belakangnya bersambung dengan antrum mastoid dalam prosesus mastoideus pada tulang temporalis, melalui sebuah cela yang di sebut aditus. Tuba eustakhius bergerak kedepan dari rongga telinga tengah menuju naso faring, lantas terbuka. Degan demikian tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga dapat diatur seimbang melalui meatus auditorius eksternal, serta melalui tuba eustakhius(faringo tipani). Cela tuba eustkhius akan tertutup jika dalam keadaan biasa, dan akan terbuka setiap kali kita menelan. Dengan demikian tekanan udara dalam ruang timpani di pertahankan tetap seimbang dengan tekanan udara dalam atmosfer, sehingga cedera atau ketulian akibat tidak seimbangnya tekanan udara dapat di hindarkan. Adanya hubungan dengan naso faring ini memungkinkan infeksi pada hidung atau tenggorokan dapat menjalar masuk ke dalam rongga telinga tengah.
Tulang-tulang pendengaran adalah tiga tulang kecil yang tersusun pada rongga telinga tengah seperti rantai yang bersambung dari membran timpani menuju rongga telinga dalam. Tulang sebelah luar adalah malleus, berbentuk seperti martir dengan gagang yang terkait pada membran timpani, sementara kepalanya menjulur kedalam ruang timpani. Tulang yang berada di tengah adalah incus atau landasan, sisi luarnya bersendi dengan meleus, sementara sisi dalamnya bersendi dengan sisi dalam sebuah tulang kecil, yaitu stapes.Stapes atau tulang sanggurdi dikaitkan pada inkus dengan ujungnya yang lebih kecil, sementara dasarnya yang bulat panjangterkait pada membrane yang menutupfenestra vestibule, atau tingkap joring. Rangkaian tulang-tulang ini berfungsi mengalirkan getran suara dari gendang telinga menuju rongga telinga dalam. Prosesus mastoideus adalah bagian tulang temporalis yang terletak di belakang telinga; Sementara ruang udara yang berada pada bagian atasnya adalah antrum mastoideus yang berhubungan dengan rongga telinga tengah. Infeksi dapat menjalar dari rongga telinga tengah hingga antrom mastoid, dan dengan demikian menimbulkan mastoidistis.
3.    Telinga Dalam.
Telinga dalam berada dalam bagian os petrosum tulang temporalis. Rongga telinga dalam itu terdiri atas berbagai rongga yang menyerupai saluran-saluran dalam tulang temporalis. Rongga-rongga itu disebut labirin tulang dan dilapisi membran sehingga membentuk labirin membranosa. Saluran-saluran bermembran ini mengandung cairan dan ujung-ujung akhir saraf pendengaran dan keseimbangan. Labirin tulang terdiri atas tiga bagian:
a.      Vestibula yang merupakan bagian tengah, dan tempat bersambungnya bagian-bagian yang lain, ibarat sebuah pintu yang menuju ruang tengah (Vestibula) pada sebuah rumah.
b.      Saluran setengah lingkaran bersambung dengan vestibula. Ada tiga jenis saluran-saluran itu, yaitu saluran superior, posterior, dan lateral. Saluran lateral letaknya horizontal, sementara ketiga-tiganya saling membuat sudut tegak lurus. Pada salah satu ujung setiap saluran terdapat penebalan yang disebut anpula. (Gerakan cairan yang merangsang ujung-ujung akhir saraf khusus dalam ampula inilah yang menyebabkan kita sadar akan kedudukan kita. Bagian teling dalam ini berfungsi membantu serebelum dala mengendalikan keseimbangan, serta kesadaran akan kedudukan tubuh kita).
c.      Koklea adalah sebuah tabung berbentuk spiral yang membelit dirinya laksana sebuah rumah siput. Belitan-belitan itu melingkari sebuah sumbuh berbentuk kerucut yang memiliki bagian tengah dari tulang, yang disebut modiulus.
Dalam setiap belitan ini, terdapat saluran membranosa yang mengandung ujung-ujung akhir saraf pendengaran. Cairan dalam labirin membranosa disebut endolimfa, Sementara cairan diluar labirin membranosa dan dalam labirin tulang disebut perilimfa. Ada dua tingkap dalam ruang melingkar ini
                        1)    Fenestra Vestibule (yang juga di sebut Fenestra ovalis, lantaran betuknua yang  bulat panjang) di tutup lubang stapes.
                        2)    Fenestra Koklea (yang juga di sebut Fenestra Rotunda, lantan bentuknya budar) di tutup sebuah membran.
Kedua-duanya menghadap ke telinga dalam. Adanya tingkap – tingkap dalam ini dalam labirin tulang bertujuan agar getaran dapat di alihkan dari rongga telingga tengah, guna dilangsungkan dalam perlinfa. Getaran dalam perilinfa di alihkan menuju endolinfa, dan dengan demikian merangsang ujung – ujung akhir saraf pendengaran.
4.    Nervus Auditorius (Saraf Pendengaran).
terdiri atas 2 bagian : salah satunya penggumpulan sensibilitas dari bagian vestibuler rongga telinga dalam, yang mempunya hubungan dengan keseimbangan. Serabut-serabut saraf ini bergerak menuju nucleus vestibularis yang berada pada titik pertemuan antara pons dan medulla oblongata, lantas bergerak terus menuju serebelum. Bagian koklearis pada nervus auditorius adalah saraf pendengar yang sebenarnya. Serabu-serabu sarafnya mula-mula dipancarkan pada sebuah nucleus khusus yang berada tepat di belakang thalamus, kemidian dari sana dipancarkan lagi menuju pusat penerima akhir dalam korteks otak yang terletak pada bagian bawah lobus temporalis.
Cederah pada saraf koklearis akan berakibat ketulian saraf, sementara cedera pada saraf vestibularis akan berakibat vertigo, ataksia dan nistagmus.
5.    Pendengaran.
Suara ditimbulkan akibat getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara, yang kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak memalui rongga telinga luar yang menyebabkan membrane timpani bergetar. Getara-getaran tersebut selanjutnya di teruskan menuju inkus dan stapes, melalui maleus yang tekait pada membran itu. Karena gerakan-gerakan yang timbul yang timbul pada setiap tulang ini sendri, tulang-tulang itu memperbesar getaran, yang disalurkan melalui fenestra Vestibular menuju perilimfa.
Getaran perilmfa dialihkan melalui membrane menuju endolinfa dalam saluran koklea, dan rangsangan mencapai ujung-ujung akhir saraf dalam organ korti, untuk kemudian diantarkan menuju otak oleh nervus auditorius.  
Perasaan pendengaran ditafsirkan otak sebagai suara yang enak atau tidak enak, ingar-bingar atau musical. Istilah-stilah ini digunakan dalam artinya yang seluas-luasnya. Gelombang suara yang tak teratur menghasilkan keributan atau keingarbingaran, sementara gelombang suara berirama teratur menghasilkan bunyi musical enak. Suara merapat dengan kecepatan 343 meter/detik dalam udarh tenang, pada suhu 15,5oc.
6.    Keseimbangan    
Nervus vestibularis yang tersebar hingga kanalis semisirkularis menghantarkan impuls-impuls menuju otak. Impuls-impuls itu dibangkitkan dalam kanal-kanal tadi, karena adanya perubahan kedudukan cairan dalam kanal atau saluran-saluran itu. Perubahan kedudukan cairan dalam saluran semisirkularis inilah yang merangsang impuls, yang segera dijawab badan berupa gerak reflex, guna memindahkan berat badan serta mempertahankan keseimbangan.

C. Panca Indera Peraba
Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh, serta bersambung dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang masuk. Kulit yang didalamnya ujung saraf peraba mempunyai banyak fungsi, antara lain membantu mengatur suhu dan mengendalikan hilangnya air dari tubuh dan mempunyai sedikit kemampuan ekskretori, sekretori, dan absopsi. Kulit dibagi menjadi dua lapisan :
1.  Epidermis tersusun atas epitelium berlapis dan terdiri atas sejumlah lapisan sel yang disusun atas dua lapis yang jelas tampak.: selapis lapisan tanduk dan selapis zona germinalis. Bagian-bagian epidermis dapat dilihat dengan mikroskop. Lapisan epidermal Lapisan tanduk terletak paling luar, dan tersusun atas tiga lapisan sel yang membentuk epidermin.
a   Stratum korneum. Selnya tipis, datar, seperti sisik dan terus menerus dilepaskan.
b   Stratum lusidum. Selnya mempunyai batas tegas tetapi tidak ada intinya.
c    Stratum granulosum. Selapis sel yang jelas tanpa berisi inti dan grandulosum.
d   Zona germinalis terletak dibwah lapisan tanduk dan terdiri atas dua lapisan epitel yang berbentuk tegas.
e   Sel berduri yaitu sel dengan fibril halus yang menyambung sel yang satu dengan yang lainnya didalam lapisan ini, sehingga tiap sel seakan-akan berduri.
f     Sel basal. Sel ini terus menerus memproduksi epidermis baru. Sel ini disusun dengan teratur, berderet dengan rapat membentuk lapisan pertama atau lapisan dua sel pertama dari sel basal yang duduk diatas papilla dermis.
g   Epidermis tidak berisi pembuluh darah. Saluran kelenjar keringat menembus epidermis dan mendampingi rambut. Sel epidermis membatasi folikel rambut. Diatas permukaan epidermis terdapat garis lekukan yang berjalan sesuai dengan papil dermis dibawahnya. Garis-garis ini berbeda-beda;pada ujung jari berbentuk ukiran yang jelas, yang pada setiap orang berbeda. Maka atas hal ini studi sidik jari dalam kriminologi dilandaskan.
2.  Korium atau dermis tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan ikat yang elastis. Pada permukaan dermis tersusun papil-papil kecil yang berisi ranting-ranting pembuluh darah kapiler. Ujung akhir saraf sensoris yaitu puting peraba,terletak didalam dermis. Kelnjar keringat yang berbentuk tabuh berbelit-belit dan banyak jumlahnya, terletak disebelah dalam dermis, dan salurannya yang keluar melalui dermis dan epidermis bermuara diatas permukaan kulit didalam lekukan halus yang disebut pori. Ada beberapa kelenjar yang berubah sifatnya yang dapat dijumpai di kulit sebelah dalam telinga, yaitu kelenjar serumen. Kelenjar sebaseus adalah kelenjar kantong dalam kulit. Bentuknya seperti botol dan bermuara di dalam folikal rambut. Kelenjar ini paling banyak terdapat di kepala dan wajah, yaitu sekitar hidung, mulut, dan telinga, dan sama sekali tak terdapat dalam kulit telapak tangan dan telapak kaki. Kelenjarnya dan saluranya di lapisi sel epitel. Perubahan di dalam sel ini berakibat sekresi berlemak yang di sebut sebum.


D.   Fisiologi Kulit
1.  Kulit sebagai organ pengatur napas.
Suhu tubuh seseorang adalah tetap, meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal itu di pertahankan karena penyesuaian antara panas yang hilang dan panas yang dihasilkan, yang di atur oleh pusat pengatur panas pusat ini segera menyadari bila ada perubahan pada panas tubuh, karena suhu darah yangt mengalir melalui medulla oblongata.  
2.  Kulit sebagai Indera perabah.
Rasa sentuhan yang disebabkan rangsangan pada ujung saraf di dalam kulit berbeda-beda menurut ujung saraf yang di rangsang. Perasaan panas, dingin, sakit, semua ini perasaan yang berlainan. Didalam kulit terdapat tempat-tempat tertentu, yaitu tempat perabaan; beberapa sensitive (peka) terhadap dingin, beberapa ter hadap panas, dan lainya terhadap sakit.
Perasaan yang disebabkan tekanan yang dalam, dan perasaan yang memungkinkan seorang menentukan dan menilai berat suatu benda, timbul pada struktur lebih dalam, misalnya pada otot dan sendi.
3.  Tempat penyimpanan.
Kulit dan jaringan di bawahnya bekerja sebagai tempat penyimpanan air; jaringan adipose di bawah kulit merupakan tempat penyimpanan lemak yang utama pada tubuh

E.  Indera Pengecap (Lidah)
Pengecapan terutama merupakan fungsi dari taste buds yang terdapat di dalam mulut, tetapi pengalaman juga menyatakan bahwa indra penghidu sangat berperan pada persepsi pengecapan. Selain itu, tekstur makanan, seperti yang di deteksi oleh indera pengecap taktil di rongga mulut, dan adanya zat di dalam makanan seperti merica, yang merangsang ujung-ujung saraf nyeri, akan sangat mengubah pengalaman dalam pengecapan. Makna penting pengecapan terletak pada kebiasaan pada kenyataan bahwa pengecapan memungkinkan manusia memilih makanan sesuai dengan keinginannya. Dan mungkin juga sesuai dengan kebutuhan metabolik di jaringan tubuh terhadap zat-zat tertentu.
1.    Sensasi pengecapan utama
Pengenalan bahan kimia spesifik yang mampu merangsang berbagai reseptor pengecapan belum dapat diketahui semuanya. Walaupun begitu, penelitian yang besifat psikososiologi dan neurososiologi telah mengenali sedikitnya 13 reseptor kimia yang mungkin ada pada sel-sel pengecap, seperti diuraikan sebagai berikut:
a.  2 reseptor Natrium
b.  2 reseptor Kalium
c.  1 reseptor Klorido
d.  1 reseptor Adenosine
e.  1 reseptor Inosin
f.   2 reseptor Manis
g.  2 reseptor Pahit
h.  1 reseptor Glutamate
i.    1 reseptor Ion hydrogen
Untuk membuat analisis pengecapan yang praktis, kemampuan reseptor yang telah di kumpulkan menjadi empat kategori umum yang di sebut sensasi pengecapan utama. Keempat kategori tersebut adalah asam, asin, manis, dan pahit.
Seseorang dapat menerima beratus-ratus rasa yang berbeda. Semua itu seharusnya merupakan kombinasi dari sensasi-sensasi pengecap dasar.
               1)   Rasa Asam.
Rasa asam di sebabkan oleh asam, yakni karena konsentrasi ion hydrogen dan intensitas sensasi asam ini hampir sebanding dengan logaritma konsentrasi dengan hydrogen. Logaritma konsentrasi ion hydrogen. Artinya semakin asam suatu makanan, semakin kuat pula sensasi asam yang terbentuk.
               2)   Rasa Asin.
Rasa Asin dihasilkan dari garam yang terironisasi, terutama karena kosentrasi ion natrium. Kualitas rasanya berbeda-beda antara garam yang satu dengan yang lain, karena beberapa garam juga menghasilkan sensasi rasa selain rasa asin. Kation garam, khususnya kation natrium, terutama berperan untuk membentuk rasa asin, tetapi anion juga ikut berperan walaupun lebih kecil.
               3)   Rasa Manis.
Rasa Manis tidak dibentuk oleh satu golongan zat kimia saja. Beberapa tipe zat kimia yang menyebabkan rasa ini mencakup gula, glikol, alcohol, aldehid, keton, amida, ester, beberapa asam amino, beberapa protein kecil, asal sulfonat, asam halogenasi, dan garam-garam anorganik dari tima dan berilium. Perhatikan bahwa kebanyakan zat yang membentuk rasa manis adalah zat kimia organik. Sungguh sangat menarik bawah perubahan yang sangat kecil pada struktur kimia, seperti penambahan radikal sederhana, seringkali dapat mengubah zat dari rasa manis menjadi pahit.
               4)   Rasa Pahit.
Rasa pahit, seperti rasa manis, tidak di bentuk hanya oleh satu tipe agen kimia. Disini sekali lagi, zat yang memberikan rasa pahit hampir seluruhnya merupakan substansi organik. Dua golongan substansi tertentu yang cenderung menimbulkan rasa pahit adalah :
a)  Substansi organik rantai panjang yang mengandung nitrogen
b)  Alkaloid meliputi banyak obat yang digunakan dalam obat – obatan, seperti kuinin,kafein,striknin, dan nikotin.
Beberapa substansi yang mula-mula terasa manis juga dapat berubah menjadi pahit sesudahnya. Ini berlaku untuk sakarin, sehingg membuat zat ini tidak disukai oleh beberapa orang.
Rasa pahit, bila timbul dengan intensitas yang tinggi, biasanya akan membuat manusia atau hewan membuang makanan tersebut. Sensasi rasa pahit ini tidak diragukan lagi merupakan fungsi yang penting, karena banyak toksin yang mematikan ditemukan dalam tanaman yang beracun merupakan alkaloid, dan semua ini adapat menimbulkan rasa yang sangat pahit yang bisanya diikuti dengan membuang makanan tersebut.
2.    Adaptasi Pengecapan.
Setiap orang telah terbiasa dengan fakta bahwa sensai pengecapan dapat beradaptasi dengan cepat, seringkali hampir seluruhnya dalam waktu satu atau beberapa menit selama ada rangsangan yang berkesinambungan. Namun, dari penelitian elektro fisiologi terhadap serabut saraf pengecap, terlihat bawah adaptasi taste bud sendiri biasanya hanya memberikan peranan tidak lebih dari sekitar separuhnya. Oleh karena itu, adaptasi terakhir yang sangat luar biasa, yang terjadi pada sensai pengecapan hampir seluruhnya terjadi pada sistem saraf pusat itu sendiri, walaupun mekanisme dan daerahnya belum di ketahui. Disetiap kecepatan, mekanismenya berbeda dengan kebanyakan sistem sensorik lainya, yanh hampir seluruhnya beradapatasi pad reseptor.

F.  Indera Pembauh (Penghidu)
Penciuman adalah indera paling sedikit di mengerti. keadaan ini sebagian disebabkan oleh kenyataan bawah indera penghidu merupakan fenomena subjektif yang tidak mudah di pelajari pada hewan-hewan tinggkat renda. Kendala lain yang menambah kerumitan adalah pada manusia indera penghidu tidak berkembang sempurna di bandiangkan sebagian besar hewan tinggat rendah.
Nervus olfaktori atau saraf kranial pertama melayani ujung organ pencium. Serabut-serabut saraf ini timbulpada bagian atas selaput lendir hidung, yang di kenal sebagai bagian olfaktorik hidung.
Nervus olfaktorius di lapisi sel-sel yang sangat khusus, yang mengeluarkan fibril-fibril halus untuk berjalin dengan serabut-serabut dari bulbus olfaktorius. Bulbus olfaktorius yang pada hakikatnya merupakan bagian otak yang terpencil adalah bagian yang agak berbentuk bulbus dari saraf olfaktorius yang terletak di atas lempeng kribiformis tulang etmoid. Dari bulbus olfaktorius, perasaan bergerak melalui traktus olfaktorius dengan pengantaraan beberapa stasiun penghubung, hingga mencapai daerah penerimaan akhir dalam pusat olfaktori pada lobus temporalis otak, tempat perasaan itu di tafsirkan.
Adaptasi Penciuman
Sekitar 50% reseptor olvaktorius akan beradaptasi pada detik pertama atau setelah terkena rangsangan. Sesudah itu, reseptor yang beradaptasi akan sangat sedikit dan akan berlangsung dengan sangat lambat. Namun dari pengalaman, kita semua tahu bahwa sensai bau dapat beradaptasi dengan jelas hampir dalam waktu satu menit atau segera sesudah memasuki udarah yang berbau kuat. Karena adaptasi psikologis ini jauh lebih besar dari pada derajat adaptasi reseptor itu sendiri, hampir dapat di pastikan bahwa sebagian besar adaptasi tambahan terjadi dalam sistem saraf pusat. Hal ini tampaknya juha terjadi untuk sensai pengecapan. Diyakini bahwa mekanisme persarafan untuk adaptasi adalah sebagai berikut:
Sejumlah besar serabut saraf sentrifugal melintas dari daerah olfaktorius di otak kebelakang sepanjang traktus olfaktorius, dan berakhir pada sel-sel inhibitor khusus pada bulbus olfakatoraius, yaitu sel granul. Diduga bawah sesudah timbunya rangsangan olfaktorius, sistem saraf pusat dengan segera membentuk penghambatan umpan balik yang kuat untuk menekan  penyiaran sinyal penghidu yang memalui bulbus olfaktorius.

BAB III
  PENUTUP

A.  KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas kami simpulkan bahwa panca indra merupakan suatu organ tubuh yang sangat penting dalam kelangsungan hidup, karena tanpa Panca Indera kita tidak mampu merasakan rangsangan dari luar maupun dalam tubuh, seperti melihat, mendengar, mencium bauh, mengecap rasa, merabah dengan indera peraba. 

B.   SARAN
Saran kami adalah agar kita dapat menjaga kebersihan organ-organ  tubuh terutama yang berhubungan dengan Panca Indera agar tetap berfungsi dengan baik sehingga kita dapat merasakan rangsangan dari dalam dan luar tubuh kita.



                         

           



     
   





Daftar pustaka
Pearce. Evelyn. C (2011). Anatomi Dan Fisiologi untuk para
              Medis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Guyton. Arthur. C & Hall E. Jhon (2007). Buku ajat fisiologi kedokteran : Edisi Kesebelas. Jakarta : EGC.
Sumber dari Internet:
Fembrisma (2012). Anatomi-Telinga-Manusia-Beserta-Fungsinya.    (http://cdn.doktergaul.com).Diakses pada tanggal 06 juni 2013

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar