Kamis, 31 Oktober 2013

KASUS HIPERTENSI


BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamik yang sederhana dan mudah di lakukan pengukurannya. Hemodinamik adalah suatu keadaan dimana tekanan dan aliran darah dapat mempertahankan perfusi atau pertukaran zat di jaringan tubuh. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 80 mmHg.
Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada pembuluh darah, yang mengakibatkan makin tingginya tekanan darah. Pada penyelidikan epidemiologis membuktikan bahwa tingginya tekanan darah berhubungan erat dengan morbiditas dan mortalitas  penyakit kardiovaskuler. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan penyakit tersebut sering tidak menampakkan gejala. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10% lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Hanya 50% dari golongan hipertensi sekunder dapat diketahui penyebabnya dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu upaya penanggulangan hipertensi terhadap hipertensi primer baik mengenai patogenesis maupun tentang pengobatannya.

B.  Rumusan masalah
1.    Apa pengertian dari Hipertensi ?
2.    Apa etiologi dari Hipertensi ?
3.    Apa klasifikasi penyakit hipertensi ?
4.    Seperti apa sajakah manifestasi klinis yang ditimbulkan penderita Hipertensi ?
5.    Apa saja Komplikasi dari Hipertensi ?
6.    Bagaimana patofisiologi dan pathway dari Hipertensi ?
7.    Bagaimana Pemeriksaan diagnostik dari Hipertensi ?
8.    Bagaimana penatalaksanaan penyakit Hipertensi ?
9.    Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi ?
10.     Bagaimana Discharge planning yang di tegakkan pada pasien hipertensi ?

C.  Tujuan penulisan
1.    Tujuan umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien dengan Hipertensi, mampu memahami tentang konsep dasar penyakit Hipertensi, dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

2.    Tujuan Khusus
a.          Agar mahasiswa mengetahui pengertian Hipertensi
b.         Agar mahasiswa mengetahui etiologi dari Hipertensi
c.          Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi Hipertensi
d.         Agar mahasiswa mengetahui gejala klinis Hipertensi
e.         Agar mahasiswa mengetahui patomekanisme terjadinya  Hipertensi
f.          Agar mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
g.         Agar mahasiswa mengetahui komplikasi yang bisa terjadi pada Hipertensi
h.         Agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaan Hipertensi
i.           Agar mahasiswa mengetahui prognosis dari Hipertensi
j.           Agar mahasiswa mengetahui cara merumuskan diagnose keperawatan, intervensi dan rasional
k.         Agar mahasiswa mengetahui discharge planning

D.  Manfaat penulisan
1.   Bagi Umum
      Pembaca dapat mengetahui dampak dari penyakit Hipertensi dan sanggup melakukan pencegahan dalam menghambat perkembangan kasus.

2.   Bagi Mahasiswa Keperawatan
Mahasiswa bisa mempraktekkan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami penyakit Hipertensi dan yang beresiko.

E.  Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 3 bab. BAB I Pendahuluan, diuraikan tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Teoritis, diuraikan tentang teori yang merupakan dasar dari asuhan keperawatan yaitu konsep dasar medik yang meliputi definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, test diagnostik, komplikasi dan penatalaksanaan medik. Sedangkan konsep asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, discharge planning dan patoflowdiagram. BAB III Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.




BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Medis
1.  DEFENISI HIPERTENSI
Hipertensi didefinisikan oleh Join Nasional Commite On Detection Evaluation  and Treatmen Of High Blood Pressure (JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dapat diklasifikasikn sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah normal, tinggi sampai maligna. (Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan System Kardiovaskuler).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg dan pada populasi manula tekanan sistoliknya 160 mmHg dan diastoliknya diatas 90 mmHg (Brunner, 2004)
Hipertensi dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
1.    Hipertensi esensial (Primer) yang belum diketahui pasti penyebabmya, namun diduga karena faktor stress, genetik, obesitas, alkohol, rokok, pola makan yang salah, perubahan pada jantung dan pembuluh darah.
2.    Hipertensi sekunder yang penyebabnya karena adanya penyakit jantung, DM, ginjal, dan kelainan hormonal.




2.  ANATOMI FISIOLOGI
a.    Anatomi


 











Peredaran besar dan kecil

b.    Fisiologi
1)   Sirkulasi dan Pembuluh Darah Jantung
a)    Sirkulasi Darah
Ø Sirkulasi Sistemik (Peredaran besar)
Darah meninggalkan vetrikel kiri melalui aorta dan arteri. Arteri yang lebih kecil atau arteriola keseluruh tubuh. Darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung melalui vena yang kemudian membentuk vena cava dan bermuara ke atrium kanan jantung.
Ø Sirkulasi Pulmonal (Peredaran darah kecil)
Darah yang kurang mengandung O2 dari ventrikel kanan dialirkan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Di paru-paru terjadi peningkatan O2 dalam kapiler pulmonal yang  kemudian bergabung membentuk vena pulmonalis dan membawa darah yang kaya O2 ke jantung melalui atrium kiri.
b)   Pembuluh Darah Jantung 
Pembuluh darah yang berada disekitar jantung dan membantu dalam proses sirkulasi darah adalah :
Ø Aorta
Ø Arteri pulmonalis
Ø Vena pulmonalis
Ø Vena cava superior dan vena cava inferior  

2)   Bagian Fungsional dari Sirkulasi
Fungsi sirkulasi adalah untuk melayani kebutuhan jaringan untuk mentransfer produk-produk yang tidak berguna untuk menghantar hormon  dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain, dan secara umum untuk memelihara lingkungan hidup secara optimal dan untuk fungsi sel-sel.
3)   Teori Dasar Fungsi Sirkulasi
Walaupun fungsi sirkulasi bersifat kompleks tetapi ada hal prinsip dasar yang mendasari fungsi saluran sistem.
a)    Darah yang mengalir kesetiap jaringan tubuh hampir selalu aktif.
b)   Curah jantung dikendalikan terutama oleh penjumlahan aliran darah setempat.
c)    Pada umumnya tekanan darah arteri dikendalikan secara mandiri dari pengaturan aliran darah setempat atau pengaturan curah jantung.
4)   Hubungan antara Tekanan, Aliran, dan Tahanan
a)    Tekanan darah
Satuan tekanan yang standar tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam mililiter air raksa (mmHg) karena manometer air raksa telah dipakai sebagai rujukan baku untuk  tekanan darah. Sebenarnya tekanan darah berarti kekuatan yang dihasilkan oleh aliran darah terhadap setiap satuan luas pembuluh darah. Bila seseorang mengatakan tekanan aliran pembuluh darah atau 50 mmHg, itu berarti bahwa kekuatan yang dihasilkan cukup untuk mendorong kolom air raksa sampai 50 mmHg. Bila tekanan atau 100 mmHg, itu berarti kolom air raksa akan didorong setinggi 100 mililiter.
Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan setelah pada saat istirahat yang cukup yaitu sesudah berbaring kurang lebih 5 menit. Pengukuran sebaiknya dilakukan pada posisi berbaring, duduk, dan berdiri sebanyak 2-3 kali dengan interval 2 menit serta sebaliknya dilakukan pemeriksaan pada kedua lengan.
Ukuran manset harus cocok dengan ukuran lengan atu harus melingkar palingsedikit 80 % lengan atas dan lebar manset paling sedikit 2-3 kali panjang lengan atas. Pinggir bawah manset harus 2 cm diatas fossa kubili. Sebaiknya tersedia ukuran manset dewasa dan anak-anak. Balon dipompa sampai tekanan sistolik kemudian diturunkan perlahan-lahan. Tekanan sistolik pada saat terdengar bunyi pertama sedangkan tekanan diastolik bila bunyi yang terakhir.

b)   Aliran darah
Secara sederhana aliran darah berarti jumlah darah yang mengalir melalui suatu titik tertentu disirkulasi dalam satuan waktu tertentu. Aliran darah total pada sirkulasi orang dewasa dalam keadaan istirahat dalam sekitar 5000 ml/mnt. Aliran darah ini disebut curah jantung karena ini merupakan jumlah darah yang dipompakan oleh jantung dalam satuan waktu tertentu.
Aliran melalui pembuluh darah ditentukan oleh kedua faktor :
Ø Perbedaan tekanan antara kedua ujung pembuluh yaitu tenaga yang mendorong darah melalui pembuluh darah.
Ø Rintangan bagi aliran darah melalui pembuluh yang disebut tahanan vaskuler.
c)    Tahanan terhadap aliran darah
Suatu tahanan oleh penghalang terhadap aliran darah dalam  pembuluh, tetapi tidak dapat diukur secara berlangsung apapun. Sebaiknya tekanan harus dihitung dari pengukuran aliran darah dan pembedaan tekanan pembuluh.
Bila perbedaan tekanan antara dua titik dalam pembuluh darah 1 mmHg dan aliran adalah 1 ml/detik tahanan dikatakan sebesar 1 satuan tahanan perifer.


3.  ETIOLOGI
a.    Faktor Predisposisi
Ø Umur: Tekanan darah cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Pada umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang yang berusia 40 tahun namun saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang berusia muda. Boedhi Darmoejo dalam tulisannya yang dikumpulkan dari berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa 1,8% - 28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi.
Ø Jenis kelamin : Wanita penderita hipertensi diakui lebih banyak dari pada laki-­laki. Tetapi wanita lebih tahan dari pada laki-laki tanpa kerusakan jantung dan pembuluh darah. Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada wanita. Pada pria hipertensi lebih banyak disebabkan oleh pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan. Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan wanita. Menurut Edward D. Frohlich seorang pria dewasa akan mempunyai peluang lebih besar yakni 1 diantara 5 untuk mengidap hipertensi
Ø Genetik
Kasus hipertensi esensial 70% - 80% diturunkan dari orang tuanya. Apabila riwayat hipertensi di dapat pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar bagi seseorang yang kedua orang tuanya menderita hipertensi ataupun pada kembar monozygot (sel telur) dan salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut kemungkinan besar menderita hipertensi

b.    Faktor Presipitasi
Ø Konsumsi garam yang tinggi (>30 g)
menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari (sama dengan 2400 mg Natrium)
Ø Obesitas
Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya cenderung tinggi karena seluruh organ tubuh dipacu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih besar jantung pun bekerja ekstra karena banyaknya timbunan lemak yang menyebabkan kadar lemak darah juga tinggi, sehingga tekanan darah menjadi tinggi
. Berat badan yang berlebihan juga akan membuat seseorang susah bergerak dengan bebas. Jantung berkerja keras untuk memopa darah agar bisa menggerakkan badan berlebihan dari tubuh. Disamping itu pembuluh darah mengecil dan tersumbat dan sebagai akibat penumpukan lemak atau lipid didinding pembuluh darah sehingga darah yang lewat tidak maksimal dan terjadilah tekanan darah yang kuat dan tinggi.
Ø Merokok
Merokok dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan arteri menyempit dan lapisan menjadi tebal dan kasar. Keadaan paru-paru dan jantung mereka yang merokok tidak dapat bekerja secara efisien
Ø  Stress
Hampir semua orang didalam kehidupan mereka mengalami stress berhubungan dengan pekerjaan mereka. Hal ini dapat dipengaruhi karena tuntutan kerja yang terlalu banyak (bekerja terlalu keras dan sering kerja lembur).
Ø  Gangguan ginjal
Gangguan pada ginjal dapat mengakibatkan perubahan pada fungsi ginjal. Meningkat penahan air dan garam oleh ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah garam dan air didalam tubuh. Volume darah di dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.
Ø  Kelainan hormon
Pelepasan hormon epinefrin (adrenalin) dan non-epinefrin (nonadrenal) diduga sebagai salah satu penyebab hipertensi.meningkatnya pengeluaran hormon insulin sebagai salah satu hormon yang mengatur gula darah dapat menyebabkan penebalan pembuluh darah dan karinanya meningkatkan resistensi perifer.


4.  MANIFESTASI KLINIK
a.    Mual
b.    Sakit kepala
c.    Sesak nafas
d.   Lemas/kelelahan
e.    Gelisah
f.     Epistaksis
g.    Kesadaran menurun
h.    Tinilus (dengung / desis dalam telinga)
i.      Vertigo (pusing berat)
Dalam keadaan hipertensi berat penderita dapat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.

5.     PATOFISIOLOGI
Tekanan darah di pengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah seperti faktor genetik dan umur (faktor yang tidak dapat di ubah), stress, obesitas, merokok, asupan Na yang meningkat, kelainan hormonal dan penyakit ginjal. (faktor yang dapat di ubah).
Perubahan fungsi membran sel pada kelaianan genetik diduga terjadi perubahan pada membran sel  yang dapat menyebabkan konstriksi fungsional dan hipertensi struktural. Kontriksi yang terjadi pada pembuluh darah yang mengakibatkan terjadi peningkatan tekanan perifer yang kemudian menyebabkan peningkatan tekanan darah. Perkembangan gerontologis.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab padaperubahan tekanan darah yang terjadi pada usila. Perubahan tersebut meliputi atereklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunsan relaksasi oto polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan ekstensi dan daya regang pembuluh darah konsekuensinya aorta dan arteri besar berkurang. Kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh jantung menyebabkan peningkatan tekanan perifer54 yang pada akhirnya mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Sistem renin anIotensin dan aldosteron berperan dalam timbulnya hipertensi. Produksi renin di pengaruhi oleh berbagai fakto antara lain stimulasi sistem saraf simpatis yang merupakan respon dari stress psikologis dan penurunan aliran darah ke ginjal . renin berperan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensi 1 kemudian di ubah menjadi angiotensi 2 yang merupakan vasokonstriktor kuat yang pada gilirannya merangsang pelepasan aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan tekanan intravaskular.
Hipertensi yang disebabkan oleh kelainan hormonal misalnya pada sindrom chusing adanya pelepasan ACTH yang tidak adekuat akan meningkatan konsentrasi glukokortikoid plasma sehingga meningkatkan efek katekolamin (peningkatan curah jantung) dan kerja mineralokortikoid, kortisol yang berkadar tinggi (retensi natrium).
Faktor gaya hidup yang dapat mempengaruhi hipertensi adalah obesitas, merokok, asupan natrium yang meningkat.
Pasien Obesitas terjadi peningkatan glokosa dalam darah. Peningkatan glukosa dalam darah dapat merusak sel endotel pembuluh darah sehingga terjadi reaksi imun dan peradangan sehingga akhirnya terjadi pengendapan trombosit, makrofag, dan jaringan fibrosa yang akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan tahanan perifer dan menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Peningkatan intake sodium menyebabkan retenasi sodium di ginjal yang mengakibatkan retensi cairan di ginjal yang akan meningkatkan volume plasma. Dengan peningkatan volume plasma akan terjadi peningkatan curah jantung dan peningkatan tekanan darah  (Keperawatan Medikal Bedah Vol.2/2004).

6.     KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi yang diakibatkan oleh penyakit Hipertensi, jika tidak ditangani sejak dini, penyakit komplikasi yang dapat timbul diantaranya: 
Ø Kerusakan penglihatan
Tekanan darah yang sangat tinggi akibat dari adanya penyempitan pembuluh darah. Penebalan serta pengerutan dinding pembuluh darah dari berbagai sebab. Dalam keadaan ini jantung memompa darah dengan kontraksi yang cepat sehingga darah yang keluar keseluruh tubuh lewat pembuluh darah mengalami tekanan yang sangat kuat akibat sumbatan dari dinding pembuluh darah. Akibatnya pembuluh darah perifer pada mata dan organ pecah. Organ dimata tidak mendapat suplay nutrisi dan oksigen lewat aliran darah, sehingga mengakibatkan penglihatan menjadi kabur dan kebutaan.
Ø Stroke
Hipertensi adalah faktor utama terjadinya stroke. Hal ini terjadi karena tekanan darah yng terlalu tinggi menyebabkan perubahan struktur arteri-arteri dan penyumbatan pembuluh darah. Pembuluh darah yang menyempit menyebabkan darah terganggu sehingga pembuluh darah yang mempengaruhi otak akan lemah dan pecah. Saat itu akan terjadi perdarahan di otak sehingga akan timbul stroke. Stroke juga dapat timbul akibat sumbatan dari gumpalan darah yang tinggal dipembuluh darah yang sempit, yang akan memperburuk keadaan pembuluh darah arteri ke otak.
Ø Kerusakan ginjal
Kerusakan ginjaldiketahui dapat terjadi akibat hipertensi sebagai salh satu komplikasi. Hal ini juga dapat terjadi karena volume darah yang meningkat akibat vasokonstriksi pembuluh darah dalam tubuh akan menyempit dan menebalkan aliran darah menuju ginjal akibat ginjal tidak dapat membuang sejumlah air dan natrium dari dalam darah. Natrium dan air menumpuk dalam jaringan tubuh kemudian terjadi odem. Jika keadaan ini terus terjadi,ginjal akan bekerja terus sampai tidak mampu bekerja dengan baik akhirnya terjadi disfungsi ginjal atau gagal ginjal.
Ø Payah jantung
Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban kerja jantung bertambah dan tidak mampu lagi memompa darah keseleruh tubuh sehingga akibatnya terjadi hipertrofi ventrikel untuk meningkatakan kekuatan kontraksi, akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung terlampauhi dan terjadi dilatasi mengakibatkan payah jantung (Coungestive Heart Fleure).  

7.  PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a.    HB atau Hr untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (visikositas) dan dapat mengidentifikasikan factor-faktor resiko seperti anemia dan hiperkogulabilitas.
b.    BUN/ Kreatinin untuk mengetahui keadaan perfusi ginjal
c.    Glukosa untuk mengetahui adanya peingkatan kadar katekolamin yang dapat meningkatkan hipertensi, dan untuk mengetahui adanya kadar gula yang tinggi dalam darah (Diabetes melitus adalah pencetus hipertensi).
d.   Kalsium serum
Hiperkalsemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama penyebab menjadi efek samping terapi diuretik. Kalsium serum peningkatan kadar kalsium serum
e.    Kolesterol dan triliserin serum peningkatan kadar dapat mengidentifikasikan pencetus untuk adanya pembentukan plak. Ateromosa (efek kardiovakuler)
f.     Pemeriksaan tiroid
Hipertrioidisme dapat menimbulkan vasokontraksi dan hipertensi
g.    EKG
Dapat menunjukkan pembesaran  jantung, pola regangan,gangguan kondusi, peningkatan P adalah salah satu tanda diri penyakit jantung hipertens
h.    Urinalisasi
Memperhatikan protein sel darah merah, atau sel darah putih .Glukosa menyisyaratkan disfungsi ginjal atau adanya diabetes

8.  PENATALAKSANAAN MEDIS
a.    Terapi Non Farmakologis
Diet :
Ø Retriksi garam secara moderat dari 10 g/hari menjadi 5g/hari
Ø Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
Ø Penurunan berat badan
Ø Penurunan asupan etanol
Ø Menghentikan merokok
Ø Latihan fisik/ olahraga yang teratur/ terarah Misalnya : Joging, bersepeda, berlari, dll.
Ø Edukasi, psikologis
       Teknik biofeedback
       Teknik relaksasi
       Pendidikan kesehatan/ penyuluhan
b.    Terapi Farmakologis
Ø Deuretik: hygroton
Ø Beta bloker
Ø Ca antagonis
Ø ACE inhibator




B. Konsep Asuhan Keperawatan
1.    PENGKAJIAN
Pola Gordon
a.    Pola Persepsi Kesehatan Dan Pemeliharaan Kesehatan
1)   Keadaan sebelum sakit.
Pasien mengaku  bahwa ia memiliki kebiasaan  merokok dan dalam sehari pasien dapat mengonsumsi minuman berkafein hingga 2 gelas. Karena aktivitas pasien yang padat, pasien tidak mempunyai waktu untuk berolahraga dan pasien juga jarang memeriksakan diri ke petugas medis.
2)   Riwayat penyakit saat ini
-     Keluhan utama:  kepala pusing dan terasa berat serta daerah tengkuk terasa tegang
-     Riwayat keluhan utama
Pasien mengeluh merasakan pusing dan nyeri yang terasa berat di tengkuk yang dialami sejak semalam, dan gejala tidak berhenti setelah pasien melakukan aktivitas bahkan setelah pasien beristirahat
3)   Riwayat kesehatan keluarga
Ada keluarga pasien yang mengalami hipertensi.

b.    Pola Aktivitas dan Latihan
1)   Keadaan sebelum sakit
Pasien tidak memiliki aktivitivitas yang lebih selain pekerjaan di kantor, dan jika pulang ke rumah pasien biasanya langsung tidur atau bersantai di depan teras rumahnya sambil menikmati beberapa cangkir kopi.
2)   Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan bahwa pekerjaannya di kantor  mulai terganggu karena pasien mengalami pusing dan nyeri yang terasa berat di tengkuk.
3)   Pemeriksaan fisik
TTV :  Tekanan darah dua kali:  berturut-turut dalam keadaan istirahat : 180/100mmHg dan 175/100mmHg.

c.    Pola Tidur dan Istirahat
1)   Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan kalau tidur malam jam 12 malam dan bangun jam 5 pagi. Pasien sering  duduk berjam-jam di depan laptop untuk mengerjakan pekerjaan kantor sebelum tidur. Pasien jarang tidur siang, dan lebih sering menghabiskan waktunya seusai bekerja dengan tidur siang atau bersantai didepan teras rumahnya.
2)   Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan sejak ia merasakan nyeri berat di tengkuk, ia lebih banyak mengahabiskan waktu istirahat dengan tidur siang seusai beraktivitas.

d.   Pola Nutrisi Dan Metabolik
1)   Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan bahwa ia sering mengkonsumsi makanan yang tinggi akan kadar garam seperti ikan asin, dan pasien sangat sering mengkonsumsi kopi dengan kadar kafein yang cukup tinggi juga minuman yang bersoda seperti sprite.
2)   Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan sejak ia mengetahui tekanan darahnya tinggi, ia mulai mengurangi konsumsi makanan yang mempunyai kadar garam yang cukup tinggi serta minuman yang mengandung kadar kafein dan soda yang cukup tinggi.

2.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.       Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d  hipertrofi ventrikel
b.      Intoleran aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen
c.       Nyeri b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
d.      Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d  asupan yang berlebihan terhadap kebutuhan metabolik
e.       Ketidakefektifan koping individu b/d tidak adekuatnya tingkst persepsi kendali diri
f.       Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan b/d keterbatasan kognitif


3.    INTERVENSI DAN RASIONAL
a.    Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d hipertrofi ventrikel.
NOC: Menunjukkan curah jantung yang memuaskan,dibuktikan oleh efektifitas pompa jantung,status sirkulasi,perfusi jaringan (organ abdomen,jantung,serebral,perifer,dan pulmonal), dan perfusi jaringan (perifer);dan status tanda vital.
NIC:
1)   Pantau TD.ukur pada kedua tangan/paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat.
R/           Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vascular. Hipertensi berat diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan tekanan diastolik di sampai 130; hasil pengukuran diastolik di atas 130  dipertimbangkan sebagai peningkatan pertama, kemudian maligna. Hipertensi sistolik juga merupakan faktor risiko yang ditentikan untuk penyakit serebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila tekanan diastolic 90-115

2)   Catat keberadaan,kualitas denyutan sentral dan perifer.
R/           Denyutan karotis,jugularis,radialis  dan femoralis mungkin teramati/terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dan vasokontriksi(peningkatan SVR) dan kongesti vena.
3)   Aukultrasi tonus jantung dan bunyi napas
R/           S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertrofi atrium (peningkatan volume/tekanan atrium) perkembangan S3 menunjukkan hipertrofi ventrikel dan kerusakan fungsi. Adanya krekels dan mengi dapat meningdikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya gagal jantung kronik.   
4)   Amati warna kulit, kelembapan,suhu, dan masa pengisian kapiler.
R/           Adanya Pucat, dingan , kulit lembab dan masa pengisian
kapiler yang lambat mungkin berkaitan dengan vasokintriksi atau dekompensasi tau penurunan curah jantung
5)   Catat edema umum/tertentu
R/           Dapat Mengidentifikasi gagal jantung ,kerusakan ginjal/ vaskuler
6)   Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan lingkungan. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
R/           Membantu menurunkan rangsang simpatis, meningkatkan relaksasi
7)   Pertahankan pembatasan aktivitas,spt, istirahat di tempat tidur/kursi; jadwal periode istirahat tanpa gangguan ; bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.
R/           Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengeruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi
8)   Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman,spt pijatan punggung dan leher, meningkatan kepala tempat tidur.
R/           Mengurangi ketidaknyamanan dan menurunkan rangsang simpatis
9)   Anjurkan teknik relaksasi,panduan imajinasi,aktivitas pengalihan.
R/           Dapat  Menurunkan rangsang yang menimbulkan stress, membuat efek tenang sehingga menurunkan tekanan darah.

10)     Pantau respons terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
R/           Respon terhadap terapi obat (diuretic inhibitor simpatis, vasodilator) tergantung pada klien dan efek sinergis obat

Kolaborasi
1)   Berikan obat-obat sesuai indikasi,contoh: diuretic tiazid, misalnya  klorotiazid (diuril); hidroklorotiazid (esidrix/hidroDIURIL); bendroflumentiazid (naturetiun)
R/           Tiazid mungkin digunakan sendiri atau dicampur dengan obat lain untuk menurunkan TD pada pasien dengan fungsi ginjal yang relative normal. Diuretik ini memperkuat agen-agen antihipertensif lain dengan membatsi retensi cairan.
2)    Diuretic loop, mis furosemid (lasix);asam etakrinic (edecrin); bumetanid (burnex)
R/           Obat ini menghasilkan dieresis kuat dengan menghambat resorpsi natrium klorida dan merupakan antihipertensif efektif,khususnya pada pasien yang resisten terhadap tiazid atau mengalami kerusakan ginjal.
3)    Diuretic hemat kalium, mis, spironolakton (aldactone);triamterene (dyrenium;amilioride (midamor);
R/           Dapat diberikan dalam kombinasidengan diuretic tiazid untuk meminimalkan kehilangan kalium.

4)    Inhibator simpatis, mis, propanolol (inderal);metoprolol (lopressor);atenolol (tenormin); nadolol (cogard); metildopa (aldomet); reserpine (sersasi);klonidin (catapres;)

R/           Kerja khusus obat ini bervariasi,tetapi secara umum menurunkan TD  melalui efek kombinasi penurunan tahapan total perifer, menurunkan curah jantung,menghambat aktivitas simpatis,dan menekan pelepasan rennin.

5)   Vasodilator mis, minosidil (loniten); hydralazin (apresoline);bloker saluran kalsium, mis, nifedipin (pr ocardia); verapamil (calan);

R/           Mungkin diperlukan untuk mengobati hipertensi berat bila dikombinasikan diuretic dan inhibitor simpatis tidak berhasil mengontrol TD. Vasodilatasi vaskuler jantung sehat dan meningkatkan aliran darah koroner keuntungan sekunder dari terapi vasodilator

6)    Agen-agen antiadrenergik: α-1 bloker prazosin (minipres); tetazosin (hytrin)

R/           Bekerja pada pembuluh darah untuk mempertahankan agar tidak konstriksi.

7)    Bloker nuron adregernik: guanadrel (hyloree);quanetidin (ismelin);reserpin (serpasi);\

R/           Menurunkan aktivitas konstriksi arteri dan vena pada ujung saraf simpatis

8)   Inhibitor adrenergic yang kerja secara sentral:klonidin;(catapres);guanabens (wytension); metildopa (aldomet)

R/           Obat ini meningkatkan rangsang simpatis pusat vasomotor untuk menurunkan tahanan arteri perifer.

9)   Vasodilator kerja langsung: hidralizin (apresoline); minoksidil; (loniten);

R/           Merilekskan otot-otot polos vakuler

10)      Vasodilator oral yang bekerja langsung: diazoksid (hyperstat); nitropusid;( nipride,nitropess)

R/           Obat-obat ini diberikan secara intrvena untuk menangani kedaruratan hipertensi.

11)    Bloker anglion,mis, guagenitidin (ismelin);trimetapan (arfonad), ACE inhibitor, mis, kaptopril (capoten)

R/         Penggunaan inhibitor simpatis tambahan mungkin dibutuhkan (untuk efek kumulatifnya) bila tindakan lain gagal untuk mengontrol TD dan kerja sama pasien dengan regimen terapeutik telah ditetapkan.

12)     Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi.

R/         Pembatasan ini dapat menangani retensi cairan dengan resppon hipertensif,dengan demikian menurunkan beban kerja jantung.

13)     Siapkan pembedahan bila ada indikasi.

R/         Bila hipertensi berhubungan dengan adanya feokromositoma. maka pengangkatan tumor akan memperbaiki kondisi.


b.    Intoleran Aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen
NOC: berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan normal denyut jantung, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah serta memantau pola dalam batas normal.
NIC
1)   Kaji respons pasien terhadap aktivitas, observasi frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit di atas frekuensi istirahat; Peningkatan TD selama/sesudah aktivitas (tekanan sistolik meningkat 40 mmHg atau tekanan distolik meningkat 20 mmHg); dispnea/nyeri dada, keletihan kelemahan berlebihan, diaphoresis, pusing atau pingsan.
R/           Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stress aktivitas dan bila ada merupakan indicator dari kelebihan kerja yng berkaitan dengan tingkat aktivitas
2)   Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy, misalnya menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir, menyikat gigi dan melakukan aktivitas dengan perlahan
R/           Teknik menghemat energy mengurangi penggunaan energy,juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
3)   Berikan dorongan melakukan aktivitas atau perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
R/           Kemajuaan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba – tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan beraktivitas.

c.    Nyeri ,(Akut), Sakit Kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
NOC:
NIC
:
1)   Mempertahankan tirah baring selama fase akut
R/           Meminimalkan stimulasi/ meningkatkan relaksasi
2)    Berikan tindakan nonfarmakologik untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat pungung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi (panduan imajinasi distraksi) dan aktivitas waktu senggang.
R/           Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat atau memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
3)    Hilangkan/ meminimalkan aktivitass vasokontriksi yang meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang, dan membungkuk
R/           Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala karena adanya peningkatan tekanan vascular serebral
4)    Bantu klien dalam ambulansi sesuai kebutuhan
R/           Pusing, penglihbungatan kabur berhubungan dengan sakit kepala. Klien dapat mengalami episode hipotensi postural
5)    Berikan cairan, makanan lunak,  dilakukan untuperawatan mulut teratur bila terjadi perdarahan hidung/ kompres hidung setelah dilakukan untuk menghentikan perdarahan.
R/           Meningkatkan kenyamanan umum. Kompres hidung mengganggu menelan atau membutuhkan napas dengan mulut, menimbulkan stagnassi sekresi oral dan mengeringkan membrane mukosa
6)    Analgesik
R/           Menurunkan nyeri dan menurunkan rangsang system saraf simpatis
7)   Antiansietas, misalnya lorazepam(ativan), diazepam(valium)
R/           Mengurangi ketegangan dan ketidaknyamanan yang diperberat oleh stress.

d.   Perubahan Nutrisi Lebih dari Kebutuhan Tubuh b/d asupan yang berlebihan terhadap kebutuhan metabolik
NOC: mengalami asupan kalori,lemak,karbohidrat,vitamin,mineral,zat besi, dan kalsium yang adekuat, tetapi tidak berlebihan
NIC:
1)   Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan
R/           Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya asterosklerosis dan kegemukan,yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya misalnya stroke,penyakit ginjal,gagal jantung.kelbihan masukkan garam memperbanyak volume cairan intravaskuler dan dapat merusak ginjal,yang lebih memperburuk hipertensi.
2)   Bicarakan pentingnya menurunkanmasukan kalori dan batasi masukan lemak, garam, dan gula sesuai indikasi.
R/           motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil.
3)   Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
R/           mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir.membantu dalam menentukan kebutuhan individu untuk penyesuain/penyuluhan.
4)   Kaji ulang masukan kalori harian dan pilih diet.
R/           Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori/hari dapat menurunkan berat badan 0,5 kg/minggu. Penurunan berat badan yang lambat mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja otot  dan umumnya dengan cara mengubah kebiasaan makan.
5)    Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistis dengan pasien misalnya penurunan berat badan 0,5 kg/minggu
R/           memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan,dan kondisi emosi saat makan.membantu memfokuskan pengertian pada factor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan
6)   Dorong pasien untuk mempertahankan masukkan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan.
R/           menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis
7)   Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega,keju,telur,es krim,daging) dan kolesterol (daging berlemak,kuning telur,produk kalengan,jeroan)
R/           memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.
8)    Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi
R/           Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual

e.    Ketidakefektifan koping individu  b/d  tidak adekuatnya tingkat persepsi kendali diri
NOC: menunjukkan koping yang efektif yang dibuktikan oleh menggunakan perilaku untuk menurunkan stres
NIC:
1)   Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, mis:,kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan dan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
R/           Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronik, dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan dalam kehidupan sehari-hari.
2)   Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan mengatasi/menyelesaikan masalah.
R/           Manifestasi mekanisme koping maladaptif mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic.
3)   Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya.
R/           Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respons seseorang terhadap stressor.
4)   Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.
R/           Keterlibatan memberikan pasien perasaan control diri yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping, dan dapat meningkatkan kerja sama dalam regimen terapeutik.
5)   Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup.Tanyakan pertanyaan seperti “Apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan ?”
R/           Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relatif terhadap pandangan pasien tentang apa yang diinginkan.Etika kerja keras, kebutuhan untuk “control”, dan focus keluar dapat mengarah pada kurang perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal.
6)   Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu.Bantu untuk menyesuaikan, ketimbang membatalkan tujuan diri/keluarga.
R/           Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk menghidari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.

f.     Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan b/d  Keterbatasan kognitif.
NOC:  Mempertahankan TD dalam parameter normal.
NIC:
1)   Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar.Termasuk orang terdekat.
R/           Kesalahan konsep dalam menyangkal  diagnose karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit,kemajuan, dan prognosis.Bila pasien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahankan.
2)   Tetapkan dan nyatakan batas TD normal.Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung,pembuluh darah,ginjal, dan otak.
R/           Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan TD dan mengklarifikasi istilah medis yang sering digunakan.Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat.
3)   Hindari mengatakan TD ‘normal’dan gunakan istilah “terkontrol dengan baik”sangat menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan.
R/           Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan,maka dengan penyampaian ide “terkontrol”akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan/medikasi.
4)   Bantu pasien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardiovaskular yang dapat diubah, mis:obesitas,diet tinggi lemak jenuh,dan kolestrol, pola hidup monoton,merokok dan minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari dengan teratur),pola hidup penuh stress.
R/           Faktor-faktor resiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskular serta ginjal.
5)   Atasi masalah dengan pasien untuk mengidentifikasi cara dimana perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi factor-faktor diatas.
R/           Faktor-faktor resiko dapat meningkatkan proses proses penyakit atau memperburuk gejala.Dengan mengubah pola perilaku yang “biasa/memberikan rasa aman”dapat sangat menyusahkan.Dukungan, dan petunjuk empati dapat meningkatkan keberhasilan pasien dalam tugas ini.
6)   Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien dalam membuat rencana untuk berhenti merokok.
R/           Nikotin meningkatkan pelepasan katekolamin,mengakibatkan frekuensi jantung,TD,dan vasokontriksi,mengurangi oksigenasi jaringan, dan meningkatkan kerja miokardium.
7)   Beri penguatan pentingnya kerja sama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan perjanjian tindak lanjut.
R/           Kurangnya kerja sama adalah alas an untuk kegagalan terapi antihipertensif.Oleh karenanya evaluasi yang berkelanjutan untuk kepatuhan pasien adalah penting untuk keberhasilan pengobatan.Terapi yang efektif menurunkan insiden stroke,gagal jantung,gangguan ginjal, dan kemungkinan MI.
8)   Instruksikan dan peragakan teknik pemantauan TD mandiri.Evaluasi pendengaran,ketajaman penglihatan dan keterampilan manual serta koordinasi pasien.
R/           Dengan mengajarkan pasien atau orang terdekat untuk memantau TD adalah menyakinkan untuk pasien, karena hasilnya memberikan penguatan visual/positif akan upaya pasien.
9)   Bantu pasien untuk mengembangkan jadwal yang sederhana,memudahkan untuk minum obat.
R/           Dengan mengindividualisasikan jadwal pengobatan sehingga sesuai dengan kebiasaan/kebutuhan pribadi pasien dapat memudahkan kerja sama dengan regimen jangka panjang.
10)     Jelaskan obat yang diresep bersamaan dengan rasional,dosis,efek samping yang diperkirakan serta efek yang merugikan,dan idiosinkrasi.
R/           Informasi yang adekuat dan pemahaman bahwa efek samping (mis,:perubahan suasana hati,peningkatan berat badan awal,mulut kering) adalah umum dan sering menghilang dengan berjalannya waktu dengan demikian meningkatkan kerja sama rencana pengobatan.
11)     Diuretik:Minum dosis harian (atau dosis lebih besar) pada pagi hari;
R/           Penjadwalan yang meminimalkan berkemih pada malam hari.
12)     Ukur dan catat berat badan sendiri pada jadwal teratur.
R/           Indikator utama keefektifan terapi diuretic.
13)     Hindari/batasi masukan alcohol.
R/           Kombinasi efek vasodilatasi alcohol dan efek penipisan volume dari diuretic sangat meningkatkan resiko hipotensi ortostatik.
14)     Beritahu dokter bila tak dapat mentoleransi makanan atau cairan.
R/           Dehidrasi dapat terjadi dengan cepat bila masukan kurang dan pasien terus minum diuretic.
15)     Antihipertensi:Minum dosis yang diresepkan pada jadwal teratur,hindari melalaikan dosis,mengubah atau melebihi dosis,dan jangan menghentikan tanpa memeberitahu pemberi asuhan kesehatan;bangun dengan perlahan dari berbaring keposisi berdiri,duduk untuk beberapa menit sebalum berdiri,tidur dengan kepala agak ditinggikan.
R/           :
Ø Penghentian obat mendadak menyebabkan rebound hipertensi yang dapat mengarah     pada komplikasi berat.
Ø Ukur penurunan keparahan hipotensi ortostatik yang berhubungan dengan penggunaan vasodilator dan diuretic.
16)     Sarankan untuk sering mengubah posisi,olahraga kaki saat berbaring.
R/           Menurunkan bendungan vena perifer yang dapat ditimbulkan oleh vasodilator dan duduk/berdiri terlalu lama.
17)     Rekomendasikan untuk menghidari mandi air panas,ruang penguapan, dan penggunaan alcohol yang berlebihan.
R/           Mencegah vasodilatasi yang tak perlu dengan bahaya efek samping yaitu pingsan dan hipotensi.
18)     Anjurkan pasien untuk berkonsultasi dengan pemberi perawatan sebelum menggunakan obat-obatan yang diresepkan atau tidak diresepkan.
R/           Tindak kewaspadaan penting untuk pencegahan interaksi obat yang kemungkinan berbahaya.Setiap obat yang mengandung stimulant saraf simpatis dapat meningkat TD atau dapat melawan efek antihipertensif.
19)     Instruksikan pasien tentang peningkatan masukan makanan/cairan tinggi kalium,mis:jeruk,pisang,tomat,kentang,apricot,kurma,buah ara,kismis,Gatorade,sari buah jeruk, dan minuman mengandung tinggi kalsium,mis:susu rendah lemak,yogurt,atau tambahan kalsium sesuai indikasi.
R/           Diuretik dapat menurunkan kadar kalium.Penggantian diet lebih baik daripada obat dan semua ini diperlukan untuk memperbaiki kekurangan.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi kalsium 400-2000 mg per hari dapat menurunkan TD sistolik dan diastolic.Memperbaiki kekurangan mineral dapat juga mempengaruhi TD.
20)     Riview tanda/gejala yang memerlukan pelaporan pada pemberi asuhan kesehatan,mis:sakit kepala yang terjadi saat bangun,peningkatan TD tiba-tiba dan terus-menerus nyeri dada/sesak napas, frekuensi nadi meningkat/tak teratur,peningkatan berat badan yang signifikan (1 kg/hari atau 2,5 kg/minggu) atau pembengkakan perifer/abdomen,gangguan penglihatan,sering perdarahan hidung tak terkontrol,depresi/emosi labil pusing yang hebat/episode pingsan, kelemahan/kram otot, mual/muntah, haus berlebihan, penurunan libido/impoten.
R/           Deteksi dini terjadinya komplikasi,penurunan efektivitas atau reaksi yang merugikan dari regimen obat memungkinkan untuk intervensi.
21)     Jelaskan rasional regimen diit yang diharuskan (biasanya diit rendah natrium,lemak jenuh,dan kolestrol).
R/           Kelebihan lemak jenuh,kolestrol,natrium,alcohol,dan kalori telah didefinisikan sebagai risiko nutrisi dalam hipertensi.Diet rendah lemak dan tinggi lemak poli-tak jenuh menurunkan TD,kemungkinan melalui keseimbangan prostaglandin,pada orang-orang normotensif dan hipetensi.

22)     Bantu pasien untuk mengidentifikasi sumber masukan natrium, (mis:garam meja, makanan bergaram, daging, dan keju olahan saus, sup kaleng, dan sayuran, soda kue, baking powder, MSG).Tekankan pentingnya membaca label kandungan dan obat yang dijual bebas.
R/           Diit rendah garam selama dua tahun mungkin sudah mencukupi untuk mengontrol hipertensi sedang atau mengurangi jumlah obat yang dibutuhkan.
23)     Dorong pasien untuk menurunkan atau menghilangkan kafein, mis:kopi, teh, cola, coklat.
R/           Kafein adalah stimulan jantung dan dapat memberikan efek merugikan pada fungsi jantung.
24)     Tekankan pentingnya perencanaan/penyelesaian periode istirahat harian.
R/           Dengan menyelingi istirahat dan aktivitas akan meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas.
25)     Anjurkan pasien untuk memantau respons fisiologi sendiri terhadap aktivitas (mis:frekunsi nadi,sesak napas) laporkan penurunan toleransi terhadap aktivitas;dan hentikan aktivitas yang menyebabkan nyeri dada,sesak napas,pusing,keletihan berat,atau kelemahan.
R/           Keterlibatan pasien dalam memantau toleransi aktivitasnya sendiri penting untuk keamanan dan/atau memodifikasi aktivitas kehidupan sehari-hari.
26)     Dorong pasien untuk membuat program olahraga sendiri seperti olahraga aeorobik (berjalan,berenang) yang pasien mampu lakukan.Tekankan pentingnya menghindari aktivitas isometric.
R/           Selain membantu menurunkan TD,aktivitas aerobic merupakan alat menguatkan system kardiovaskular.Latihan isometric dapat meningkatkan kadar katekolamin serum,akan lebih meningkatkan TD.
27)     Peragakan penerapan kompres es pada punggung leher dan tekanan pada sepertiga ujung hidung,dan anjurkan pasien menundukkan kepala kedepan bila terjadi perdarahan hidung.
R/           Kapiler nasal dapat rupture sebagai akibat dari tekanan vaskuler berlebihan.Dingin dan tekanan mengkontriksikan kapiler,yang melambatkan perdarahan.Menundukkan kedepan menurunkan jumlah darah yang tertelan.
28)     Berikan intervensi tentang sumber-sumber di masyarakat dan dukungan pasien dalam membuat perubahan pola hidup.Lakukan untuk rujukan bila ada indikasi.
R/           Sumber-sumber di masyarakat seperti Yayasan Jantung Indonesia, ”coronary club”, klinik berhenti merokok, rehabilitasi alcohol, program penurunan berat badan, kelas penanganan stress, dan pelayanan konseling dapat membantu pasien dalam upaya mengawali dan mempertahankan perubahan pola hidup.

4. DISCHARGE PLANNING
Mematuhi program asuhan dini
a.    Minum obat sesuai resep dan melaporkan setiap ada efek samping.
b.    Mematuhi aturan diet sesuai yang dianjurkan:pengurangan natrium,kolestrol,dan kalori.
c.    Berlatih secara teratur dan cukup.
d.   Mengukur tekanan darahnya sendiri secara teratur.
e.    Berhenti mengkonsumsi tembakau,kafein dan alkohol.
f.     Menepati jadwal kunjungan klinik atau dokter.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan







B.     Penutup

Tidak ada komentar:

Posting Komentar