BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tekanan darah merupakan salah
satu parameter hemodinamik yang sederhana dan mudah di lakukan pengukurannya.
Hemodinamik adalah suatu keadaan dimana tekanan dan aliran darah dapat
mempertahankan perfusi atau pertukaran zat di jaringan tubuh. Hipertensi atau
tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih
dari 120 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih dari 80 mmHg.
Hipertensi sering menyebabkan
perubahan pada pembuluh darah, yang mengakibatkan makin tingginya tekanan
darah. Pada penyelidikan epidemiologis membuktikan bahwa tingginya tekanan
darah berhubungan erat dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler. Hipertensi merupakan
penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Disebut sebagai
“pembunuh diam-diam” karena orang dengan penyakit tersebut sering tidak
menampakkan gejala. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan
menjadi dua golongan yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer meliputi lebih kurang 90% dari seluruh pasien hipertensi dan
10% lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Hanya 50% dari golongan
hipertensi sekunder dapat diketahui penyebabnya dan dari golongan ini hanya
beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya. Oleh karena itu upaya
penanggulangan hipertensi terhadap hipertensi primer baik mengenai patogenesis
maupun tentang pengobatannya.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari Hipertensi ?
2. Apa etiologi dari Hipertensi
?
3. Apa klasifikasi
penyakit hipertensi ?
4. Seperti apa sajakah manifestasi
klinis yang ditimbulkan penderita Hipertensi ?
5. Apa saja
Komplikasi dari Hipertensi ?
6. Bagaimana patofisiologi dan pathway
dari Hipertensi ?
7. Bagaimana
Pemeriksaan diagnostik dari Hipertensi ?
8. Bagaimana penatalaksanaan penyakit Hipertensi ?
9. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Hipertensi ?
10.
Bagaimana Discharge planning yang di
tegakkan pada pasien hipertensi ?
C. Tujuan
penulisan
1. Tujuan umum
Mampu
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien dengan Hipertensi, mampu memahami tentang konsep dasar penyakit Hipertensi, dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada
pasien dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a.
Agar mahasiswa
mengetahui pengertian Hipertensi
b.
Agar mahasiswa
mengetahui etiologi dari Hipertensi
c.
Agar mahasiswa
mengetahui klasifikasi Hipertensi
d.
Agar mahasiswa
mengetahui gejala klinis Hipertensi
e.
Agar mahasiswa
mengetahui patomekanisme terjadinya Hipertensi
f.
Agar mahasiswa
mengetahui pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
g.
Agar mahasiswa
mengetahui komplikasi yang bisa terjadi pada Hipertensi
h.
Agar mahasiswa
mengetahui penatalaksanaan Hipertensi
i.
Agar mahasiswa
mengetahui prognosis dari Hipertensi
j.
Agar mahasiswa
mengetahui cara merumuskan diagnose keperawatan, intervensi dan rasional
k.
Agar mahasiswa
mengetahui discharge planning
D. Manfaat penulisan
1.
Bagi
Umum
Pembaca dapat mengetahui dampak dari penyakit Hipertensi dan sanggup melakukan pencegahan dalam menghambat perkembangan kasus.
2.
Bagi
Mahasiswa Keperawatan
Mahasiswa bisa mempraktekkan asuhan
keperawatan pada pasien yang mengalami penyakit Hipertensi
dan yang beresiko.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini
terdiri dari 3 bab. BAB I Pendahuluan, diuraikan tentang latar belakang
penulisan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. BAB
II Tinjauan Teoritis, diuraikan tentang teori yang merupakan dasar dari asuhan
keperawatan yaitu konsep dasar medik yang meliputi definisi, anatomi fisiologi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, test diagnostik, komplikasi dan
penatalaksanaan medik. Sedangkan konsep asuhan keperawatan terdiri dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, discharge planning dan
patoflowdiagram. BAB III Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A. Konsep
Medis
1.
DEFENISI
HIPERTENSI
Hipertensi
didefinisikan oleh Join Nasional Commite On Detection Evaluation and Treatmen Of High Blood Pressure (JIVC)
sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dapat diklasifikasikn sesuai
derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah normal, tinggi
sampai maligna. (Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan System
Kardiovaskuler).
Hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas
140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg dan pada populasi manula
tekanan sistoliknya 160 mmHg dan diastoliknya diatas 90 mmHg (Brunner, 2004)
Hipertensi dapat dibedakan
menjadi 2 macam yaitu :
1. Hipertensi esensial (Primer) yang belum diketahui
pasti penyebabmya, namun diduga karena faktor stress, genetik, obesitas,
alkohol, rokok, pola makan yang salah, perubahan pada jantung dan pembuluh
darah.
2. Hipertensi sekunder yang penyebabnya karena adanya
penyakit jantung, DM, ginjal, dan kelainan hormonal.
2.
ANATOMI FISIOLOGI
a.
Anatomi
Peredaran besar dan kecil
b.
Fisiologi
1)
Sirkulasi
dan Pembuluh Darah Jantung
a) Sirkulasi
Darah
Ø Sirkulasi
Sistemik (Peredaran besar)
Darah meninggalkan
vetrikel kiri melalui aorta dan arteri. Arteri yang lebih kecil atau arteriola
keseluruh tubuh. Darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung melalui vena yang
kemudian membentuk vena cava dan bermuara ke atrium kanan jantung.
Ø Sirkulasi
Pulmonal (Peredaran darah kecil)
Darah yang kurang mengandung O2
dari ventrikel kanan dialirkan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Di
paru-paru terjadi peningkatan
O2 dalam kapiler pulmonal yang
kemudian bergabung membentuk vena pulmonalis dan membawa darah yang kaya
O2 ke jantung melalui atrium kiri.
b) Pembuluh Darah Jantung
Pembuluh darah yang berada disekitar jantung dan
membantu dalam proses sirkulasi darah adalah :
Ø Aorta
Ø Arteri
pulmonalis
Ø Vena
pulmonalis
Ø Vena
cava superior dan vena cava inferior
2) Bagian
Fungsional dari Sirkulasi
Fungsi sirkulasi adalah untuk melayani
kebutuhan jaringan untuk mentransfer produk-produk yang tidak berguna untuk
menghantar hormon dari satu bagian tubuh
ke bagian tubuh yang lain, dan secara umum untuk memelihara lingkungan hidup
secara optimal dan untuk fungsi sel-sel.
3) Teori
Dasar Fungsi Sirkulasi
Walaupun fungsi sirkulasi bersifat
kompleks tetapi ada hal prinsip dasar yang mendasari fungsi saluran sistem.
a) Darah
yang mengalir kesetiap jaringan tubuh hampir selalu aktif.
b) Curah
jantung dikendalikan terutama oleh penjumlahan aliran darah setempat.
c) Pada
umumnya tekanan darah arteri dikendalikan secara mandiri dari pengaturan aliran
darah setempat atau pengaturan curah jantung.
4) Hubungan
antara Tekanan, Aliran, dan Tahanan
a) Tekanan
darah
Satuan
tekanan yang standar tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam mililiter air
raksa (mmHg) karena manometer air raksa telah dipakai sebagai rujukan baku
untuk tekanan darah. Sebenarnya tekanan
darah berarti kekuatan yang dihasilkan oleh aliran darah terhadap setiap satuan
luas pembuluh darah. Bila seseorang mengatakan tekanan aliran pembuluh darah
atau 50 mmHg, itu berarti bahwa kekuatan yang dihasilkan cukup untuk mendorong
kolom air raksa sampai 50 mmHg. Bila tekanan atau 100 mmHg, itu berarti kolom
air raksa akan didorong setinggi 100 mililiter.
Pengukuran
tekanan darah sebaiknya dilakukan setelah pada saat istirahat yang cukup yaitu
sesudah berbaring kurang lebih 5 menit. Pengukuran sebaiknya dilakukan pada
posisi berbaring, duduk, dan berdiri sebanyak 2-3 kali dengan interval 2 menit
serta sebaliknya dilakukan pemeriksaan pada kedua lengan.
Ukuran
manset harus cocok dengan ukuran lengan atu harus melingkar palingsedikit 80 %
lengan atas dan lebar manset paling sedikit 2-3 kali panjang lengan atas.
Pinggir bawah manset harus 2 cm diatas fossa kubili. Sebaiknya tersedia ukuran
manset dewasa dan anak-anak. Balon dipompa sampai tekanan sistolik kemudian
diturunkan perlahan-lahan. Tekanan sistolik pada saat terdengar bunyi pertama
sedangkan tekanan diastolik bila bunyi yang terakhir.
b) Aliran
darah
Secara
sederhana aliran darah berarti jumlah darah yang mengalir melalui suatu titik tertentu disirkulasi dalam
satuan waktu tertentu. Aliran
darah total pada sirkulasi orang dewasa dalam keadaan istirahat dalam sekitar
5000 ml/mnt. Aliran darah ini disebut curah jantung karena ini merupakan jumlah
darah yang dipompakan oleh jantung dalam satuan waktu tertentu.
Aliran melalui pembuluh
darah ditentukan oleh kedua faktor :
Ø Perbedaan
tekanan antara kedua ujung pembuluh yaitu tenaga yang mendorong darah melalui
pembuluh darah.
Ø Rintangan
bagi aliran darah melalui pembuluh yang disebut tahanan vaskuler.
c) Tahanan
terhadap aliran darah
Suatu
tahanan oleh penghalang terhadap aliran darah dalam pembuluh, tetapi tidak dapat diukur secara
berlangsung apapun. Sebaiknya tekanan harus dihitung dari pengukuran aliran
darah dan pembedaan tekanan pembuluh.
Bila
perbedaan tekanan antara dua titik dalam pembuluh darah 1 mmHg dan aliran
adalah 1 ml/detik tahanan dikatakan sebesar 1 satuan tahanan perifer.
3. ETIOLOGI
a. Faktor Predisposisi
Ø Umur: Tekanan darah cenderung meningkat
seiring bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga
semakin besar. Pada umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang yang
berusia 40 tahun namun saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang
berusia muda. Boedhi Darmoejo dalam tulisannya yang dikumpulkan dari berbagai
penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa 1,8% - 28,6% penduduk
yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi.
Ø Jenis
kelamin : Wanita
penderita hipertensi diakui lebih banyak dari pada laki-laki. Tetapi wanita
lebih tahan dari pada laki-laki tanpa kerusakan jantung dan pembuluh darah.
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada wanita.
Pada pria hipertensi lebih banyak disebabkan oleh pekerjaan, seperti perasaan
kurang nyaman terhadap pekerjaan. Sampai usia 55 tahun pria beresiko lebih
tinggi terkena hipertensi dibandingkan wanita. Menurut Edward D. Frohlich
seorang pria dewasa akan mempunyai peluang lebih besar yakni 1 diantara 5 untuk
mengidap hipertensi
Ø Genetik
Kasus hipertensi esensial 70% - 80% diturunkan dari orang tuanya. Apabila riwayat hipertensi di dapat pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar bagi seseorang yang kedua orang tuanya menderita hipertensi ataupun pada kembar monozygot (sel telur) dan salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut kemungkinan besar menderita hipertensi
Kasus hipertensi esensial 70% - 80% diturunkan dari orang tuanya. Apabila riwayat hipertensi di dapat pada kedua orang tua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar bagi seseorang yang kedua orang tuanya menderita hipertensi ataupun pada kembar monozygot (sel telur) dan salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut kemungkinan besar menderita hipertensi
b. Faktor Presipitasi
Ø Konsumsi
garam yang tinggi (>30 g)
menganjurkan pembatasan
konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari (sama dengan 2400 mg Natrium)
Ø Obesitas
Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya cenderung tinggi karena seluruh organ tubuh dipacu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih besar jantung pun bekerja ekstra karena banyaknya timbunan lemak yang menyebabkan kadar lemak darah juga tinggi, sehingga tekanan darah menjadi tinggi. Berat badan yang berlebihan juga akan membuat seseorang susah bergerak dengan bebas. Jantung berkerja keras untuk memopa darah agar bisa menggerakkan badan berlebihan dari tubuh. Disamping itu pembuluh darah mengecil dan tersumbat dan sebagai akibat penumpukan lemak atau lipid didinding pembuluh darah sehingga darah yang lewat tidak maksimal dan terjadilah tekanan darah yang kuat dan tinggi.
Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan darahnya cenderung tinggi karena seluruh organ tubuh dipacu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih besar jantung pun bekerja ekstra karena banyaknya timbunan lemak yang menyebabkan kadar lemak darah juga tinggi, sehingga tekanan darah menjadi tinggi. Berat badan yang berlebihan juga akan membuat seseorang susah bergerak dengan bebas. Jantung berkerja keras untuk memopa darah agar bisa menggerakkan badan berlebihan dari tubuh. Disamping itu pembuluh darah mengecil dan tersumbat dan sebagai akibat penumpukan lemak atau lipid didinding pembuluh darah sehingga darah yang lewat tidak maksimal dan terjadilah tekanan darah yang kuat dan tinggi.
Ø Merokok
Merokok dapat merusak
pembuluh darah, menyebabkan arteri menyempit dan lapisan menjadi tebal dan
kasar. Keadaan paru-paru dan jantung mereka yang merokok tidak dapat bekerja
secara efisien
Ø
Stress
Hampir semua orang
didalam kehidupan mereka mengalami stress berhubungan dengan pekerjaan mereka.
Hal ini dapat dipengaruhi karena tuntutan kerja yang terlalu banyak (bekerja
terlalu keras dan sering kerja lembur).
Ø
Gangguan ginjal
Gangguan
pada ginjal dapat mengakibatkan perubahan pada fungsi ginjal. Meningkat penahan
air dan garam oleh ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah garam dan
air didalam tubuh. Volume darah di dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan
darah juga meningkat.
Ø Kelainan hormon
Pelepasan hormon
epinefrin (adrenalin) dan non-epinefrin (nonadrenal) diduga sebagai salah satu
penyebab hipertensi.meningkatnya pengeluaran hormon insulin sebagai salah satu
hormon yang mengatur gula darah dapat menyebabkan penebalan pembuluh darah dan
karinanya meningkatkan resistensi perifer.
4. MANIFESTASI KLINIK
a. Mual
b. Sakit
kepala
c. Sesak
nafas
d. Lemas/kelelahan
e. Gelisah
f. Epistaksis
g. Kesadaran
menurun
h. Tinilus
(dengung / desis dalam telinga)
i. Vertigo
(pusing berat)
Dalam keadaan hipertensi berat penderita dapat
mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.
5.
PATOFISIOLOGI
Tekanan darah di
pengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Faktor yang mempengaruhi
curah jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah seperti
faktor genetik dan umur (faktor yang tidak dapat di ubah), stress, obesitas,
merokok, asupan Na yang meningkat, kelainan hormonal dan penyakit ginjal. (faktor
yang dapat di ubah).
Perubahan
fungsi membran sel pada kelaianan genetik diduga terjadi perubahan pada membran
sel yang dapat menyebabkan konstriksi
fungsional dan hipertensi struktural. Kontriksi yang terjadi pada pembuluh
darah yang mengakibatkan terjadi peningkatan tekanan perifer yang kemudian
menyebabkan peningkatan tekanan darah. Perkembangan
gerontologis.
Perubahan struktural
dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab
padaperubahan tekanan darah yang terjadi pada usila. Perubahan tersebut
meliputi atereklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunsan
relaksasi oto polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
ekstensi dan daya regang pembuluh darah konsekuensinya aorta dan arteri besar
berkurang. Kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh
jantung menyebabkan peningkatan tekanan perifer54 yang pada akhirnya
mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Sistem renin
anIotensin dan aldosteron berperan dalam timbulnya
hipertensi. Produksi renin di pengaruhi oleh berbagai fakto antara lain
stimulasi sistem saraf simpatis yang merupakan respon dari stress psikologis
dan penurunan aliran darah ke ginjal . renin berperan mengubah angiotensinogen
menjadi angiotensi 1 kemudian di ubah menjadi angiotensi 2 yang merupakan
vasokonstriktor kuat yang pada gilirannya merangsang pelepasan aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan tekanan intravaskular.
Hipertensi yang
disebabkan oleh kelainan hormonal misalnya pada sindrom chusing adanya
pelepasan ACTH yang tidak adekuat akan meningkatan konsentrasi glukokortikoid
plasma sehingga meningkatkan efek katekolamin (peningkatan curah jantung) dan
kerja mineralokortikoid, kortisol yang berkadar tinggi (retensi natrium).
Faktor
gaya hidup yang dapat mempengaruhi hipertensi adalah obesitas, merokok, asupan
natrium yang meningkat.
Pasien Obesitas terjadi
peningkatan glokosa dalam darah. Peningkatan glukosa dalam darah dapat merusak
sel endotel pembuluh darah sehingga terjadi reaksi imun dan peradangan sehingga
akhirnya terjadi pengendapan trombosit, makrofag, dan jaringan fibrosa yang
akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan
tahanan perifer dan menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Peningkatan
intake sodium menyebabkan retenasi sodium di ginjal yang mengakibatkan retensi
cairan di ginjal yang akan meningkatkan volume plasma. Dengan peningkatan
volume plasma akan terjadi peningkatan curah jantung dan peningkatan tekanan
darah (Keperawatan
Medikal Bedah Vol.2/2004).
6.
KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi yang diakibatkan oleh penyakit Hipertensi, jika
tidak ditangani sejak dini, penyakit komplikasi yang dapat timbul
diantaranya:
Ø Kerusakan
penglihatan
Tekanan
darah yang sangat tinggi akibat dari adanya penyempitan pembuluh darah. Penebalan
serta pengerutan dinding pembuluh darah dari berbagai sebab. Dalam keadaan ini
jantung memompa darah dengan kontraksi yang cepat sehingga darah yang keluar
keseluruh tubuh lewat pembuluh darah mengalami tekanan yang sangat kuat akibat
sumbatan dari dinding pembuluh darah. Akibatnya pembuluh darah perifer pada
mata dan organ pecah. Organ dimata tidak mendapat suplay nutrisi dan oksigen
lewat aliran darah, sehingga mengakibatkan penglihatan menjadi kabur dan
kebutaan.
Ø Stroke
Hipertensi adalah
faktor utama terjadinya stroke. Hal ini terjadi karena tekanan darah yng
terlalu tinggi menyebabkan perubahan struktur arteri-arteri dan penyumbatan
pembuluh darah. Pembuluh darah yang menyempit menyebabkan darah terganggu
sehingga pembuluh darah yang mempengaruhi otak akan lemah dan pecah. Saat itu
akan terjadi perdarahan di otak sehingga akan timbul stroke. Stroke juga dapat timbul akibat sumbatan
dari gumpalan darah yang tinggal dipembuluh darah yang sempit, yang akan
memperburuk keadaan pembuluh darah arteri ke otak.
Ø Kerusakan
ginjal
Kerusakan
ginjaldiketahui dapat terjadi akibat hipertensi sebagai salh satu komplikasi.
Hal ini juga dapat terjadi karena volume darah yang meningkat akibat
vasokonstriksi pembuluh darah dalam tubuh akan menyempit dan menebalkan aliran
darah menuju ginjal akibat ginjal tidak dapat membuang sejumlah air dan natrium
dari dalam darah. Natrium dan air menumpuk dalam jaringan tubuh kemudian
terjadi odem. Jika keadaan ini terus terjadi,ginjal akan bekerja terus sampai
tidak mampu bekerja dengan baik akhirnya terjadi disfungsi ginjal atau gagal
ginjal.
Ø Payah
jantung
Peningkatan tekanan
darah sistemik meningkatan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel
kiri, sehingga beban kerja jantung bertambah dan tidak mampu lagi memompa darah
keseleruh tubuh sehingga akibatnya terjadi hipertrofi ventrikel untuk meningkatakan
kekuatan kontraksi, akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah
jantung terlampauhi dan terjadi dilatasi mengakibatkan payah jantung
(Coungestive Heart Fleure).
7. PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
a. HB
atau Hr untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(visikositas) dan dapat mengidentifikasikan factor-faktor resiko seperti anemia dan hiperkogulabilitas.
b. BUN/ Kreatinin untuk mengetahui keadaan perfusi ginjal
c. Glukosa untuk mengetahui adanya peingkatan kadar
katekolamin yang dapat meningkatkan hipertensi, dan untuk mengetahui adanya
kadar gula yang tinggi dalam darah (Diabetes melitus adalah pencetus
hipertensi).
d. Kalsium
serum
Hiperkalsemia dapat mengindikasikan adanya
aldosteron utama penyebab menjadi efek samping terapi diuretik. Kalsium serum peningkatan
kadar kalsium serum
e. Kolesterol
dan triliserin serum peningkatan kadar dapat mengidentifikasikan pencetus untuk
adanya pembentukan plak. Ateromosa (efek
kardiovakuler)
f. Pemeriksaan
tiroid
Hipertrioidisme
dapat menimbulkan vasokontraksi dan hipertensi
g. EKG
Dapat menunjukkan
pembesaran jantung, pola
regangan,gangguan kondusi, peningkatan P adalah salah satu tanda diri penyakit
jantung hipertens
h.
Urinalisasi
Memperhatikan protein
sel darah merah, atau sel darah putih .Glukosa menyisyaratkan disfungsi ginjal
atau adanya diabetes
8. PENATALAKSANAAN
MEDIS
a. Terapi
Non Farmakologis
Diet :
Ø Retriksi
garam secara moderat dari 10 g/hari menjadi 5g/hari
Ø Diet
rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
Ø Penurunan
berat badan
Ø Penurunan
asupan etanol
Ø Menghentikan
merokok
Ø Latihan
fisik/ olahraga yang teratur/ terarah Misalnya
: Joging, bersepeda, berlari, dll.
Ø Edukasi,
psikologis
─ Teknik
biofeedback
─ Teknik
relaksasi
─ Pendidikan
kesehatan/ penyuluhan
b. Terapi
Farmakologis
Ø Deuretik:
hygroton
Ø Beta
bloker
Ø Ca
antagonis
Ø ACE
inhibator
B. Konsep Asuhan
Keperawatan
1. PENGKAJIAN
Pola Gordon
a. Pola
Persepsi Kesehatan Dan Pemeliharaan Kesehatan
1) Keadaan
sebelum sakit.
Pasien mengaku
bahwa ia memiliki kebiasaan
merokok dan dalam sehari pasien dapat mengonsumsi minuman berkafein
hingga 2 gelas. Karena aktivitas pasien yang padat, pasien tidak
mempunyai waktu untuk berolahraga dan pasien juga jarang memeriksakan diri ke
petugas medis.
2) Riwayat
penyakit saat ini
-
Keluhan utama: kepala pusing dan terasa berat serta daerah
tengkuk terasa tegang
-
Riwayat keluhan utama
Pasien mengeluh merasakan pusing dan
nyeri yang terasa berat di tengkuk yang dialami sejak semalam, dan gejala tidak
berhenti setelah pasien melakukan aktivitas bahkan setelah pasien beristirahat
3) Riwayat
kesehatan keluarga
Ada keluarga pasien yang mengalami
hipertensi.
b. Pola
Aktivitas dan
Latihan
1) Keadaan
sebelum sakit
Pasien tidak memiliki aktivitivitas yang
lebih selain pekerjaan di kantor, dan jika pulang ke rumah pasien biasanya
langsung tidur atau bersantai di depan teras rumahnya sambil menikmati beberapa
cangkir kopi.
2) Keadaan
sejak sakit
Pasien mengatakan bahwa pekerjaannya di
kantor mulai terganggu karena pasien
mengalami pusing dan nyeri yang terasa berat di tengkuk.
3) Pemeriksaan
fisik
TTV : Tekanan darah dua
kali: berturut-turut dalam keadaan
istirahat : 180/100mmHg dan 175/100mmHg.
c. Pola
Tidur dan
Istirahat
1) Keadaan
sebelum sakit
Pasien mengatakan kalau tidur malam jam 12 malam dan
bangun jam 5 pagi. Pasien sering duduk
berjam-jam di depan laptop untuk mengerjakan pekerjaan kantor sebelum tidur.
Pasien jarang tidur siang, dan lebih sering menghabiskan waktunya seusai
bekerja dengan tidur siang atau bersantai didepan teras rumahnya.
2) Keadaan
sejak sakit
Pasien mengatakan sejak ia merasakan nyeri berat di
tengkuk, ia lebih banyak mengahabiskan waktu istirahat dengan tidur siang
seusai beraktivitas.
d.
Pola
Nutrisi Dan Metabolik
1)
Keadaan
sebelum sakit
Pasien
mengatakan bahwa ia sering mengkonsumsi makanan yang tinggi akan kadar garam
seperti ikan asin, dan pasien sangat sering mengkonsumsi kopi dengan kadar
kafein yang cukup tinggi juga minuman yang bersoda seperti sprite.
2)
Keadaan
sejak sakit
Pasien
mengatakan sejak ia mengetahui tekanan darahnya tinggi, ia mulai mengurangi
konsumsi makanan yang mempunyai kadar garam yang cukup tinggi serta minuman
yang mengandung kadar kafein dan soda yang cukup tinggi.
2.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
a.
Resiko
tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d hipertrofi ventrikel
b.
Intoleran
aktivitas b/d ketidakseimbangan
antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen
c.
Nyeri
b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
d.
Perubahan
nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang berlebihan terhadap kebutuhan
metabolik
e.
Ketidakefektifan
koping individu b/d tidak adekuatnya tingkst persepsi
kendali diri
f.
Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan b/d
keterbatasan
kognitif
3.
INTERVENSI
DAN RASIONAL
a.
Resiko
tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d
hipertrofi
ventrikel.
NOC: Menunjukkan curah jantung yang
memuaskan,dibuktikan oleh efektifitas pompa jantung,status sirkulasi,perfusi
jaringan (organ abdomen,jantung,serebral,perifer,dan pulmonal), dan perfusi
jaringan (perifer);dan status tanda vital.
NIC:
1) Pantau
TD.ukur pada kedua tangan/paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran manset yang tepat
dan teknik yang akurat.
R/ Perbandingan
dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vascular.
Hipertensi berat diklasifikasikan pada orang dewasa sebagai peningkatan tekanan
diastolik di sampai 130; hasil pengukuran diastolik di atas 130 dipertimbangkan sebagai peningkatan pertama,
kemudian maligna. Hipertensi sistolik juga merupakan faktor risiko yang
ditentikan untuk penyakit serebrovaskular dan penyakit iskemi jantung bila
tekanan diastolic 90-115
2) Catat
keberadaan,kualitas denyutan sentral dan perifer.
R/ Denyutan
karotis,jugularis,radialis dan femoralis
mungkin teramati/terpalpasi. Denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dan
vasokontriksi(peningkatan SVR) dan kongesti vena.
3) Aukultrasi
tonus jantung dan bunyi napas
R/ S4 umum terdengar pada pasien
hipertensi berat karena adanya hipertrofi atrium (peningkatan volume/tekanan
atrium) perkembangan S3 menunjukkan hipertrofi ventrikel dan
kerusakan fungsi. Adanya krekels dan mengi dapat meningdikasikan kongesti paru
sekunder terhadap terjadinya gagal jantung kronik.
4) Amati
warna kulit, kelembapan,suhu, dan masa pengisian kapiler.
R/ Adanya
Pucat, dingan , kulit
lembab dan masa pengisian
kapiler yang lambat mungkin berkaitan dengan vasokintriksi atau
dekompensasi tau penurunan curah jantung
5) Catat
edema umum/tertentu
R/ Dapat Mengidentifikasi
gagal jantung ,kerusakan ginjal/ vaskuler
6) Berikan
lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan lingkungan. Batasi
jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
R/ Membantu menurunkan
rangsang simpatis, meningkatkan relaksasi
7) Pertahankan
pembatasan aktivitas,spt, istirahat di tempat tidur/kursi; jadwal periode
istirahat tanpa gangguan ; bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri
sesuai kebutuhan.
R/ Menurunkan stress dan
ketegangan yang mempengeruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi
8) Lakukan
tindakan-tindakan yang nyaman,spt pijatan punggung dan leher, meningkatan
kepala tempat
tidur.
R/ Mengurangi
ketidaknyamanan dan menurunkan rangsang simpatis
9) Anjurkan
teknik relaksasi,panduan imajinasi,aktivitas pengalihan.
R/ Dapat Menurunkan rangsang yang menimbulkan stress,
membuat efek tenang sehingga menurunkan tekanan darah.
10) Pantau respons terhadap
obat untuk mengontrol tekanan darah.
R/ Respon terhadap terapi
obat (diuretic inhibitor simpatis, vasodilator) tergantung pada klien dan efek
sinergis obat
Kolaborasi
1) Berikan obat-obat sesuai
indikasi,contoh: diuretic tiazid, misalnya
klorotiazid (diuril); hidroklorotiazid
(esidrix/hidroDIURIL); bendroflumentiazid (naturetiun)
R/ Tiazid mungkin digunakan sendiri atau dicampur
dengan obat lain untuk menurunkan TD pada pasien dengan fungsi ginjal yang
relative normal. Diuretik ini memperkuat agen-agen antihipertensif lain dengan
membatsi retensi cairan.
2)
Diuretic loop, mis furosemid (lasix);asam
etakrinic (edecrin); bumetanid (burnex)
R/ Obat ini menghasilkan
dieresis kuat dengan menghambat resorpsi natrium klorida dan merupakan
antihipertensif efektif,khususnya pada pasien yang resisten terhadap tiazid
atau mengalami kerusakan ginjal.
3)
Diuretic hemat kalium, mis, spironolakton
(aldactone);triamterene (dyrenium;amilioride (midamor);
R/ Dapat diberikan dalam kombinasidengan diuretic
tiazid untuk meminimalkan kehilangan kalium.
4) Inhibator simpatis, mis, propanolol (inderal);metoprolol (lopressor);atenolol (tenormin); nadolol (cogard); metildopa (aldomet); reserpine (sersasi);klonidin (catapres;)
R/ Kerja khusus obat ini bervariasi,tetapi secara umum menurunkan TD melalui efek kombinasi penurunan tahapan total perifer, menurunkan curah jantung,menghambat aktivitas simpatis,dan menekan pelepasan rennin.
5) Vasodilator mis, minosidil (loniten); hydralazin (apresoline);bloker saluran kalsium, mis, nifedipin (pr ocardia); verapamil (calan);
R/ Mungkin diperlukan untuk mengobati hipertensi berat bila dikombinasikan diuretic dan inhibitor simpatis tidak berhasil mengontrol TD. Vasodilatasi vaskuler jantung sehat dan meningkatkan aliran darah koroner keuntungan sekunder dari terapi vasodilator
6) Agen-agen antiadrenergik: α-1 bloker prazosin (minipres); tetazosin (hytrin)
R/ Bekerja pada pembuluh darah untuk mempertahankan agar tidak konstriksi.
7) Bloker nuron adregernik: guanadrel (hyloree);quanetidin (ismelin);reserpin (serpasi);\
R/ Menurunkan aktivitas konstriksi arteri dan vena pada ujung saraf simpatis
8) Inhibitor adrenergic yang kerja secara sentral:klonidin;(catapres);guanabens (wytension); metildopa (aldomet)
R/ Obat ini meningkatkan rangsang simpatis pusat vasomotor untuk menurunkan tahanan arteri perifer.
9) Vasodilator kerja langsung: hidralizin (apresoline); minoksidil; (loniten);
R/ Merilekskan otot-otot polos vakuler
10) Vasodilator oral yang bekerja langsung: diazoksid (hyperstat); nitropusid;( nipride,nitropess)
R/ Obat-obat ini diberikan secara intrvena untuk menangani kedaruratan hipertensi.
11) Bloker anglion,mis, guagenitidin (ismelin);trimetapan (arfonad), ACE inhibitor, mis, kaptopril (capoten)
R/ Penggunaan inhibitor simpatis tambahan mungkin dibutuhkan (untuk efek kumulatifnya) bila tindakan lain gagal untuk mengontrol TD dan kerja sama pasien dengan regimen terapeutik telah ditetapkan.
12) Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi.
R/ Pembatasan ini dapat menangani retensi cairan dengan resppon hipertensif,dengan demikian menurunkan beban kerja jantung.
13) Siapkan pembedahan bila ada indikasi.
R/ Bila hipertensi berhubungan dengan adanya feokromositoma. maka pengangkatan tumor akan memperbaiki kondisi.
b.
Intoleran
Aktivitas b/d ketidakseimbangan
antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen
NOC:
berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan normal
denyut jantung, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah serta memantau pola
dalam batas normal.
NIC
NIC
1)
Kaji respons pasien terhadap aktivitas,
observasi frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit di atas frekuensi
istirahat; Peningkatan TD selama/sesudah aktivitas (tekanan sistolik meningkat
40 mmHg atau tekanan distolik meningkat 20 mmHg); dispnea/nyeri dada, keletihan
kelemahan berlebihan, diaphoresis, pusing atau pingsan.
R/ Menyebutkan parameter membantu dalam
mengkaji respons fisiologi terhadap stress aktivitas dan bila ada merupakan
indicator dari kelebihan kerja yng berkaitan dengan tingkat aktivitas
2)
Instruksikan pasien tentang teknik
penghematan energy, misalnya menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir,
menyikat gigi dan melakukan aktivitas dengan perlahan
R/ Teknik menghemat energy mengurangi
penggunaan energy,juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
3) Berikan
dorongan melakukan aktivitas atau perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
R/ Kemajuaan aktivitas bertahap mencegah
peningkatan kerja jantung tiba – tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas
kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan beraktivitas.
c. Nyeri ,(Akut), Sakit
Kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
NOC:
NIC :
NIC :
1) Mempertahankan tirah
baring selama fase akut
R/ Meminimalkan stimulasi/ meningkatkan relaksasi
2) Berikan tindakan nonfarmakologik untuk
menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat pungung
dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi (panduan imajinasi
distraksi) dan aktivitas waktu senggang.
R/ Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler
serebral dan yang memperlambat atau memblok respons simpatis efektif dalam
menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
3) Hilangkan/ meminimalkan aktivitass
vasokontriksi yang meningkatkan sakit kepala, misalnya mengejan saat BAB, batuk
panjang, dan membungkuk
R/ Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala
karena adanya peningkatan tekanan vascular serebral
4) Bantu klien dalam ambulansi sesuai kebutuhan
R/ Pusing, penglihbungatan kabur berhubungan dengan
sakit kepala. Klien dapat mengalami episode hipotensi postural
5) Berikan cairan, makanan lunak, dilakukan untuperawatan mulut teratur bila
terjadi perdarahan hidung/ kompres hidung setelah dilakukan untuk menghentikan
perdarahan.
R/ Meningkatkan kenyamanan umum. Kompres hidung
mengganggu menelan atau membutuhkan napas dengan mulut, menimbulkan stagnassi
sekresi oral dan mengeringkan membrane mukosa
6) Analgesik
R/ Menurunkan nyeri dan menurunkan rangsang system
saraf simpatis
7) Antiansietas, misalnya
lorazepam(ativan), diazepam(valium)
R/ Mengurangi ketegangan dan ketidaknyamanan yang
diperberat oleh stress.
d. Perubahan
Nutrisi Lebih dari Kebutuhan Tubuh
b/d
asupan
yang berlebihan terhadap kebutuhan metabolik
NOC: mengalami asupan
kalori,lemak,karbohidrat,vitamin,mineral,zat besi, dan kalsium yang adekuat,
tetapi tidak berlebihan
NIC:
1) Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi
dan kegemukan
R/ Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya asterosklerosis dan
kegemukan,yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya
misalnya stroke,penyakit ginjal,gagal jantung.kelbihan masukkan garam
memperbanyak volume cairan intravaskuler dan dapat merusak ginjal,yang lebih
memperburuk hipertensi.
2) Bicarakan
pentingnya menurunkanmasukan kalori dan batasi masukan lemak, garam, dan gula
sesuai indikasi.
R/ motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu
harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama
sekali tidak berhasil.
3) Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
R/ mengidentifikasi
kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir.membantu dalam menentukan
kebutuhan individu untuk penyesuain/penyuluhan.
4) Kaji ulang masukan kalori harian dan pilih diet.
R/ Penurunan
masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori/hari dapat menurunkan berat badan
0,5 kg/minggu. Penurunan berat badan yang lambat mengindikasikan kehilangan lemak
melalui kerja otot dan umumnya dengan
cara mengubah kebiasaan makan.
5) Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistis dengan pasien
misalnya penurunan berat badan 0,5 kg/minggu
R/ memberikan
data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan,dan kondisi emosi saat
makan.membantu memfokuskan pengertian pada factor mana pasien telah/dapat
mengontrol perubahan
6) Dorong
pasien untuk mempertahankan masukkan makanan harian termasuk kapan dan dimana
makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan.
R/ menghindari
makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan
aterogenesis
7) Instruksikan
dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak
tinggi (mentega,keju,telur,es krim,daging) dan kolesterol (daging
berlemak,kuning telur,produk kalengan,jeroan)
R/ memberikan
konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.
8) Rujuk ke ahli gizi sesuai
indikasi
R/ Memberikan
konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual
e.
Ketidakefektifan koping individu b/d
tidak
adekuatnya tingkat persepsi kendali diri
NOC: menunjukkan koping yang efektif yang dibuktikan oleh menggunakan
perilaku untuk menurunkan stres
NIC:
1) Kaji
keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, mis:,kemampuan
menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan dan berpartisipasi dalam rencana
pengobatan.
R/ Mekanisme adaptif perlu
untuk mengubah pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronik, dan
mengintegrasikan terapi yang diharuskan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Catat
laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka
rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan
mengatasi/menyelesaikan masalah.
R/ Manifestasi mekanisme
koping maladaptif mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui
telah menjadi penentu utama TD diastolic.
3) Bantu
pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk
mengatasinya.
R/ Pengenalan terhadap
stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respons seseorang terhadap
stressor.
4) Libatkan
pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam
rencana pengobatan.
R/ Keterlibatan memberikan
pasien perasaan control diri yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan
koping, dan dapat meningkatkan kerja sama dalam regimen terapeutik.
5) Dorong
pasien untuk mengevaluasi prioritas/tujuan hidup.Tanyakan pertanyaan seperti
“Apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan ?”
R/ Fokus perhatian pasien
pada realitas situasi yang ada relatif terhadap pandangan pasien tentang apa
yang diinginkan.Etika kerja keras, kebutuhan untuk “control”, dan focus keluar
dapat mengarah pada kurang perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal.
6) Bantu
pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang
perlu.Bantu untuk menyesuaikan, ketimbang membatalkan tujuan diri/keluarga.
R/ Perubahan yang perlu
harus diprioritaskan secara realistic untuk menghidari rasa tidak menentu dan
tidak berdaya.
f.
Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan b/d Keterbatasan kognitif.
NOC: Mempertahankan TD dalam
parameter normal.
NIC:
NIC:
1) Kaji
kesiapan dan hambatan dalam belajar.Termasuk orang terdekat.
R/ Kesalahan
konsep dalam menyangkal diagnose karena
perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang
terdekat untuk mempelajari penyakit,kemajuan, dan prognosis.Bila pasien tidak
menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku
tidak akan dipertahankan.
2) Tetapkan
dan nyatakan batas TD normal.Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada
jantung,pembuluh darah,ginjal, dan otak.
R/ Memberikan dasar untuk
pemahaman tentang peningkatan TD dan mengklarifikasi istilah medis yang sering
digunakan.Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk
memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat.
3) Hindari mengatakan TD ‘normal’dan gunakan
istilah “terkontrol dengan baik”sangat menggambarkan TD pasien dalam batas yang
diinginkan.
R/ Karena
pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan,maka dengan penyampaian
ide “terkontrol”akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan
pengobatan/medikasi.
4) Bantu
pasien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardiovaskular yang dapat
diubah, mis:obesitas,diet tinggi lemak jenuh,dan kolestrol, pola hidup
monoton,merokok dan minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari dengan teratur),pola
hidup penuh stress.
R/ Faktor-faktor
resiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit
kardiovaskular serta ginjal.
5) Atasi
masalah dengan pasien untuk mengidentifikasi cara dimana perubahan gaya hidup
yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi factor-faktor diatas.
R/ Faktor-faktor resiko
dapat meningkatkan proses proses penyakit atau memperburuk gejala.Dengan
mengubah pola perilaku yang “biasa/memberikan rasa aman”dapat sangat
menyusahkan.Dukungan, dan petunjuk empati dapat meningkatkan keberhasilan
pasien dalam tugas ini.
6) Bahas
pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien dalam membuat rencana untuk
berhenti merokok.
R/ Nikotin meningkatkan
pelepasan katekolamin,mengakibatkan frekuensi jantung,TD,dan
vasokontriksi,mengurangi oksigenasi jaringan, dan meningkatkan kerja
miokardium.
7) Beri
penguatan pentingnya kerja sama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan
perjanjian tindak lanjut.
R/ Kurangnya kerja sama
adalah alas an untuk kegagalan terapi antihipertensif.Oleh karenanya evaluasi
yang berkelanjutan untuk kepatuhan pasien adalah penting untuk keberhasilan
pengobatan.Terapi yang efektif menurunkan insiden stroke,gagal jantung,gangguan
ginjal, dan kemungkinan MI.
8) Instruksikan
dan peragakan teknik pemantauan TD mandiri.Evaluasi pendengaran,ketajaman
penglihatan dan keterampilan manual serta koordinasi pasien.
R/ Dengan mengajarkan
pasien atau orang terdekat untuk memantau TD adalah menyakinkan untuk pasien,
karena hasilnya memberikan penguatan visual/positif akan upaya pasien.
9) Bantu
pasien untuk mengembangkan jadwal yang sederhana,memudahkan untuk minum obat.
R/ Dengan
mengindividualisasikan jadwal pengobatan sehingga sesuai dengan
kebiasaan/kebutuhan pribadi pasien dapat memudahkan kerja sama dengan regimen
jangka panjang.
10) Jelaskan
obat yang diresep bersamaan dengan rasional,dosis,efek samping yang
diperkirakan serta efek yang merugikan,dan idiosinkrasi.
R/ Informasi yang adekuat
dan pemahaman bahwa efek samping (mis,:perubahan suasana hati,peningkatan berat
badan awal,mulut kering) adalah umum dan sering menghilang dengan berjalannya
waktu dengan demikian meningkatkan kerja sama rencana pengobatan.
11) Diuretik:Minum
dosis harian (atau dosis lebih besar) pada pagi hari;
R/ Penjadwalan yang
meminimalkan berkemih pada malam hari.
12) Ukur
dan catat berat badan sendiri pada jadwal teratur.
R/ Indikator utama
keefektifan terapi diuretic.
13) Hindari/batasi
masukan alcohol.
R/ Kombinasi efek
vasodilatasi alcohol dan efek penipisan volume dari diuretic sangat
meningkatkan resiko hipotensi ortostatik.
14) Beritahu
dokter bila tak dapat mentoleransi makanan atau cairan.
R/ Dehidrasi
dapat terjadi dengan cepat bila masukan kurang dan pasien terus minum diuretic.
15) Antihipertensi:Minum
dosis yang diresepkan pada jadwal teratur,hindari melalaikan dosis,mengubah
atau melebihi dosis,dan jangan menghentikan tanpa memeberitahu pemberi asuhan
kesehatan;bangun dengan perlahan dari berbaring keposisi berdiri,duduk untuk
beberapa menit sebalum berdiri,tidur dengan kepala agak ditinggikan.
R/ :
Ø Penghentian
obat mendadak menyebabkan rebound hipertensi yang dapat mengarah pada komplikasi berat.
Ø Ukur
penurunan keparahan hipotensi ortostatik yang berhubungan dengan penggunaan
vasodilator dan diuretic.
16) Sarankan
untuk sering mengubah posisi,olahraga kaki saat berbaring.
R/ Menurunkan bendungan
vena perifer yang dapat ditimbulkan oleh vasodilator dan duduk/berdiri terlalu
lama.
17) Rekomendasikan
untuk menghidari mandi air panas,ruang penguapan, dan penggunaan alcohol yang
berlebihan.
R/ Mencegah vasodilatasi
yang tak perlu dengan bahaya efek samping yaitu pingsan dan hipotensi.
18) Anjurkan
pasien untuk berkonsultasi dengan pemberi perawatan sebelum menggunakan
obat-obatan yang diresepkan atau tidak diresepkan.
R/ Tindak kewaspadaan
penting untuk pencegahan interaksi obat yang kemungkinan berbahaya.Setiap obat
yang mengandung stimulant saraf simpatis dapat meningkat TD atau dapat melawan
efek antihipertensif.
19) Instruksikan
pasien tentang peningkatan masukan makanan/cairan tinggi
kalium,mis:jeruk,pisang,tomat,kentang,apricot,kurma,buah ara,kismis,Gatorade,sari
buah jeruk, dan minuman mengandung tinggi kalsium,mis:susu rendah
lemak,yogurt,atau tambahan kalsium sesuai indikasi.
R/ Diuretik dapat
menurunkan kadar kalium.Penggantian diet lebih baik daripada obat dan semua ini
diperlukan untuk memperbaiki kekurangan.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
mengkonsumsi kalsium 400-2000 mg per hari dapat menurunkan TD sistolik dan
diastolic.Memperbaiki kekurangan mineral dapat juga mempengaruhi TD.
20) Riview tanda/gejala yang memerlukan pelaporan
pada pemberi asuhan kesehatan,mis:sakit kepala yang terjadi saat
bangun,peningkatan TD tiba-tiba dan terus-menerus nyeri dada/sesak napas, frekuensi nadi meningkat/tak
teratur,peningkatan berat badan yang signifikan (1 kg/hari atau 2,5 kg/minggu)
atau pembengkakan perifer/abdomen,gangguan penglihatan,sering perdarahan hidung
tak terkontrol,depresi/emosi labil pusing yang hebat/episode pingsan, kelemahan/kram otot, mual/muntah, haus berlebihan, penurunan libido/impoten.
R/ Deteksi dini terjadinya
komplikasi,penurunan efektivitas atau reaksi yang merugikan dari regimen obat
memungkinkan untuk intervensi.
21) Jelaskan
rasional regimen diit yang diharuskan (biasanya diit rendah natrium,lemak
jenuh,dan kolestrol).
R/ Kelebihan lemak
jenuh,kolestrol,natrium,alcohol,dan kalori telah didefinisikan sebagai risiko
nutrisi dalam hipertensi.Diet rendah lemak dan tinggi lemak poli-tak jenuh
menurunkan TD,kemungkinan melalui keseimbangan prostaglandin,pada orang-orang
normotensif dan hipetensi.
22) Bantu
pasien untuk mengidentifikasi sumber masukan natrium, (mis:garam meja, makanan bergaram, daging, dan
keju olahan saus, sup
kaleng, dan sayuran, soda kue, baking
powder, MSG).Tekankan pentingnya membaca label
kandungan dan obat yang dijual bebas.
R/ Diit rendah garam
selama dua tahun mungkin sudah mencukupi untuk mengontrol hipertensi sedang
atau mengurangi jumlah obat yang dibutuhkan.
23) Dorong
pasien untuk menurunkan atau menghilangkan kafein, mis:kopi, teh, cola, coklat.
R/ Kafein adalah stimulan
jantung dan dapat memberikan efek merugikan pada fungsi jantung.
24) Tekankan
pentingnya perencanaan/penyelesaian periode istirahat harian.
R/ Dengan menyelingi
istirahat dan aktivitas akan meningkatkan toleransi terhadap kemajuan
aktivitas.
25) Anjurkan
pasien untuk memantau respons fisiologi sendiri terhadap aktivitas
(mis:frekunsi nadi,sesak napas) laporkan penurunan toleransi terhadap
aktivitas;dan hentikan aktivitas yang menyebabkan nyeri dada,sesak
napas,pusing,keletihan berat,atau kelemahan.
R/ Keterlibatan pasien
dalam memantau toleransi aktivitasnya sendiri penting untuk keamanan dan/atau
memodifikasi aktivitas kehidupan sehari-hari.
26)
Dorong pasien untuk membuat program
olahraga sendiri seperti olahraga aeorobik (berjalan,berenang) yang pasien
mampu lakukan.Tekankan pentingnya menghindari aktivitas isometric.
R/ Selain membantu
menurunkan TD,aktivitas aerobic merupakan alat menguatkan system
kardiovaskular.Latihan isometric dapat meningkatkan kadar katekolamin
serum,akan lebih meningkatkan TD.
27)
Peragakan penerapan kompres es pada
punggung leher dan tekanan pada sepertiga ujung hidung,dan anjurkan pasien
menundukkan kepala kedepan bila terjadi perdarahan hidung.
R/ Kapiler nasal dapat
rupture sebagai akibat dari tekanan vaskuler berlebihan.Dingin dan tekanan
mengkontriksikan kapiler,yang melambatkan perdarahan.Menundukkan kedepan
menurunkan jumlah darah yang tertelan.
28)
Berikan intervensi tentang sumber-sumber
di masyarakat dan dukungan pasien dalam membuat perubahan pola hidup.Lakukan
untuk rujukan bila ada indikasi.
R/ Sumber-sumber di
masyarakat seperti Yayasan Jantung Indonesia, ”coronary
club”, klinik berhenti merokok, rehabilitasi alcohol, program penurunan berat badan, kelas penanganan stress, dan pelayanan konseling dapat membantu
pasien dalam upaya mengawali dan mempertahankan perubahan pola hidup.
4.
DISCHARGE PLANNING
Mematuhi
program asuhan dini
a. Minum
obat sesuai resep dan melaporkan setiap ada efek samping.
b. Mematuhi
aturan diet sesuai yang dianjurkan:pengurangan natrium,kolestrol,dan kalori.
c. Berlatih
secara teratur dan cukup.
d. Mengukur
tekanan darahnya sendiri secara teratur.
e. Berhenti
mengkonsumsi tembakau,kafein dan alkohol.
f. Menepati
jadwal kunjungan klinik atau dokter.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Penutup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar