A. DEFINISI BERMAIN
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual,
emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena
dengan bermain , anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan
lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak,
serta suara . (Wong, 2000).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan
konflik dalam dirinya yang tidak disadarinya . (Miller dan Keong, 1983).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dgn
keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan. (Foster, 1989).
Dari definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah:
“Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena
bermain sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak,
belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan,
belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial
anak.”
B. FUNGSI BERMAIN
PADA ANAK
Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga tidak akan
merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan
anak seperti halnya makan, perawatan dan cinta kasih. Fungsi utama bermain
adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial,
perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan
bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 1995).
Sebelum memberikan berbagai jenis permainan pada anak,
maka orang tua seharusnya mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang
akan diberikan, agar diketahui perkembangan anak lebih lanjut,mengingat anak
memiliki berbagai masa dalam tumbuh kembang yang membutuhkan stimulasi dalam
mencapai puncaknya seperti masa kritis,optimal dan sensitif.
Untuk lebih jelasnya dibawah ini terdapat beberapa fungsi bermain pada anak
diantaranya :
1. Membantu
Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan
dengan melakukan rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini
aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi
dapat dilakukan rangsangan taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini
perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat.Hal tersebut dapat dicontohkan
sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di
kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat
mengenal sesuatu yang baru dilihatnya.Demikian juga pendengaran,apabila sejak
bayi dikenalkan atau dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran
dikemudian hari anak lebih cepat berkembang dibandingkan tidak ada stimulasi
sejak dini.
2. Membantu
Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan.
Hal ini dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan
komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia
tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna,
memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang digunakan dalam
permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan
perkembangan kognitif selanjutnya.
3. Meningkatkan
Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan,
sebagai contoh dimana pada usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap
kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama, pada usia
toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses
sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-main
berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak,
menjadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai
menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan
sosialisasi dengan teman dan orang lain.
4. Meningkatkan
Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan
kreatifitas, dimana anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang
ada dan mampu memodifikasi objek yang akan digunakan dalam permainan sehingga
anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar
pasang mobil-mobilan.
5. Meningkatkan
Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak
untuk ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang
merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau belajar
mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.
6. Mempunyai Nilai
Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan
nyaman sehingga adanya stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat
bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.
7. Mempunyai Nilai
Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri
kepada anak, hal ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah
dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan
juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan
tidak boleh dilanggar.
C.
TUJUAN BERMAIN
Selain
fungsi bermain bagi anak, bermain juga mempunyai tujuan antara lain :
1.
dapat
melanjut pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
2.
dapat
mengekspresikan keinginan, perasaan dan fantasi melalui permainan
3.
dapat
mengembangkan kreativitas melalui pengalaman berain yang tepat.
4. dapat beradaptasi lebih efektif
terhadap stress karena sakit dan dirawat di rumah sakit dan mendapatkan
kesenangan.
D. KECENDERUNGAN UMUM SELAMA ANAK-ANAK
Dalam bermain
kita mengenal beberapa sifat bermain pada anak, diantaranya bersifat aktif dan
bersifat pasif, sifat demikian akan memberikan jenis permainan yang berbeda,
dikatakan bermain aktif jika anak berperan secara aktif dalam permainan,
selalu memberikan rangsangan dan melaksanakannya akan tetapi jika sifat bermain
tersebut adalah pasif, maka anak akan memberikan respons secara pasif terhadap
permainan dan orang lingkungan yang memberikan respons secara aktif. Melihat
hal tersebut kita dapat mengenal macam-macam dari permainan diantaranya:
Berdasarkan
isinya :
a. Bermain Afektif
Sosial
Bermain ini menunjukkan adanya perasaan senang dalam
berhungan dengan orang lain hal ini dapat dilakukan seperti orang tua memeluk
adanya sambil berbicara, bersandung kemudian anak memberikan respons seperti
tersenyum tertawa, bergembira, dan lain-lain. Sifat dari bermain ini adalah
orang lain yang berperan aktif dan anak hanya berespons terhadap simulasi
sehingga akan memberikan kesenangan dan kepuasan bagi anak.
b. Bermain Bersenang-senang
Bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak melalui
objek yang ada sehingga anak merasa senang dan bergembira tanpa adanya
kehadiran orang lain. Sifat bermain ini adalah tergantung dari stimulasi yang
diberikan pada anak, mengingat sifat dari bermain ini hanya memberikan
kesenangan pada anak tapa memperdulikan kehadiran orang lain, seperti bermain
boneka-bonekaan, binatang-binatangan, dan lain-lain.
c. Bermain
Keterampilan
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan
keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam
sebagai hal. Sifat permainan ini adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin
mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti bermain dalam bongkar
pasang gambar, disni anak selalu dipacu untuk selalu terampil dalam meletakkan
gambar yang telahdi bongkar, kemudian bermain latihan memakai baju dan
lain-lain.
d. Bermain Dramtik
Macam bermain ini dapat dilakukan anak dengan mencoba
melakukan berpura-pura dalam berpeilaku seperti anak memperankan sebagai orang
dewasa, seorang ibu dan guru dalam kehidupan sehari-hari. Sifat dari permainan
ini adalah anak dituntut aktif dalam memerankan sesuatu. Permainan dramatic ini
dapat dilakukan apabila anak sudah mampu berkomunikasi dan mengenal kehidupan
social.
e. Bermain
Menyelidiki
Macam bermain ini dengan memberikan sentuhan pada anak
untuk berperan dalam menyelidiki sesuatu atau memeriksa dari alat permainan
seperti mengocok untuk mengetahui isinya dan permainan ini bersifat aktif pada
anak dan dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan pada anak.
Sifat permainan tersebut harus selalu diberikan stimulasi dari orang lain agar
selalu bertambah dalam kemampuan kecerdasan anak.
f. Bermain
Konstruksi
Bermain ini bertujuan untuk menyusun sesuatu pbjek
permainan agar menjadi sebuah konstruksi yang benar seperti permainan menyusun
balok. Sifat dari permainan ini adalah aktif di mana anak selalu ingin
menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam permaianan dan akan dapat membangun
kecerdasan pada anak.
Berdasarkan
jenis permainan :
a. Permainan
Permainan ini dapat dilakukan secara sendiri atau bersama
temannya dengan menggunakan beberapa peraturan permainan seperti permainan ular
tangga. Sifatnya adalah aktif, anak akan memberikan respons kepada temannya
sesuai dengan jenis permaianan dan akan berfungsi memberikan kesenangan yang
dapat mengembangkan perkembangan emosi pada anak.
b. Permainan yang
hanya memperhatikan saja (unoccupied behaviour)
Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar-mandir,
tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja atau
apa saja yang ada di sekelilingnya. Anak melamun, sibuk dengan bajunya atau
benda lain. Jadi sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu dan
situasi atau objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai alat
permainan. Anak memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang menarik
perhatiannya. Peran ini berbeda dibandingkan dengan onlooker, dimana anak aktif
mengamati aktivitas anak lain.
Berdasarkan
karakteristik sosial :
a. Solitary Play
Di mulai dari
bayi bayi (toddler) dan merupakan jenis permainan sendiri atau
independent walaupun ada orang lain di sekitarnya. Hal ini karena keterbatasan
sosial, ketrampilan fisik dan kognitif. Sifatnya adalah aktif akan tetapi
bentuk stimulasi tambahan kurang, karena dilakukan sendiri dalam perkembangan
mental pada anak, kemudian dapat membantu untuk menciptakan kemandirian pada
anak.
b. Pararel
Play
Bermain secara
sendiri tetapi di tengah-tengah anak lain yang sedang bermain akan tetapi tidak
ikut dalam kegiatan orang lain. Sifat dari bermain ini adalah anak aktif secara
sendiri tetapi masih masih dalam satu kelompok, dengan harapan kemampuan anak
dalam menyelesaikan tugas mandiri dalam kelompok tersebut terlatih dengan baik.
c. Associative
Play
Permainan
kelompok dengan tanpa tujuan kelompok. Yang mulai dari usia toddler dan
dilanjutkan sampai usia prasekolah dan merupakan permainan dimana anak dalam
kelompok dengan aktivitas yang sama tetapi belum terorganisir secara formal.
d. Cooperative
Play
Suatu permainan
yang terorganisir dalam kelompok, ada tujuan kelompok dan ada memimpin yang di
mulai dari usia prasekolah. Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan
remaja.
e. Onlooker Play
Anak
melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi tidak ikut bermain,
walaupun anak dapat menanyakan permainan itu dan biasanya dimulai pada usia
toddler.
f. Therapeutic
Play
Merupakan
pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
psikososial anak selama hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi stres,
memberikan instruksi dan perbaikan kemampuan fisiologis (Vessey & Mohan,
1990 dikutip oleh Supartini, 2004). Permainan dengan menggunakan alat-alat medik
dapat menurunkan kecemasan dan untuk pengajaran perawatan diri pada anak-anak.
Pengajaran dengan melalui permainan dan harus diawasi seperti: menggunakan
boneka sebagai alat peraga untuk melakukan kegiatan bermain seperti
memperagakan dan melakukan gambar-gambar seperti pasang gips, injeksi, memasang
infus dan sebagainya.
E. PEDOMAN UNTUK KEAMANAN BERMAIN
Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat
bermain dengan maksimal, maka diperlukan hal-hal seperti:
a. Ekstra energi
Untuk bermain
diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil kemungkinan untuk
melakukan permainan.
b. Waktu
Anak harus
mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat
optimal.
c. Alat permainan
Untuk
bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan
anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
d. Ruang untuk
bermain
Bermain dapat
dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di tempat tidur.
e. Pengetahuan
cara bermain
Dengan
mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan pengetahuan anak akan
lebih berkembang dalam menggunakan alat permainan tersebut.
f. Teman bermain
Teman bermain
diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu anak dalam
menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama dengan orangtua, maka
hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrab.
Ada juga yang disebut dengan Alat Permainan Edukatif
(APE). APE Merupakan alat permainan yang dapat memberikan fungsi permainan
secara optimal dan perkembangan anak,dimana melalui alat permainan ini anak
akan selalu dapat mengembangkan kemampuan fisiknya,bahasa,kemampuan
kognitifnya,dan adaptasi sosialnya.Dalam mencapai fungsi perkembangan secara
optimal,maka alat permainan ini harus aman,ukurannya sesuai dengan usia
anak,modelnya jelas,menarik,sederhana,dan tidak mudah rusak.
Dalam penggunaan alat permainan edukatif ini banyak dijumpai pada masyarakat
kurang memahami jenis permainan karena banyak orang tua membeli permainan tanpa
memperdulikan jenis kegunaan yang mampu mengembangkan aspek tersebut,sehingga
terkadang harganya mahal,tidak sesuai dengan umur anak dan tipe permainannya
sama.
Untuk mengetahui alat permainan edukatif,ada beberapa contoh jenis permainan
yang dapat mengembangkan secara edukatif seperti : permainan sepeda roda tiga
atau dua,bola,mainan yang ditarik dan didorong jenis ini mempunyai pendidikan
dalam pertumbuhan fisik atau motorik kasar,kemudian alat permainan
gunting,pensil,bola,balok,lilin jenis alat ini dapat digunakan dalam
mengembangkan motorik halus, alat permainan buku bergambar, buku cerita,
puzzle, boneka , pensil warna, radio dan lain-lain, ini dapat digunakan untuk
mengembangkan kemampuan kognitif atau kecerdasan anak, alat permainan seperti
buku gambar, buku cerita, majalah, radio, tape dan televise tersebut dapat
digunakan dalam mengembangkan kemampuan bahasa, alat permainan seperti gelas
plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki semuanya dapat digunakan dalam
mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri dan alat permainan seperti kotak,
bola dan tali, dapat digunakan secara bersama dapat dilakukan untuk
mengembangkan tingkah laku social.
Selain menggunakan alat permainan secara edukatif, harus ada peran orang tua
atau pembimbing dalam bermain yang memiliki kemampuan tentang jenis alat
permainan dan kegunaannya, sabar dalam bermain, tidak memaksakan, mampu mengkaji
kebutuhan bermain seperti kapan harus berhenti dan kapan harus dimulai,
memberikan kesempatan untuk mandiri.
F. KARAKTERISTIK BERMAIN (USIA BAYI-PRASEKOLAH)
Dalam bermain
pada anak tidaklah sama dalam setiap usia tumbuh kembang melainkan berbeda, hal
ini dikarenakan setiap tahap usia tumbuh kembang anak selalu mempunyai
tugas-tugas perkembangan yang berbeda sehingga dalam penggunaan alat selalu
memperhatikan tugas masing-masing umur tumbuh kembang. Adapun karakteristik
dalam setiap tahap usia tumbuh kembang anak:
a. Usia 0-1 tahun
Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih
dengan adanya reflex, melatih kerja sama antara mata dan tangan, mata dan
telinga dalam berkoordinasi, melatih mencari objek yang ada tetapi tidak
kelihatan, melatih mengenal asal suara, kepekaan perabaan, keterampilan
dengan gerakan yang berulang, sehingga fungsi bermain pada usia ini sudah dapat
memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan.
Jenis permainan ini permainan yang dianjurkan pada usia
ini antara lain: benda (permainan) aman yang dapat dimasukkan kedalam mulut,
gambar bentuk muka, boneka orang dan binatang, alat permaianan yang dapat
digoyang dan menimbulkan suara, alat permaian berupa selimut, boneka, dan
lai-lain.
b. Usia 1-2 tahun
Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini pada
dasarya bertujuan untuk melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik,
melatih melakukan imajinasi, melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari dan
memperkenalkan beberapa bunyi dan mampu membedakannya. Jenis permainan ini seperti
semua alat permainan yang dapat didorong dan di tarik, berupa alat rumah
tangga, balok-balok, buku bergambar, kertas, pensil berwarna, dan lain-lain.
c. Usia 3-6 tahun
Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan
kreativitasnya dan sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat
mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa,
mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan sportifitas, mengembangkan koordinasi
motorik, menegembangkan dan mengontrol emosi, motorik kasar dan halus,
memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan
suasana kompetensi serta gotong royong. Sehingga jenis permainan yang dapat
dighunakamn pada anak usia ini seperti benda-benda sekitar rumah, buku gambar, majalah
anak-anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting, dan air.
G. TERAPI BERMAIN PADA ANAK YANG DIHOSPITALISASI
Setiap anak meskipun sedang dalam perawatan tetap
membutuhkan aktivitas bermain. Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak
untuk menyelesaikan tugas perkembangan secara normal dan membangun koping
terhadap stres, ketakutan, kecemasan, frustasi dan marah terhadap penyakit dari
hospitalisasi (Mott, 1999).
Bermain juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan
emosi dan memberikan perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu
anak menanggulangi pengalaman yang tidak menyenangkan, pengobatan dan prosedur
invasif. Dengan demikian diharapkan respon anak terhadap hospitalisasi berupa
perilaku agresif, regresi dapat berkurang sehingga anak lebih kooperatif dalam
menjalani perawatan di rumah sakit.
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila
bermain dilaksanakan di suatu rumah sakit, antara lain:
a).
Memfasilitasi situasi yang tidak familiar
b). Memberi
kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol
c). Membantu
untuk mengurangi stres terhadap perpisahan
d). Memberi
kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh
e). Memperbaiki konsep-konsep yang salah
tentang penggunaan dan tujuan peralatan dan
prosedur medis
f). Memberi
peralihan dan relaksasi
g). Membantu
anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing
h). Memberikan
cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan perasaan,
i). Menganjurkan untuk berinteraksi dan
mengembangkan sikap-sikap yang positif terhadap
orang lain
j).
Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
k).
Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong ,1996).
H. PRINSIP BERMAIN DI RS :
- Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana.
- Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
- Kelompok umur yg sama.
- Permainan tidak bertentangan dgn pengobatan
- Semua alat permaianan dpt dicuci
- Melibatkan ortu.
I.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERMAIN
1.
Tahap
Perkembangan : setiap tahap perkembangan memunyai potensi/keterbatasan.
2.
Status
kesehatan : anak yang sakit makan kemampuan kognitif atau psikomotornya
terganggu.
3.
Jenis
Kelamin : sangat dipengarhi oleh usia terutama perminan yang digunakan.
4.
Lingkungan
: lokasi, kultur, negara.
5.
Alat
Permainan Yang cocok : alat permainan yang sesuai tahap perkembangan maka anak
akan menggunakan dan merasa senang
TOILET TRAINING PADA ANAK
Pelatihan
buang air besar biasanya mulai dilakukan pada saat anak berumur 2-3 tahun,
sedangkan pelatihan buang air kecil dilakukan pada umur 3-4 tahun.
Pada
umur 5 tahun, kebanyakan anak sudah dapat melakukan buang air besar sendiri;
melepas pakaian dalamnya sendiri, membersihkan dan mengeringkan penis, vulva
maupun anusnya sendiri serta kembali memakai pakaian dalamnya sendiri.
Tetapi
sekitar 30% anak berusia 4 tahun dan 10% anak berusia 6 tahun masih mengompol
pada malam hari.
Cara
terbaik untuk menghindari timbulnya masalah pelatihan buang air (toilet
training) adalah dengan mengenali kesiapan anak. Adapun tanda dari kesiapan
anak adalah:
-
Selama beberapa jam pakaian dalamnya kering
-
Anak menginginkan pakaian dalamnya diganti jika basah
-
Anak menunjukkan ketertarikannya untuk duduk diatas potty chair (pispot
khusus untuk anak-anak) atau diatas toilet (jamban, kakus)
-
Anak mampu mengikuti petunjuk/aturan lisan yang sederhana.
Kesiapan
anak biasanya terjadi pada usia 24-36 bulan.
Metode
toilet training yang paling banyak digunakan adalah metode timing.
Anak
yang tampaknya sudah siap diperkenalkan kepada potty chair dan secara bertahap
diminta untuk duduk diatasnya sebentar saja dalam keadaan berpakaian lengkap.
Kemudian anak diminta untuk melepaskan pakaian dalamnya sendiri, lalu duduk
diatas potty chair selama tidak lebih dari 5-10 menit. Hal tersebut dilakukan
sambil ibu memberikan penjelasan bahwa sekarang sudah saatnya anak untuk
melakukan buang air besar/kecil di tempatnya (maksudnya pada potty chair atau
kloset), bukan di pakaian dalam ataupun popok.
Jika
anak sudah bisa melakukannya, ibu boleh memberikan pujian ataupun hadiah. Tetapi
jika anak belum bisa melakukannya, ibu sebaiknya tidak memarahi maupun
menghukum anak.
Metode
timing efektif untuk anak-anak yang memiliki jadwal buang air besar/kecil yang
teratur.
Metode
toilet training lainnya menggunakan boneka sebagai alat bantu.
Kepada
anak yang sudah siap, diajarkan cara-cara toilet training dengan menggunakan
boneka sebagai model. Ibu memberikan pujian kepada boneka karena pakaian
dalamnya kering dan telah berhasil melewati setiap proses toilet training.
Kemudian ibu meminta anak untuk menirukan proses toilet training dengan
bonekanya secara berulang-ulang, anak juga diajari untuk memuji bonekanya.
Selanjutnya,
anak menirukan apa yang telah dilakukan oleh bonekanya dan ibu memberikan
pujian kepada anak.
Jika
anak tetap bertahan duduk di toilet, sebaiknya diangkat dan toilet training
dicoba kembali setelah anak makan. Jika hal ini berlangsung selama beberapa
hari, sebaiknya toilet training ditunda selama beberapa minggu.
Sangat
penting untuk memberikan pujian kepada anak yang telah berhasil melakukan
toilet training. Setelah pola buang air besar/kecil stabil, secara perlahan
pujian tersebut dikurangi.
Memaksa
anak untuk buang air besar/kecil di toilet dengan kekerasan tidak efektif dan
bisa menyebabkan ketegangan pada hubungan ibu-anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar