Sabtu, 01 Juni 2013

Keperawatan anak




A.    DEFINISI BERMAIN
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain , anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara .  (Wong, 2000).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadarinya .  (Miller dan Keong, 1983).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan.  (Foster, 1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah:
     “Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.”

B.   FUNGSI BERMAIN PADA ANAK
            Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan, sehingga tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makan, perawatan dan cinta kasih. Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 1995).
Sebelum memberikan berbagai jenis permainan pada anak, maka orang tua seharusnya mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang akan diberikan, agar diketahui perkembangan anak lebih lanjut,mengingat anak memiliki berbagai masa dalam tumbuh kembang yang membutuhkan stimulasi dalam mencapai puncaknya seperti masa kritis,optimal dan sensitif.
            Untuk lebih jelasnya dibawah ini terdapat beberapa fungsi bermain pada anak diantaranya :
1.      Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan  taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat.Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya.Demikian juga pendengaran,apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran dikemudian hari anak lebih cepat berkembang dibandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.

2.      Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.

3.      Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang lain.

4.      Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.

5.      Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.

6.      Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.

7.      Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.
C.   TUJUAN BERMAIN
Selain fungsi bermain bagi anak, bermain juga mempunyai tujuan antara lain :
1.      dapat melanjut pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
2.      dapat mengekspresikan keinginan, perasaan dan fantasi melalui permainan
3.      dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman berain yang tepat.
4.      dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di rumah sakit dan mendapatkan kesenangan.

D.      KECENDERUNGAN UMUM SELAMA ANAK-ANAK
            Dalam bermain kita mengenal beberapa sifat bermain pada anak, diantaranya bersifat aktif dan bersifat pasif, sifat demikian akan memberikan jenis permainan yang berbeda, dikatakan bermain aktif  jika anak berperan secara aktif dalam permainan, selalu memberikan rangsangan dan melaksanakannya akan tetapi jika sifat bermain tersebut adalah pasif, maka anak akan memberikan respons secara pasif terhadap permainan dan orang lingkungan yang memberikan respons secara aktif. Melihat hal tersebut kita dapat mengenal macam-macam dari permainan diantaranya:
Berdasarkan isinya :

a.      Bermain Afektif Sosial
Bermain ini menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhungan dengan orang lain hal ini dapat dilakukan seperti orang tua memeluk adanya sambil berbicara, bersandung kemudian anak memberikan respons seperti tersenyum tertawa, bergembira, dan lain-lain. Sifat dari bermain ini adalah orang lain yang berperan aktif dan anak hanya berespons terhadap simulasi sehingga akan memberikan kesenangan dan kepuasan bagi anak.

b.      Bermain Bersenang-senang
Bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak melalui objek yang ada sehingga anak merasa senang dan bergembira tanpa adanya kehadiran orang lain. Sifat bermain ini adalah tergantung dari stimulasi yang diberikan pada anak, mengingat sifat dari bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak tapa memperdulikan kehadiran orang lain, seperti bermain boneka-bonekaan, binatang-binatangan,  dan lain-lain.

c.       Bermain Keterampilan
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal. Sifat permainan ini adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti bermain dalam bongkar pasang gambar, disni anak selalu dipacu untuk selalu terampil dalam meletakkan gambar yang telahdi bongkar, kemudian bermain latihan memakai baju dan lain-lain.

d.      Bermain Dramtik
Macam bermain ini dapat dilakukan anak dengan mencoba melakukan berpura-pura dalam berpeilaku seperti anak memperankan sebagai orang dewasa, seorang ibu dan guru dalam kehidupan sehari-hari. Sifat dari permainan ini adalah anak dituntut aktif dalam memerankan sesuatu. Permainan dramatic ini dapat dilakukan apabila anak sudah mampu berkomunikasi dan mengenal kehidupan social.


e.       Bermain Menyelidiki
Macam bermain ini dengan memberikan sentuhan pada anak untuk berperan dalam menyelidiki sesuatu atau memeriksa dari alat permainan seperti mengocok untuk mengetahui isinya dan permainan ini bersifat aktif pada anak dan dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan pada anak. Sifat permainan tersebut harus selalu diberikan stimulasi dari orang lain agar selalu bertambah dalam kemampuan kecerdasan anak.

f.       Bermain Konstruksi
Bermain ini bertujuan untuk menyusun sesuatu pbjek permainan agar menjadi sebuah konstruksi yang benar seperti permainan menyusun balok. Sifat dari permainan ini adalah aktif di mana anak selalu ingin menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam permaianan dan akan dapat membangun kecerdasan pada anak.

Berdasarkan jenis permainan :

a.      Permainan
Permainan ini dapat dilakukan secara sendiri atau bersama temannya dengan menggunakan beberapa peraturan permainan seperti permainan ular tangga. Sifatnya adalah aktif, anak akan memberikan respons kepada temannya sesuai dengan jenis permaianan dan akan berfungsi memberikan kesenangan yang dapat mengembangkan perkembangan emosi pada anak.

b.      Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied behaviour)
Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar-mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Anak melamun, sibuk dengan bajunya atau benda lain. Jadi sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu dan situasi atau objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai alat permainan. Anak memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang menarik perhatiannya. Peran ini berbeda dibandingkan dengan onlooker, dimana anak aktif mengamati aktivitas anak lain.



Berdasarkan karakteristik sosial :

a.      Solitary Play
Di mulai dari bayi bayi (toddler) dan merupakan jenis permainan sendiri atau independent walaupun ada orang lain di sekitarnya. Hal ini karena keterbatasan sosial, ketrampilan fisik dan kognitif. Sifatnya adalah aktif akan tetapi bentuk stimulasi tambahan kurang, karena dilakukan sendiri dalam perkembangan mental pada anak, kemudian dapat membantu untuk menciptakan kemandirian pada anak.

b.       Pararel Play
Bermain secara sendiri tetapi di tengah-tengah anak lain yang sedang bermain akan tetapi tidak ikut dalam kegiatan orang lain. Sifat dari bermain ini adalah anak aktif secara sendiri tetapi masih masih dalam satu kelompok, dengan harapan kemampuan anak dalam menyelesaikan tugas mandiri dalam kelompok tersebut terlatih dengan baik.

c.       Associative Play
Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok. Yang mulai dari usia toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah dan merupakan permainan dimana anak dalam kelompok dengan aktivitas yang sama tetapi belum terorganisir secara formal.

d.      Cooperative Play
Suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok, ada tujuan kelompok dan ada memimpin yang di mulai dari usia prasekolah. Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan remaja.

e.       Onlooker Play
 Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi tidak ikut bermain, walaupun anak dapat menanyakan permainan itu dan biasanya dimulai pada usia toddler.

f.       Therapeutic Play
Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial anak selama hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi stres, memberikan instruksi dan perbaikan kemampuan fisiologis (Vessey & Mohan, 1990 dikutip oleh Supartini, 2004). Permainan dengan menggunakan alat-alat medik dapat menurunkan kecemasan dan untuk pengajaran perawatan diri pada anak-anak. Pengajaran dengan melalui permainan dan harus diawasi seperti: menggunakan boneka sebagai alat peraga untuk melakukan kegiatan bermain seperti memperagakan dan melakukan gambar-gambar seperti pasang gips, injeksi, memasang infus dan sebagainya.

E.    PEDOMAN UNTUK KEAMANAN BERMAIN
Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka diperlukan hal-hal seperti:
a.      Ekstra energi
Untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil kemungkinan untuk melakukan permainan.
b.      Waktu
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal.
c.       Alat permainan
 Untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
d.      Ruang untuk bermain
Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di tempat tidur.
e.       Pengetahuan cara bermain
Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat permainan tersebut.
f.       Teman bermain
Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrab.

Ada juga yang disebut dengan Alat Permainan Edukatif (APE). APE Merupakan alat permainan yang dapat memberikan fungsi permainan secara optimal dan perkembangan anak,dimana melalui alat permainan ini anak akan selalu dapat mengembangkan kemampuan fisiknya,bahasa,kemampuan kognitifnya,dan adaptasi sosialnya.Dalam mencapai fungsi perkembangan secara optimal,maka alat permainan ini harus aman,ukurannya sesuai dengan usia anak,modelnya jelas,menarik,sederhana,dan tidak mudah rusak.
            Dalam penggunaan alat permainan edukatif ini banyak dijumpai pada masyarakat kurang memahami jenis permainan karena banyak orang tua membeli permainan tanpa memperdulikan jenis kegunaan yang mampu mengembangkan aspek tersebut,sehingga terkadang harganya mahal,tidak sesuai dengan umur anak dan tipe permainannya sama.
            Untuk mengetahui alat permainan edukatif,ada beberapa contoh jenis permainan yang dapat mengembangkan secara edukatif seperti : permainan sepeda roda tiga atau dua,bola,mainan yang ditarik dan didorong jenis ini mempunyai pendidikan dalam pertumbuhan fisik atau motorik kasar,kemudian alat permainan gunting,pensil,bola,balok,lilin jenis alat ini dapat digunakan dalam mengembangkan motorik halus, alat permainan buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka , pensil warna, radio dan lain-lain, ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif atau kecerdasan anak, alat permainan seperti buku gambar, buku cerita, majalah, radio, tape dan televise tersebut dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan bahasa, alat permainan seperti gelas plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki semuanya dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri dan alat permainan seperti kotak, bola dan tali, dapat digunakan secara bersama dapat dilakukan untuk mengembangkan tingkah laku social.
            Selain menggunakan alat permainan secara edukatif, harus ada peran orang tua atau pembimbing dalam bermain yang memiliki kemampuan tentang jenis alat permainan dan kegunaannya, sabar dalam bermain, tidak memaksakan, mampu mengkaji kebutuhan bermain seperti kapan harus berhenti dan kapan harus dimulai, memberikan kesempatan untuk mandiri.

F.     KARAKTERISTIK BERMAIN (USIA BAYI-PRASEKOLAH)
            Dalam bermain pada anak tidaklah sama dalam setiap usia tumbuh kembang melainkan berbeda, hal ini dikarenakan setiap tahap usia tumbuh kembang anak selalu mempunyai tugas-tugas perkembangan yang berbeda sehingga dalam penggunaan alat selalu memperhatikan tugas masing-masing umur tumbuh kembang. Adapun karakteristik dalam setiap tahap usia tumbuh kembang anak:

a.      Usia 0-1 tahun
Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan adanya reflex, melatih kerja sama antara mata dan tangan, mata dan telinga dalam berkoordinasi,  melatih mencari objek yang ada tetapi tidak kelihatan, melatih mengenal asal suara, kepekaan perabaan,  keterampilan dengan gerakan yang berulang, sehingga fungsi bermain pada usia ini sudah dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan.
Jenis permainan ini permainan yang dianjurkan pada usia ini antara lain: benda (permainan) aman yang dapat dimasukkan kedalam mulut, gambar bentuk muka, boneka orang  dan binatang, alat permaianan yang dapat digoyang dan menimbulkan suara, alat permaian  berupa selimut, boneka, dan lai-lain.

b.      Usia 1-2 tahun
Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini pada dasarya bertujuan untuk melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik, melatih melakukan imajinasi, melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari dan memperkenalkan beberapa bunyi dan mampu membedakannya. Jenis permainan ini seperti semua alat permainan yang dapat didorong dan di tarik, berupa alat rumah tangga, balok-balok, buku bergambar, kertas, pensil berwarna, dan lain-lain.

c.       Usia 3-6 tahun
Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan kreativitasnya dan sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik, menegembangkan dan mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetensi serta gotong royong. Sehingga jenis permainan yang dapat dighunakamn pada anak usia ini seperti benda-benda sekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting, dan air.

G.   TERAPI BERMAIN PADA ANAK YANG DIHOSPITALISASI
Setiap anak meskipun sedang dalam perawatan tetap membutuhkan aktivitas bermain. Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan tugas perkembangan secara normal dan membangun koping terhadap stres, ketakutan, kecemasan, frustasi dan marah terhadap penyakit dari hospitalisasi (Mott, 1999).
Bermain juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan memberikan perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu anak menanggulangi pengalaman yang tidak menyenangkan, pengobatan dan prosedur invasif. Dengan demikian diharapkan respon anak terhadap hospitalisasi berupa perilaku agresif, regresi dapat berkurang sehingga anak lebih kooperatif dalam menjalani perawatan di rumah sakit.
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain dilaksanakan di suatu rumah sakit, antara lain:
a). Memfasilitasi situasi yang tidak familiar
b). Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol
c). Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan
d). Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh
       e). Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan dan
            prosedur medis
f). Memberi peralihan dan relaksasi
g). Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing
       h). Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan perasaan,
       i).  Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif terhadap
            orang lain
        j). Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
 k). Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong ,1996).


H.  PRINSIP BERMAIN DI RS :
  1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana.
  2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
  3. Kelompok umur yg sama.
  4. Permainan tidak bertentangan dgn pengobatan
  5. Semua alat permaianan dpt dicuci
  6. Melibatkan ortu.
I.      FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERMAIN
1.       Tahap Perkembangan : setiap tahap perkembangan memunyai potensi/keterbatasan.
2.       Status kesehatan : anak yang sakit makan kemampuan kognitif atau psikomotornya
        terganggu.
3.       Jenis Kelamin : sangat dipengarhi oleh usia terutama perminan yang digunakan.
4.       Lingkungan : lokasi, kultur, negara.
5.       Alat Permainan Yang cocok : alat permainan yang sesuai tahap perkembangan maka anak akan menggunakan dan merasa senang
TOILET TRAINING PADA ANAK
Pelatihan buang air besar biasanya mulai dilakukan pada saat anak berumur 2-3 tahun, sedangkan pelatihan buang air kecil dilakukan pada umur 3-4 tahun.
Pada umur 5 tahun, kebanyakan anak sudah dapat melakukan buang air besar sendiri; melepas pakaian dalamnya sendiri, membersihkan dan mengeringkan penis, vulva maupun anusnya sendiri serta kembali memakai pakaian dalamnya sendiri.
Tetapi sekitar 30% anak berusia 4 tahun dan 10% anak berusia 6 tahun masih mengompol pada malam hari.

Cara terbaik untuk menghindari timbulnya masalah pelatihan buang air (toilet training) adalah dengan mengenali kesiapan anak. Adapun tanda dari kesiapan anak adalah:
- Selama beberapa jam pakaian dalamnya kering
- Anak menginginkan pakaian dalamnya diganti jika basah
- Anak menunjukkan ketertarikannya untuk duduk diatas potty chair (pispot khusus untuk anak-anak) atau diatas toilet (jamban, kakus)
- Anak mampu mengikuti petunjuk/aturan lisan yang sederhana.
Kesiapan anak biasanya terjadi pada usia 24-36 bulan.

Metode toilet training yang paling banyak digunakan adalah metode timing.
Anak yang tampaknya sudah siap diperkenalkan kepada potty chair dan secara bertahap diminta untuk duduk diatasnya sebentar saja dalam keadaan berpakaian lengkap. Kemudian anak diminta untuk melepaskan pakaian dalamnya sendiri, lalu duduk diatas potty chair selama tidak lebih dari 5-10 menit. Hal tersebut dilakukan sambil ibu memberikan penjelasan bahwa sekarang sudah saatnya anak untuk melakukan buang air besar/kecil di tempatnya (maksudnya pada potty chair atau kloset), bukan di pakaian dalam ataupun popok.
Jika anak sudah bisa melakukannya, ibu boleh memberikan pujian ataupun hadiah. Tetapi jika anak belum bisa melakukannya, ibu sebaiknya tidak memarahi maupun menghukum anak.
Metode timing efektif untuk anak-anak yang memiliki jadwal buang air besar/kecil yang teratur.

Metode toilet training lainnya menggunakan boneka sebagai alat bantu.
Kepada anak yang sudah siap, diajarkan cara-cara toilet training dengan menggunakan boneka sebagai model. Ibu memberikan pujian kepada boneka karena pakaian dalamnya kering dan telah berhasil melewati setiap proses toilet training. Kemudian ibu meminta anak untuk menirukan proses toilet training dengan bonekanya secara berulang-ulang, anak juga diajari untuk memuji bonekanya.
Selanjutnya, anak menirukan apa yang telah dilakukan oleh bonekanya dan ibu memberikan pujian kepada anak.

Jika anak tetap bertahan duduk di toilet, sebaiknya diangkat dan toilet training dicoba kembali setelah anak makan. Jika hal ini berlangsung selama beberapa hari, sebaiknya toilet training ditunda selama beberapa minggu.
Sangat penting untuk memberikan pujian kepada anak yang telah berhasil melakukan toilet training. Setelah pola buang air besar/kecil stabil, secara perlahan pujian tersebut dikurangi.
Memaksa anak untuk buang air besar/kecil di toilet dengan kekerasan tidak efektif dan bisa menyebabkan ketegangan pada hubungan ibu-anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar