BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Infark miokard akut mengacu pada
proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat
atau tidak efektif ke miokard, sehingga
aliran darah koroner kurang. Infark miokard akut adalah nekrosis miokard akibat
aliran darah ke otot jantung terganggu.
Infark mioakard adalah suatu keadaan ketidakseimbangan
antara suplai & kebutuhanoksigen miokard sehingga jaringan miokard
mengalami kematian. Infark menyebabkan kematian jaringan yang ireversibel. Sebesar
80-90% kasus IMA disertai adanya trombus, dan berdasarkan penelitian lepasnya
trombus terjadi pada jam 6-siang hari. Infark bersifat tidak statis, dan dapat berkembang
secara progresif. Infark Miokard Akut apabila tidak segera di tangani atau
dirawat dengan cepat dan tepat dapat menimbulkan penyakit komplikasi seperti CHF, disritmia, syok
kardiogenik yang dapat menyebabkan kematian, dan apabila penyakit IMA sembuh
akan terbentuk jaringan parut yang menggantikan sel-sel miokardium yang mati,
apabila jaringan parut yang cukup luas maka kontraktilitas jantung menurun
secara permanent, jaringan parut tersebut lemah sehingga terjadi ruptur
miokardium atau anurisma, maka diperlukan tindakan medis dan tindakan
keperawatan yang cepat dan tepat untuk mencegah komplikasi yang tidak
diinginkan.
Hal ini dapat
dicapai melalui pelayanan maupun perawatan yang cepat dan tepat untuk
memberikan pelayanan cepat dan tepat diperlukan pengetahuan, keterampilan yang
khusus dalam mengkaji, dan mengevaluasi status kesehatan klien dan diwujudkan
dengan pemberian asuhan keperawatan tanpa melupakan usaha promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Peran Oksigen pada Miokard:
À
Dibutuhkan pada saat aktivitas
preload & afterload.
À
Kontraktilitas miokard
À
Diperlukan jantung untuk berdenyut.
À
Kelelahan & stres emosional meningkatkan
denyut jantung.
B.
Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari Infark Miokard
Akut dan macam-macam Infark Miokard Akut ?
2. Apa etiologi dari Infark Miokard
Akut ?
3. Seperti apa sajakah manifestasi
klinis yang ditimbulkan penderita
Infark Miokard Akut ?
Infark Miokard Akut ?
4. Bagaimana patofisiologi dan pathway
dari Infark Miokard Akut ?
5. Bagaimana penatalaksanaan penyakit
infark Miokard Akut ?
6. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Infark Miokard Akut?
C.
Tujuan
penulisan
1. Tujuan umum
Mampu
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien dengan Infark
Miokard Akut, mampu memahami tentang konsep dasar penyakit Infark Miokard Akut,
dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mengetahui anatomi dan fisiologi system
Kardiovaskuler
b. Agar mahasiswa mengetahui pengertian Infark Miokard
Akut
c. Agar mahasiswa mengetahui etiologi dari Infark Miokard
Akut
d. Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi Infark Miokard
Akut
e. Agar mahasiswa mengetahui gejala klinis Infark Miokard
Akut
f. Agar mahasiswa mengetahui patomekanisme terjadinya
Infark Miokard Akut
g. Agar mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnosis
h. Agar mahasiswa mengetahui komplikasi yang bisa terjadi
pada Infark Miokard Akut
i. Agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaan Infark
Miokard Akut
j. Agar mahasiswa mengetahui prognosis dari Infark
Miokard Akut
k. Agar mahasiswa mengetahui cara merumuskan diagnose
keperawatan, intervensi dan rasional
l. Agar mahasiswa mengetahui discharge planning
D. Manfaat penulisan
1.
Bagi Umum
Pembaca dapat mengetahui dampak dari penyakit
Infark Miokard Akut dan
sanggup melakukan pencegahan dalam menghambat perkembangan kasus.
2.
Bagi Mahasiswa Keperawatan
Mahasiswa bisa mempraktekkan asuhan
keperawatan pada pasien yang mengalami penyakit Infark
Miokard Akut dan yang
beresiko.
E. Sistematika Penulisan
Makalah
ini terdiri dari 3 bab. BAB I Pendahuluan, diuraikan tentang latar belakang
penulisan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. BAB
II Tinjauan Teoritis, diuraikan tentang teori yang merupakan dasar dari asuhan
keperawatan yaitu konsep dasar medik yang meliputi definisi, anatomi fisiologi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, test diagnostik, komplikasi dan
penatalaksanaan medik. Sedangkan konsep asuhan keperawatan terdiri dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, discharge planning
dan patoflowdiagram. BAB III Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
LANDASAN TEORI
Kasus
Abraham,
seorang laki-laki umur 55 tahun datang ke klinik dengan keluhan nyeri dada. Dia
mengeluh 6 bulan terakhir sering mengalami nyeri dada substernal bersifat
hilang timbul dan menjalar ke lengan kiri. Nyeri pertama kali terjadi ketika
melakukan kegiatan dan menurun ketika istirahat. Dia memiliki riwayat penyakit
hipertensi dan dislipidemia.
Tinggi
badan: 170 cm, berat badan: 92 kg, TD: 100/70mmHg, HR: 115×/ menit, reguler,
pernapasan: 24×/min, dyspnea, pucat, berkeringat banyak, JVP (5-2) cmH2O,
suara jantung redup, ronkhi halus pada daerah basal paru (+), whezzing (-),
hati tidak teraba, udem tungkai (-).
Chest X-ray:
jantung CTR <50%, bentuk normal. Paru: pernafasan bronkhovaskuler ECG: sinus
rhythm, normal axis, HR: 117×/ menit,
reguler, gelombang Q normal, elevasi ST pada lead V1─V4, depresi ST pada lead
II, III, aVF.
Dokter
kemudian menyarankan untuk observasi sementara disertai pemberian oksigen dan
pemasangan IV lne dan monitor EKG serta pemberian morfin dan isosorbide
dinitrat sublingual untuk melindungi nyeri dada dan meningkatkan perfusi darah
ke jaringan otot jantung.
Pembahasan Kata kunci:
1.
Umur 55 tahun : Penurunan fungsi dan organ-organ tubuh; penurunan fungsi
jantung
2.
Nyeri dada : Hipoksia pada jantung, sehingga jantung berkontraksi
lebih
cepat dan lebih keras untuk memperoleh pasokan O2
yang lebih,
sehingga timbul nyeri dada.
3.
Nyeri dada substernal : Adanya
emboli paru adanya penyumbatan
embolus
(Misalnya bekuan darah, lemak, dan udara)
pada pembuluh
Darah.
4.
Nyeri pada saat melakukan aktivitas
dan menurun pada saat istirahat :
À
Pada saat beraktivitas tubuh membutuhkan lebih banyak pasokan O2
jantung berkontraksi lebih cepat suplai
O2 menjadi tidak adekuat Nyeri
À
Pada saat beristirahat tubuh tidak banyak membutuhkan pasokan O2
yang lebih, sehingga kebutuhan energi
jantung berkurang suplai O2
menjadi adekuat/ dapat terpenuhi
sel-sel otot dapat kembali berfungsi dengan baik.
5.
Riwayat penyakit hipertensi dan
dislipidemia :
À
Hipertensi : peningkatan tekanan
darah
À
Dislipidemia : Gangguan metabolisme
lemak yang ditandai dengan peningkatan kolestrol, trigliserida (Lemak dalam
darah dan hasil raian tubuh pada makanan yang mengandung lemak dan kolestrol),
peningkatan LDL, dan penurunan HDL
6.
Ronkhi halus pada daerah basal
paru : bunyi singkat, tidak kontinu,
tidak musikal,
Dan terbanyak terdengar pada saat
inspirasi di daerah basis paru (di bagian inferior paru-paru). Timbul bila
terdapat cairan di bagian dalam bronkus dan terdapat kolaps saluran napas
distal dan alveolus.Disebabkan oleh sekresi saluran napas berlebihan. Terdapat
pada edema paru, gagal jantung kongestif, dan fibrosis paru.
7.
Suara jantung redup : terjadinya penurunan fungsi jantung,
adanya cairan berlebih
pada pericardium; bunyinya “Bleg-bleg-bleg”, paru-paru
menjadi padat (konsolidasi), misalnya infiltrat/ fibrosis berat serta
edema paru.
8.
Pernapasan bronkhovaskuler : bunyi jantung yang terdengar antara
vesikular dan
bronkol dimana pada proses ekspirasi
menjadi lebih keras, lebih tinggi nadanya dan lebih memanjang hingga hampir
menyerupai inspirasi. Bunyi ini dapat terdengar pada tempat-tempat yang ada
bronkhiolus besar yang ditutupi satu lapisan tipis alveolus. Suara ini secara
spesifik dapat didengar antara scapula dan pada kedua sisi sternum.
9.
Udem tungkai : adanya penumpukan cairan yang berlebih pada tungkai, disebabkan
karena adanya penyempitan pada pembuluh darah sehingga terjadi
hambatan sirkulasi darah dalam pembuluh darah vena. Akibatnya
darah banyak tertumpuk pada pembuluh darah vena sehingga
pembuluh darah mengalami penyempitan dan dapat terjadi
kebocoran pada pembuluh darah tersebut dan darah dapat
merembes keluar, maka terjadi edema pada tungkai.
10. Elevasi ST : berlokasi pada anterior; elevasi/
kenaikan segmen ST dan atau
gelombang Q di V1-V4/ V5
11. Depresi ST
pada Lead II, III, aVF : Resiprocal
dengan ditandai dengan segmen
ST depesi di lateral
12.
ECG : Sinus rhytm irama normal pada jantung
Kriteria:
À
HR : 60-100×/ menit
À
Keteraturan sampai reguler
À
SA Node mondar/i jantung, oleh
karena itu gelombang “P” harus hadir untuk setiap QRS
À
Kompleks dalam rasio 1:1
À
Internal PR adalah 0,12 detik dan
0,20 detik
À
QRS lebar kompleks haru < 12
detik
13. Pemberian O2 : untuk membantu jalannya pernapasan
14. Pemberian
Morfin : Mengurangi sakit, memperlebar pembuluh darah
vena, dan
mengurangi beban jantung
15. Isosorbide
dinitrat : vasodilator
(memperlebar pembuluh darah) khususnya pada
angina dan jantung kongestif
16. Pemasangan
IV line dan monitor ECG : pemasangan
infus (IV)
A.
Konsep Medis
1.
Anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler
a. Anatomi
Jantung
Jantung
adalah organ berupa otot berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya diatas
dan puncaknya dibawah. Apeknya miring ke sebelah kiri. Berat jantung kira –
kira 300 gram. Jantung berada dalam thorax iga ke-3 kanan, iga ke-2 kiri sampai
intercosta ke-5. Jantung adalah organ berongga dengan sekepalan tangan orang
dewasa. Jantung terletak di rongga thoraks (dada) sekitar garis tengah antara
sternum atau tulang disebelah anferior dan vertebrae disebelah posterior Evelyn
C Pearce (2000:121) menyatakan: jantung terbagi oleh suatu sekat (septum)
menjadi dua belah yaitu kiri dan kanan.
Setiap
belahan kemudian dibagi dalam dua ruang yang atas disetiap atrium dan yang
bawah ventrikel. Antara Atrium dan ventrikel terdapat katup, yang kanan bernama
katup (valvula) trikuspidalis dan yang kiri katup mitral atau katup
bikuspidalis. Lapisan jantung terdiri dari endokardium (dalam), miokardium
(inti) dan pericardium (luar).
Dipersarafi
oleh nerfus simpatikus untuk meningkatkan kerja jantung dan nervus
parasimpatikum khususnya cabang dari nervus vagus yang bekerja memperlambat
kerja jantung.
Gerakan jantung berasal dari nodus sinus atrial kemudian kedua atrium berkontraksi. Gerakan jantung terdiri dari dua jenis yaitu kontraksi atau sistol dan pengendoran atau diastole. Lama kontraksi ventikel 0,3 detik dan tahap pengendoran selama 0,5 detik. Hudak dan Gallo (1997:382 – 383) menyatakan “pada jantung terdiri arteri koroner besar, kiri dan kanan. Arteri koroner besar mempunyai dua cabang desenden anterior kiri yang juga disebut “window maker”. Melalui bawah anferior dinding kebawah apeks miokard. Bagian ini mensuplai aliran darah dua pertiga dari septum intrafentrikuler, kebanyakan dari apeks dan ventrikel kiri anferior. Enzim – enzim jantung di peroleh dari gambaran darah tiap 8 jam selama 1 – 2 hari.
Gerakan jantung berasal dari nodus sinus atrial kemudian kedua atrium berkontraksi. Gerakan jantung terdiri dari dua jenis yaitu kontraksi atau sistol dan pengendoran atau diastole. Lama kontraksi ventikel 0,3 detik dan tahap pengendoran selama 0,5 detik. Hudak dan Gallo (1997:382 – 383) menyatakan “pada jantung terdiri arteri koroner besar, kiri dan kanan. Arteri koroner besar mempunyai dua cabang desenden anterior kiri yang juga disebut “window maker”. Melalui bawah anferior dinding kebawah apeks miokard. Bagian ini mensuplai aliran darah dua pertiga dari septum intrafentrikuler, kebanyakan dari apeks dan ventrikel kiri anferior. Enzim – enzim jantung di peroleh dari gambaran darah tiap 8 jam selama 1 – 2 hari.
b. Fisiologi
Jantung
Tugas
jantung sebagai pemompa darah dengan 2 sistem sirkulasi yang terpisah.sistem
sirkulasi yang lebih besar, meliputi seluruh jaringan tubuh sehingga untuk itu
jantung memompakan darah ke pembuluh nadi lewat aorta. Sedangkan sirkulasi
darah kecil meliputi sirkulasi darah ke paru paru tempat dimana terjadi
pertukaran oksigen dan karbon dioksida
c. Sirkulasi
darah
Darah dari vena cava superior dan
inferior masuk ke atrium kanan kemudian dipompakan ke Ventrikel kanan melalui
katup trikuspidalis. Selanjutnya darah dialirkan ke arteri pulmonalis melalui
katup pulmonal. Setelah darah mencapai kapiler alveoli darah akan mengalami
proses oksigenasi malalui difusi gas di alveoli paru paru. Selanjutnya darah
yang teroksigenasi di pompakan ke atrium kiri selanjutnya di alirkan ke
ventrikel kiri melalui katup mitral. Setelah ventrikel terisi oleh darah maka
darah tersebut akan di alirkan ke seluruh tubuh melalui Aorta.
2.
Definisi
IMA
Infark
Miokardium Akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah keotot
jantung terganggu. Umumnya IMA didasari oleh adanya arterosklerosis pada pembuluh
darah kororner. Nekrosis miokard ini hampir selalu terjadi akibat penyumbatan
total arteri korornaria oleh trombus yang terbentuk pada plaque arterosklerosis
yang tidak stabil; juga seringkali mengikuti ruptur plague pada arteri koroner
dengan stenosis ringan. Kerusakan miokard ini terjadi dari endokardium ke
epikardium, menjadi komplit dan irreversibel dalam 3-4 jam dan akan terus
mengalami proses injury selama beberapa minggu atau bulan.
Infark
miokard akut mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat atau tidak
efektif ke miokard, sehingga aliran darah koroner berkurang (Brunner &
Suddarth, 2002). Infark miokard adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke
otot jantung terganggu.Secara morfologis IMA dibedakan atas dua jenis yaitu IMA
transmural, yang mengenai seluruh
dinding miokard dan terjadi pada daerah distribusi suatu arteri koroner, dan IMA
sub-endokardial dimana nekrosis
hanya terjadi pada bagian dalam dinding ventrikel dan umumnya berupa
bercak-bercak dan tidak konfluens. IMA sub-endokardial dapat regional (terjadi
pada distribusi satu arteri koroner) atau difus (terjadi pada distribusi lebih
dari satu arteri koroner).
Berdasarkan lapisan otot yang terkena Infark Miokard
Akut dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a.
Infark Miokard Akut Transmural
mengenai seluruh lapisan otot jantung (dinding ventrikel). Berhubungan dengan
aterosklerosis melibatkan arteri koroner utama. Hal ini dapat subclassified ke
anterior, posterior, atau lebih rendah. infarcts Transmural memperpanjang
melalui seluruh ketebalan otot jantung dan biasanya akibat dari oklusi lengkap
suplai darah daerah tersebut.
b. Infark
Miokard Akut Non Transmural / Subendokardial Infark. infark otot jantung
bagian dalam (mengenai sepertiga miokardium). Melibatkan sejumlah kecil di
dinding subendocardial dari ventrikel kiri, septum ventrikel, atau otot
papiler. infarcts Subendocardial dianggap akibat dari suplai darah lokal
menurun, mungkin dari penyempitan arteri koroner. Daerah subendocardial terjauh
dari's suplai darah jantung dan lebih rentan terhadap jenis patologi.
Berdasarkan
tempat oklusinya pada pembuluh darah koroner :
a.
Akut Miokard Infark Anterior.
b.
Akut Miokard Infark Posterior.
c.
Akut Miokard Infark Inferior.
3.
Etiologi
a.
Faktor penyebab:
Infark miokard dapat disebabkan oleh
:
À
Penyempitan kritis arteri koroner
akibat ateriosklerosis atau oklusi arteri
komplit akibat embolus atau trombus.
À
Penurunan aliran darah koroner dapat
juga disebabkan oleh syok dan hemoragi.
À
Ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen miokard.
b. Faktor predisposisi
1. faktor biologis yang tidak dapat diubah
a) Usia lebih dari 40 tahun
b) Jenis kelamin: Insiden pada pria lebih tinggi,sedangkan pada wanita
meningkat
setelah menopause.
c) Hereditas
d) Ras
2. Faktor resiko yang dapat diubah
a)Mayor
;Hiperlipidemia, hipertensi, perokok berat, DM, obesitas, diet tinggi
lemak jenuh
b) Minor
;Aktifitas fisik,pola kepribadian tipe A (emosional, agresif ambisius,
kompetitif)
4.
Faktor resiko
Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan
terjadinya infark antara lain :
À
Umur laki-laki di atas
À
Obesitas
À
Hipertensi dan CVD
À
Merokok
À
Dislipidemia
(kelainan metabolisme lipid (lemak)
·
Kolesterol
total meningkat
·
Kolesterol
LDL meningkat
·
Kolesterol
HDL menurun
·
Trigliserida
meningkat
À
Riwayat keluarga
À
Sadentary lifestyle
5.
Manifestasi klinik
Tanda dan gejala infark miokard ( TRIAS ):
a. Nyeri
À
Gejala utama biasanya
aalah Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus tidak mereda, biasanya
diatas region sternal bawah dan abdomen bagian atas.
À
Keparahan nyeri dapat
meningkat secara menetap sampai nyeri tidak dapat tertahankan lagi.
À
Nyeri ini sangat sakit,
seperti ditusuk-tusuk yang dapat menjalar kebahu dan terus ke bawah menuju
lengan (biasanya lengan kiri).
À
Nyeri mulai secara
spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan emosional), menetap
selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau
nitrogliserin (NTG).
À
Nyeri dapat menjalar ke
arah rahang dan leher.
À
Nyeri sering disertai
dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening atau kepala terasa
melayang dan mual serta muntah.
À
Pasien dengan diabetes
mellitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena neuropati yang menyertai
diabetes dapat mengganggu neuroreseptor (menumpulkan pengalaman nyeri)
b.
Laboratotium
(Pemeriksaan Enzim jantung)
À
CPK-MB/CPK : Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
À
LDH/HBDH: Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal
À
AST/SGOT: Meningkat ( kurang
nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam, kembali normal
dalam 3 atau 4 hari.
c.
EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase
awal adanya gelombang T tinggi dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST.Perubahan yang
terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya
nekrosis.
6. Patofisiologi
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya
jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah
koroner berkurang. Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan
kritis arteri koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh
emboli atau trombus. Penurunan aliran darah koroner juga bisa diakibatkan oleh
syok atau perdarahan. Pada setiap kasus ini selalu terjadi ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen jantung.
30 menit setelah terjadi sumbatan,
perdarahan metabolik terjadi sebagai akibat dari iskemia. Glikosis anaerob
berperan dalam menyediakan energi untuk menghasilkan
laktase.Perubahan-perubahan pada elektro potensial membran, setelah 20 menit
terjadi perubahan-perubahan seluler meliputi ruptur lisotum dan defek
struktural sarkolema yang menjadi ireversibel pada sentral zone infark. Zone
iskemia yang ada di sekitar area infark mungkin tersusun oleh sel-sel normal atau sel-sel abnormal.
Area iskemia ini dapat membalik apabila sirkulasi terpenuhi secara adekuat.
Tujuan terapi adalah memperbaiki area
iskemia tersebut dan mencegah perluasan sentral zone nekrosis.
Miokard infark mengganggu fungsi
ventrikuler dan merupakan predisposisi terhadap perubahan hemodinamik yang
meliputi :Kemunduran kontraksi, penurunan stroke volume, gerakan dinding
abnormal, penurunan fraksi ejeksi peningkatan ventrikuler kiri pada akhir
sistole dan volume akhir diastole, dan peningkatan tekanan akhir diastolik
ventrikuler. Mekanisme kompensasi output cardial dan perfusi yang mungkin
meliputi stimulasi refleks simpatetik untuk meningkatkan kecepatan jantung,
vasokonstriksi, hipertrofi ventrikuler, serta retensi air tuntutan dengan
miokardial. Tapi direncanakan untuk mencukupi kebutuhan dengan dan menurunkan
tuntutan terhadap oksigen.
Proses penyembuhan miokard infark
memerlukan waktu beberapa minggu. Dalam waktu 24 jam terjadi udema seluler dan
infiltrasi leukosit. Enzim-enzim jantung dibebaskan menuju sel. Degradasi
jaringan dan nekrosis terjadi pada hari kedua atau ketiga. Pembentukan jaringan
parut dimulai pada minggu ketiga sebagai jaringan konektif fibrous yang
menggantikan jaringan nekrotik, jaringan
parut menetap terbentuk dalam 6 minggu sampai 3 bulan.
Miokard infark paling sering terjadi pada
ventrikel kiri dan dapat dinyatakan sesuai area miokardium yang terkena.
Apabila mengenai tiga sekat dinding miokardium maka disebut infark transmural
dan apabila hanya sebatas bagian dalam miokardium disebut infark
sebendokardial. Miokard infark juga dapat dinyatakan sesuai dengan lokasinya
pada jantung, yang secara umum dapat terjadi pada sisi posterior, anterior,
septal anterior, anterolateral, posteroinferior dan apical. Lokasi dan luasan
lesi menentukan sejauh mana kemunduran fungsi terjadi, komplikasi dan
penyembuhan.
7.
Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis
IMA biasanya berdasar pada riwayat penyakit sekarang, EKG, dan serangkaian
enzim serum. Prognosis tergantung pada beratnya obstruksi arteri dan dengan
sendirinya banyaknya kerusakan jatung. Pemeriksaan fisik selalu dilakukan,
namun hal ini tidak cukup untuk menegakkan diagnosis.
a.
Riwayat pasien
Pengambilan riwayat pasien dilakukan dalam dua tahap; riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit dahulu serta riwayat kesehatan keluarga. Riwayat pasien memberikan data subjektif. Dokter yang teliti juga akan mencari data malalui interpretasi EKG dan pemeriksaan berbagai rangkaian enzim.
Pengambilan riwayat pasien dilakukan dalam dua tahap; riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit dahulu serta riwayat kesehatan keluarga. Riwayat pasien memberikan data subjektif. Dokter yang teliti juga akan mencari data malalui interpretasi EKG dan pemeriksaan berbagai rangkaian enzim.
b. Elektrokardiogram
EKG memberi informasi mengenai elektrofisiologi jantung. Melalui pembacaan dari waktu ke waktu, dokter mampu memantau perkembangan dan resolusi suatu IMA. Lokasi dan ukuran relative infark juga dapat ditentukan dengan EKG. EKG merupakan instrument diagnostic pilhan pertama karena dapat digunakan di tempat tidur dan non invasif, sekalipun ada berbagai teknologi baru yang mampu menyajikan data diagnostik yang sama. Ekokardiogram digunakan untuk evaluasi lebih jauh mengenai fungsi jantung, khususnya fungsi ventrikel. Kegunaan EKG adalah :
EKG memberi informasi mengenai elektrofisiologi jantung. Melalui pembacaan dari waktu ke waktu, dokter mampu memantau perkembangan dan resolusi suatu IMA. Lokasi dan ukuran relative infark juga dapat ditentukan dengan EKG. EKG merupakan instrument diagnostic pilhan pertama karena dapat digunakan di tempat tidur dan non invasif, sekalipun ada berbagai teknologi baru yang mampu menyajikan data diagnostik yang sama. Ekokardiogram digunakan untuk evaluasi lebih jauh mengenai fungsi jantung, khususnya fungsi ventrikel. Kegunaan EKG adalah :
À
Mengetahui kelainan-kelainan irama
jantung (aritmia)
À
Mengetahui kelainan-kelainan
miokardium (infark, hipertrophy atrial dan
ventrikel)
À
Mengetahui adanya pengaruh atau efek
obat-obat jantung
À
Mengetahui adanya gangguan elektrolit
À
Mengetahui adanya gangguan perikarditis
c.
Enzim dan isaoenzim serum
Pemeriksaan rangkaian enzim meliputi kinase dan laktat dehidroginase. Kreatin kinase dengan isoenzimnya (CK dengan CK-MB) dipandang sebagai indikator yang paling sensitif dan dapat dipercaya diantara semua enzim jantung dalam menegakkan diagnosa infark miokardium.
Laktat dehidrogenase (LDH) kurang bisa dipercaya sebagai sebagai indikator kerusakan jantung akut seperti CK. Tetapi, karena reaksinya lebih lambat dan meningka lebih lama dari enzim jantung lainnya, LDH sangat berguna untuk mendiagnosa IMA. pada pasien yang mungkin mengalami IMA tetapi terlambat dibawa kerumah sakit. Ada lima macam isoenzim LDH, tetapi hanya dua yang penting untuk mendiagnosa IMA yaitu dan . dan kadarnya tinggi di jantung, ginjal dan otak, namun normalnya kadar lebih tinggi dibanding . Apabila melebihi , maka keadaan ini disebut “terbalik”, menunjukkan adanya IMA.
Pemeriksaan rangkaian enzim meliputi kinase dan laktat dehidroginase. Kreatin kinase dengan isoenzimnya (CK dengan CK-MB) dipandang sebagai indikator yang paling sensitif dan dapat dipercaya diantara semua enzim jantung dalam menegakkan diagnosa infark miokardium.
Laktat dehidrogenase (LDH) kurang bisa dipercaya sebagai sebagai indikator kerusakan jantung akut seperti CK. Tetapi, karena reaksinya lebih lambat dan meningka lebih lama dari enzim jantung lainnya, LDH sangat berguna untuk mendiagnosa IMA. pada pasien yang mungkin mengalami IMA tetapi terlambat dibawa kerumah sakit. Ada lima macam isoenzim LDH, tetapi hanya dua yang penting untuk mendiagnosa IMA yaitu dan . dan kadarnya tinggi di jantung, ginjal dan otak, namun normalnya kadar lebih tinggi dibanding . Apabila melebihi , maka keadaan ini disebut “terbalik”, menunjukkan adanya IMA.
d. Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, missal hipokalemi, hiperkalemi.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, missal hipokalemi, hiperkalemi.
e. Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi.
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi.
f. Kecepatan
sedimentasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI, menunjukkan inflamasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI, menunjukkan inflamasi
g. Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau kronis.
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau kronis.
h. AGD
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
i. Kolesterol
atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
j. Foto rontgen
dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma ventrikuler. Foto rontgen dada sering menunjukkan bentuk jantung yang normal. Pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung membesar dan kadang-kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma ventrikuler. Foto rontgen dada sering menunjukkan bentuk jantung yang normal. Pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung membesar dan kadang-kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.
k. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pektoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark jantung akut sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan meningkat kadarnya pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kolesterol, HDL, LDL, trigliserida dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk mencari faktor risiko seperti hiperlipidemia dan/atau diabetes melitus.
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina pektoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark jantung akut sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan meningkat kadarnya pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kolesterol, HDL, LDL, trigliserida dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk mencari faktor risiko seperti hiperlipidemia dan/atau diabetes melitus.
l. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
m. Pemeriksaan
pencitraan nuklir
Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia misalnya lokasi atau luasnya IMA
Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia misalnya lokasi atau luasnya IMA
Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
n. Pencitraan darah jantung (MUGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran darah).
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran darah).
o. Angiografi
koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.
p. Digital
subtraksion angiografi (PSA)
Teknik yang digunakan untuk menggambarkan.
Teknik yang digunakan untuk menggambarkan.
q. Nuklear
Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan darah.
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan darah.
r. Tes stress
olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.
8. Penatalaksanaan Medik
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.
8. Penatalaksanaan Medik
Tujuannya adalah
memperkecil kerusakan jantung sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya
komplikasi. Kerusakan jantung diperkecil dengan cara segera mengembalikan
keseimbangan antara kebutuhan dan suplay oksigen jantung. Therapi obat-obatan,
pemberian oksigen dan tirah baring dilakukan secara bersamaan untuk tetap
mempertahankan fungsi jantung.
a.
Medis
Tujuan
penatalaksanaan medis adalah memperkecil kerusakan jantuang sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya komplikasi. Kerusakan jantung diperkecil dengan cara
segera mengembalikan keseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen jantung.
Terapi obat-obatan ,pemberian O2, tirah baring dilakukan secara bersamaan untuk
tetap mempertahankan jantung. Obat-obatan dan O2 digunakan untuk meningkatkan
suplay O2, sementara tirah baring digunakan untuk mengurangi kebutuhan O2. Hilangnya
nyeri merupakan indicator utama bahwa kebutuhan dan suplai O2 telah mencapai
keseimbangan. Dan dengan penghentian aktifitas fisik untuk mengurangi beben
kerja jantung membatasi luas kerusakan.
b. Penanganan nyeri
Penanganan
nyeri dapat berupa terapi farmakologi:
À Morfin sulfat
À Nitrat
À Beta blocker
c. Farmakologis
Penatalaksanaan yang diberikan untuk pembatasan
ukuran infark miokard secara selektif dilakukan dengan upaya meningkatkan
suplai darah dan O2 ke miokardium dan untuk memelihara,
mempertahankan, atau memulihkan sirkulasi darah. Ada tiga kelas obat-obatan yang biasa digunakan untuk meningkatkan
suplai oksigen yaitu :
À
Vasodilator
Vasodilator
pilihan yang digunakan untuk mengurangi nyeri jantung adalah Nitrogliserin
(NTG) intravena. NTG menyebabkan dilatasi arteri dan vena yang mengakibatkan
pengumpulan darah diperifer, sehingga menurunkan jumlah darah yang kembali
kejantung (pre load) dan mengurangi beban kerja (work load) jantung.
À
Antikoagulan
Heparin
adalah antikoagulan pilihan untuk membantu mempertahankan integritas jantung.
Heparin memperpanjang waktu pembekuan darah sehingga dapat menurun kan
kemungkinan pembentukan trombus dan selanjutnya menurunkan aliran darah.
À
Tranbolitik
Tujuan
pemberian obat ini adalah untuk melarutkan setiap trombus yang telah terbentuk
diarteri koroner, memperkecil penyumbatan, dan juga luasnya infark. Obat-obata
golongan/jeis tranbolitik adalah streptokinase (aktivator plasminogen
jenis jaringan) dan anistreplase, hanya akan efektif bila diberikan dalam 6 jam
awitan nyeri dada, selama terjadi neurosis jaringan transmural.
d.
Pembatasan
aktivitas fisik. Pengurangan seluruh aktifitas pada umumnya akan mempercepat
pembebasan rasa sakit. Klien boleh diam tidak bergerak atau dipersilahkan untuk
duduk atau sedikit melakukan aktifitas.
B. Konsep
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
À
Pola
persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1.
Keadaan
sebelum sakit
Pasien
mengatakan bahwa ia sering merokok, dan sangat senang mengkonsumsi makan daging
dan soto yang dijual di depan rumahnya. Pasien juga mengatakan tidak ada waktu
untuk berolahraga.
2.
Riwayat
penyakit saat ini:
a.
Keluhan
utama:
Nyeri dada
b.
Riwayat
keluhan utama
Pasien mengeluh
6 bulan terakhir sering mengalami nyeri dada substernal bersifat hilang timbul
dan menjalar ke lengan kiri selama ± 15 menit. Pasien mengatakan rasa nyeri
timbul setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat. Pasien
mengatakan rasa nyeri yang dirasakan seperti tertekan dan ditindih benda berat.
Keluarga lalu membawa pasien ke Rumah Sakit setelah melihat pasien tampak sesak
napas kemudian pingsan.
3.
Riwayat
penyakit yang pernah dialami
Pasien memiliki
riwayat penyakit hipertensi dan dislipidemia.
4.
Riwayat
kesehatan keluarga
Pasien
mengatakan bahwa ayahnya meninggal karena penyakit hipertensi.
À
Pola
nutrisi dan metabolik
1.
Keadaan
sebelum sakit
Pasien
mengatakan makan 4x sehari dengan menghabiskan 1 porsi yang terdiri dari nasi,
sayur, dan banyak daging. Pasien juga mengatakan sering makan soto yang dijual
di dekat rumahnya. Nafsu makannya sangat baik.
2.
Keadaan
sejak sakit
Pasien
mengatakan sejak sakit malas makan dan kurang minum air putih.
À
Pola
eliminasi
1.
Keadaan
sebelum sakit
Pasien mengatakan
bahwa BAB dan BAK 2x sehari dan tidak ada masalah saat BAB dan BAK.
2.
Keadaan
sejak sakit
Pasien tampak
berkeringat banyak.
À
Pola
aktivitas dan latihan
1.
Keadaan
sebelum sakit
Pasien
mengatakan tidak ada aktivitas lain selain kerja di kantor dan ketika pulang
pasien langsung tidur atau duduk-duduk sambil minum kopi di teras rumahnya.
Pasien bahkan tidak ada waktu untuk berolahraga.
2.
Keadaan
sejak sakit
Pasien
mengatakan jarang ke kantor, karena sering merasakan sesak napas dan nyeri di
dadanya.
À
Pola
tidur dan istirahat
1.
Keadaan
sebelum sakit
Pasien
mengatakan kalau tidur malam jam 12 malam dan bangun jam 8 pagi. Pasien duduk
berjam-jam di depan laptop untuk kerja tugas kantor sebelum tidur. Pasien
jarang tidur siang.
2.
Keadaan
sejak sakit
Pasien
mengatakan sejak sakit lebih banyak beristirahat di tempat tidur. Dan sering
terbangun di malam hari ketika merasakan nyeri di dadanya.
À
Pola
persepsi dan konsep diri
1.
Keadaan
sebelum sakit
Istri pasien
mengatakan pasien tinggal dengan seorang istri dan 3 orang anak.keluarga pasien
mengatakan kalau pasien adalah orang yang suka menolong dan bergaul dengan
siapa saja. Pasien sangat sayang dengan keluarganya yang diwujudkan dengan
kerja keras.
2.
Keadaan
sejak sakit
Keluarga pasien
mengatakan sejak pasien sakit, pasien terlihat kurang bersemangat dan pasrah
dengan penyakit yang dialaminya. Postur tubuh membungkuk.
À
Pola
peran dan hubungan dengan sesama
1.
Keadaan
sebelum sakit
Istri pasien
mengatakan pasien mudah bergaul dengan orang lain, ia sering menolong teman
sekantornya ketika dalam masalah. Ia juga sangat dekat dengan keluarganya.
2.
Keadaan
sejak sakit
Pasien sejak
sakit selalu didampingi oleh keluarganya dan teman sekantornya sangat prihatin
dengan kondisi pasien.
À
Pola
mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
1.
Keadaan
sebelum sakit
Pasien
mengatakan cepat emosi dan stres ketika ada masalah di tempat kerjanya.
2.
Keadaan
sejak sakit
Pasien sedikit
terganggu dengan situasi yang ribut di Rumah Sakit. Pasien merasa cemas dan
takut akan kematian karena sesak napas dan nyeri dada yang sangat hebat yang
dirasakannya.
À
Pola
sistem nilai kepercayaan
1.
Keadaan
sebelum sakit
Pasien
mengatakan manganut Agama Kristen. Pasien mengatakan tujuan hidupnya ialah
bekerja keras untuk dapat menghidupi keluarganya. Pasien juga aktif dalam beribadah
di gereja.
2.
Keadaan
sejak sakit
Pasien
mengatakan ingin cepat sembuh dan kembali lagi bekerja di kantornya dan
berkumpul bersama keluarganya.
À
Pemeriksaan
fisik
1.
Keadaan
umum
Pasien dengan
kesadaran baik atau composmentis dan berubah sesuai tingkat gangguan yang
melibatkan perfusi sistem saraf pusat.
2.
B1
(Breathing)
Terlihat sesak,
frekuensi napas melebihi normal, dan keluhan napas seperti tercekik.
3.
B2
(Bleeding)
Inspeksi adanya
parut, palpasi denyut nadi perifer melemah, perkusi: tidak ada pergeseran batas
jantung.
4.
B3
(Brain)
Kesadaran pasien
CM, tidak ada sianosis perifer. Wajah pasien meringis, perubahan postur tubuh,
merintih, meregang, dan menggeliat.
5.
B5
(Bowel)
Pola makan
pasien yang banyak mengkonsumsi garam dan lemak. Palpasi abdomen didapatkan
nyeri tekan pada keempat kuadran. Penurunan peristaltik usus.
6.
B6
(Bone)
À
Aktivitas,
gejala: kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, gerak statis, dan jadwal
olahraga tidak teratur.
À
Tanda:
takikardi, dispnea pada saat istirahat/aktivitas, dan kesulitan melakukan tugas
perawatan diri.
2. Diagnosa Keperawatan
1.Nyeri
b.d ketidakseimbangan suplai darah dan O2 dengan kebutuhan
miokardium
2.
Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi, irama, dan konduksi
elektrikal jantung
3.
Gangguan perfusi
jaringan b.d menurunnya
curah jantung.
4. Pola napas tidak efektif b.d pengembangan paru tidak optimal, kelebihan
cairan
di paru sekunder dari edema paru akut.
5. Intoleransi aktivitas b.d
penurunan perfusi perifer sekunder dari ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miokardium dengan kebutuhan tubuh
6. Koping individu yang tidak efektif
b.d prognosis penyakit, gambaran diri yang
salah, dan perubahan peran
7. Kecemasan b.d rasa takut akan
kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan
3.
Intervensi
dan Rasional Keperawatan
1) Nyeri
yang b.d ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan kebutuhan miokardium
Tujuan: dalam waktu 1×24 jam terdapat
respons penurunan nyeri dada.
Kriteria: secara subjektif klien
menyatakan penurunan rasa nyeri dada, secara
objektif didapatkan TTV dalam batas
normal, wajah rileks, tidak terjadi
penurunan
perfusi perifer, urine ˃ 600ml/ hari
Intervensi:
Mandiri
a. Catat
karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lama, dan penyebarannya
R/ Variasi penampilan dan perilaku klien karena
nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.
b. Anjurkan
klien untuk melaporkn nyeri dengan segera
R/ Nyeri dapat menyebabkan syok kardiogenik
yang berdampak pada kematian mendadak
c. Atur
posisi fisiologis
R/ Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan
O2 ke jaringan yang mengalami iskemia
d. Istirahatkan
klien
R/ Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2
jaringan perifer sehingga akan menurunkan kebutuhan miokardium dan akan
meningkatkan supai darah dan oksigen ke miokardium yang membutuhkan O2
untuk menurunkan iskemia.
e. Berikan
O2 tambahan dengan kanul nasal atau masker sesuai dengan indikasi
R/ Menngkatkan jumlah O2 yang ada
untuk pemakaian miokardium sekaligus untuk mengurangi ketidaknyamanan karena
iskema.
f. Manajemen
lingkungan: lingkungan tenang dan batasi pengunjung
R/ lingkungan yang tenang akan menurunkan
stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung
akan membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan.
g. Ajarkan
teknik relaksasi pernapasan dalam
R/ Meningkatkan asupan O2 sehingga
akan menurunkan nyeri sekuder dan iskemia jarinagan.
h. Ajarkan
tenik distraksi pada saat nyeri
R/ Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
menurunkan stimulus internal dengan mekanise peningkatan produksi endorfin dan
enkefalin yang dapat memblok reseptor
nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks serebri, sehingga menurunkan
persepsi nyeri
i.
Lakukan manajemen
sentuhan
R/ Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa
sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan nyeri. Masase ringan
dapat meningkatkan aliran darah serta secara otomatis membantu suplai
darah dan oksigen ke area nyeri juga menurunkan sensasi nyeri
yang dirasakan.
2) Penurunan curah jantung b.d perubahan
frekuensi, irama, dan konduksi
elektrikal
Tujuan: dalam waktu
2×24 jam tidak terjadi penurunan curah jantung
Kriteria: stabiltas
hemodinamik (baik tekanan darah dalam batas normal, curah jantung kembali meningkat,
intake dan output sesuai, tidak menunjukan tanda-tanda disritmia), urine >
600 ml/ hari.
Intervensi:
Mandiri
a. Auskultasi
TD. Bandingkan kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri
bila memungkinkan
R/ Hipotensi dapat terjadi pada disfungsi
ventrikel. Hipertensi juga fenomena umum yang berhubungan dengan nyeri cemas
pengeluaran katekolamin
b. Evaluasi
kualitas dan kesamaan nadi
R/ Penurunan cuah jantung mengakibatkan
menurunnya kekuatan nadi
c. Catat
terjadinya S3/S4
R/ S3 b.d adanya gagal jantung kongestif atau gagal mitral yang disertai infark berat
S4 b.d iskemia,
kekakuan ventrikel, atau hipertensi pulmonal
d. Catat
murmur
R/ Menunjukan gangguan aliran darah dalam
jantung (kelainan katup, kerusakan septum, atau vibrasi otot papiler)
e. Pantau
frekuensi jantung dan irama
R/ Perubahan frekueni dan irama jantugn
menunjukan komplikasi disritmia
f. Berikan
makanan kecil/ mudah di kunyah, batasi asupan kafein
R/ Makanan besar dapat meningkatkan kerja
miokardium. Kafein dapat merangsang langsung ke jantung, sehingga meningkatkan
frekuensi jantung.
Kolaborasi
a. Pertahankan
cara masuk heparin (IV) sesuai indikasi
R/ Jalur yang paten penting untuk pemberian
obat darurat
b. Pantau
data laboratorium enzim janung, GDA, dan Elektrolit
R/ Enzim memantau perluasan infark,
elektrolit berpengaruh terhadap irama jantung.
3)
Gangguan perfusi
perifer b.d menurunnya curah jantung
Tujuan: dalam waktu
2×24 jam perfusi perifer meningkat.
Kriteria:klien tidak
mengeluh pusing,TTV dalam batas normal,CRT kurang < 3 detik,urine > 600
ml/hari.
Intervensi:
Mandiri
a. Kaji
status mental klien secara
R/ mengetahui derajat hipoksia pada otak
b. Kaji
warna kulit,suhu,sianosis,nadi perifer,dan diaforesis secara teratur.
R/ mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanan
perifer.
c. Kaji
kulalitas peristaltik jika perlu pasang sonde
R/ mengetahui pengaruh hipoksia terhadap fungsi
salauran cerna. Serta dampak penurunan elektrolit
d. Kaji
adanya kongesti hepar pada abdomen kanan atas
R/ sebagai dampak gagal jantung kanan. Jika
berat, akan ditemukan adanya tanda kongesti
e. Pantau
urine output
R/ penurunan curah jantung mengakibatkan
menurunnya produksi urine, pemantauan yang ketat pada produksi urine <600
ml/hari merupakan tanda-tanda terjadinya syokardiogenik
f. Catat
adanya keluhan pusing
R/ keluhan pusing merupakan manifestasi penurunan
suplai darah ke jaringan otak yang parah
4) Pola
napas tidak efektif b.d pengembangan
paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru sekunder dari edema paru akut.
Tujuan: dalam waktu
3×24 jam tidak terjadi perubahan pola napas.
Kriteria: klien tidak
sesak napas, RR dalam batas normal
16─20× / menit, Respons batuk berkurang.
Intervensi:
Mandiri
a. Auskultasi
bunyi napas (Krakles).
R/ Indikasi edema paru sekunder akibat
dekompensasi jantung.
b. Kaji
adanya edema
R/ Curiga gagal kongestif/ kelebihan volume
cairan
c. Ukur
intake dan output
R/ Penurunan curah jantung mengakibatkan
gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/ air, dan penurunan keluaran urine.
d. Timbang
berat badan
R/ Perubahan tiba-tiba dari berat badan
menunjukkan gangguan keseimbangan cairan.
e. Pertahankan
pemasukkan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler
R/ Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang
dewasa, tetapi memerlukan pembatasan dengan adanya dekompensasi jantung
Kolaborasi
a. Berikan
diet tanpa garam
R/ natrium meningkatkan retensi cairan dan
meningkatkan volume plasma yang berdampak erhadap peningkatan beban kerja
jantung sehingga akan meningatkan kebutuhan miokardium
b. Berikan
diuretik, contoh: furosemide, sprinolakton, dan hidronolakton.
R/ Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume
plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan, sehingga menurunkan resiko
terjadinya edema paru.
c. Pantau
data laboratorium elektrolit kalium
R/ Hipokalemia dapat membatasi keefektifan
terapi
5)
Intoleransi aktivitas
b.d penurunan perfusi perifer sekunder dari ketidakseimbangan antara suplai
oksigen miokardium dengan kebutuhan tubuh.
Tujuan: dalam waktu
3×24 jam aktivitas klien mengalami peningkatan
Kriteria: klien tidak
mengeluh pusing,alat dan sarana untuk memenuhi aktivitas tersedia dan mudah
klien jangkau, TTV dalam batas normal, CRT < 3 detik, urine > 600 ml/hari
Intervensi:
a. Catat
frekuensi jantung, irama, dan perubahan tekanan darah selama dan sesudah
aktivitas.
R/ Respons klien terhadap aktivitas dapat
mengindikasikan penurunan oksigen miokardium
b. Tingkatkan
istitrahat,batasi aktivitas,berikan aktivitas senggang yang tidak
berat.
R/ Menurunkan kerja miokardium atau konsumsi
oksigen
c. Anjurkan
untuk menghindari peningkatan tekanan abdomen,misalnya mengejan saat defekasi
R/ dengan mengejan dapat mengakibatkan
bradikardi,menurunkan curah jantung dan takikardia,serta peningkatan TD.
d. Jelaskan
pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas.contoh: bangun dari kursi, bila
tak ada nyeri,ambulasi,dan istirahat selama 1 jam setelah makan.
R/ aktivitas yang maju memberikan kontrol
jantung,meningkatkan regangan,dan mencegah aktivitas berlebihan
e. Rujuk
ke program rehabilitasi jantung.
R/ meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk
pemakaian miokardium sekaligus mengurangi ketidaknyamanan karena iskemia
6) Koping
individu tidak efektif b.d prognosis penyakit, gambaran diri yang salah, dan
peubahan peran.
Tujuan: dalam waktu
1×24 jam klien mampu mengembangkan koping yang efektif.
Kriteria: klien
kooperatif pada setiap intervensi keperawatan, mampu menyatakan
mengkomunikasikan dengan orang terdekat
tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan
diri terhadap situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep
diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang negatif
Intervensi:
Mandiri
a. Kaji
perubahan dari gangguan persepsi dan hubungannya dengan derajat ketidakmampuan.
R/ Menentukan bantuan individual dalam
menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi
b. Identifikasi
arti dari kehilangan atau disfungsi pada klien.
R/ Beberapa klien dapat menerima dan mengatur
perubahan fungsi secara efektif dengan sedikit penyesuaian diri. Sedangkan yang
lain mempunyai kesulitan membandingkan mengenal, dan mengatur kekurangan.
c. Anjurkan
klien untuk mengekspresikan perasaan, termasuk permusuhan dan kemarahan.
R/ Menunjukan penerimaan, membantu klien untuk mengenal, dan mulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut.
R/ Menunjukan penerimaan, membantu klien untuk mengenal, dan mulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut.
d. Catat
ketika klien menyatakan terpengaruh seperti sekarat atau mengingkari dan
menyatakan inilah kematian.
R/ Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau perasaan negatif terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang menunjukan kebutuhan dan intervensi serta dukungan emosional.
R/ Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau perasaan negatif terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang menunjukan kebutuhan dan intervensi serta dukungan emosional.
e. Bantu dan anjurkan perawatan yang baik serta
memperbaiki kebiasaan
R/ Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan.
R/ Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan.
f. Anjurkan
orang yang terdekat untuk mengizinkan klien melkukan sebanyak-banyaknya hal-hal
untuk dirinya.
R/ Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga diri serta memengaruhi proses rehabilitasi.
R/ Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga diri serta memengaruhi proses rehabilitasi.
g. Dukung
perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas
rehabilitasi
R/ Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu pada masa mendatang.
R/ Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu pada masa mendatang.
h. Dukung
penggunaan alat-alat yang dapat mengadaptasikan klien, tongkat, alat bantu
jalan, dan tas panjang untuk kateter.
R/ Meningkatkan kemandirian untuk membantu pemenuhan kebutuhan fisik dan menunjukkan posisi untuk lebih aktif dalammkegiatan sosial.
R/ Meningkatkan kemandirian untuk membantu pemenuhan kebutuhan fisik dan menunjukkan posisi untuk lebih aktif dalammkegiatan sosial.
i. Pantau
gangguan tidur, peningkatan kesulitan konsentrasi, letargi, dan menarik diri.
R/ Dapat mengindikasikan terjadinya depresi. Umumnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke dimana memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut.
R/ Dapat mengindikasikan terjadinya depresi. Umumnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke dimana memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut.
Kolaborasi:
Rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi.
R/ Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan.
Rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi.
R/ Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan.
7) Cemas
b.d rasa takut akan kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan
Tujuan: dalam waktu
1×24 jam kecemasan klien berkurang.
Kriteria: klien
mengatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi
penyebab atau faktor yang memengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan, wajah
rileks.
Intervensi:
Mandiri
a. Bantu
klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan, dan takut
R/ Cemas berkelanjutan memberikan dampak
serangan jantung selanjutnya.
b. Kaji
tanda verbal dan nonverbal kecemasan, serta dampingi klien dan melakukan
tindakan bila menunjukan perilaku merusak.
R/ Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan
rasa agitasi, marah, dan gelisah.
c. Hindari
konfrontasi
R/ Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah,
menurunkn kerja sama, dan mungkin mempelambat penyembuhan
d. Beri
lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat
R/ Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak
perlu
e. Tingkatkan
kontrol sensasi klien
R/ Kontrol sensasi klien (dalam menurunkan
ketakutan) dengan cara memberikan informasi mengenai keadaan klien, menekankan
pada penghargaan terhadap sumber-sumber koping (pertahanan diri) yang positif,
membantu latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan, serta memberikan
respons balk yang positif.
f. Berikan
kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan ansietasnya
R/ Dapat menghilangkan ketegangan terhadap
kekhawatiran yang tidak di ekspresikan
g. Berkan
privasi untuk klien dan orang terdekat
R/ Memberi waktu untuk mengekspresikan
perasaan, menghilangkan cemas, dan perilaku adaptasi. Adanya keluarga dan
teman-teman yang dipilih klien untuk melayani aktivitas dan pengalihan
(misalnya, membaca) akan menurunkan perasaan terisolasi.
h.
Kolaborasi:
berikan
Anticemas sesuai indikasi, misalnya: Diazepam
R/ Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.
R/ Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.
4. Discharge
Planning
À
Anjurkan
kepada pasien mengurangi makan makanan yang berlemak dan mengandung kolesterol
tinggi.
À
Anjurkan
kepada pasien untuk rajin berolahraga.
À
Anjurkan
kepada pasien banyak mengkonsumsi makanan yang berserat dan rendah kolesterol.
À
Ajarkan
kepada pasien bagaimana cara diet rendah kalori untuk mencegah terjadinya aterosklerosis
yang dapat memicu timbulnya IMA.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Infark Miokardium Akut
(IMA) merupakan salah satu penyakitb yang diakibatkan oleh a tidak adekuatnya
suplai oksigen ke jaringan miokardium yang akhirnya menimbulkan kematian
sel-sel niokardium/ nekrosis akibat kurangnya suplai oksigen ke jaringan
miokardium yang berkepanjangan. Infark Miokardium akut ini dapat terjadi jika
terdapat obstruksi pada pembuluh darah
arteri koroner yang dapat menyebabkan aliran darah itu tidak dapat di
teruskan ke jaringan miokardium itu sendiri, dengan kata lain aliran darah yang
seharusnya dapat sampai ke aringan miokardium itu terputus karena adanya
obstruksi yang berupa plak pada dinding pembuluh darah tersebut, dimana arteri koroner kiri memperdarahi
sebagian besar ventrikel kiri, septum dan arteri kiri begitu juga dengan arteri
kanan memperdarahi sisi diafragmatik ventrikel kiri sedikit bagian posterior
septum dan vetrikel serta atrium kanan.
IMA
(infark miokard akut) dpat diatasi apabila
perawat maupun tim medis yang lain seperti dokter maupun apoteker dapat
segera melakukan tindakan medis yang sesuai dan tepat dengan penyakit yang
diderita kliennya untuk cepat tanggap terhadap gejala-gejala yang ditimbulkan
pada penyakit IMA
B. SARAN
Sebaiknya
untuk menghindari penyakit IMA ini, maka perlu dihindari hal-hal yang dapat
menyebabkan fungsi miokardium terganggu, yaitu dengan melakukan pola nafas
efektif dengan baik karena penyakit ini sangat membahayakan bagi tubuh dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari bahkan dapat menyebabkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Mutattaqin, Arif.(2012).Asuhan Keperawatan Klien
dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Heatologi.Jakarta:Salemba Medika.
Wilkinson, M Judith dan Arhern, R
Nancy.(2011).Diagnosis Keperawatan:
diagnosis NANDA, intervensi NIC, Kriteria hasil
NOC.Jakarta:EGC.
Smeltzer,
Suzzane C. Dan Brenda G. Bare.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.ed.8.Jakarta:EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar